Aksa segera berjalan ke depan untuk mengurus administrasi rawat inap Zeline. Setelah selesai, Zeline segera dipindahkan ke ruang perawatan. Gadis itu terbaring kaku dengan mata terpejam. Slang infus tidak berhenti meneteskan cairan di samping kirinya dan slang tambah darah di tangan kanannya. Kepalanya dipenuhi dengan perban hingga menutup sebagian wajahnya. Bunyi mesin pendeteksi detak jantung tidak berhenti berbunyi memenuhi ruangan tersebut, serta slang oksigen terpasang di hidungnya. Begitu parah keadaan Zeline hingga dia harus dirawat dengan cara yang seperti itu. “Aku harus pulang sekarang, Sa,” ujar Farel karena Zanna yang sudah menghubunginya dari tadi. “Baiklah. Terima kasih,” jawab Aksa seraya mengantarkan Farel keluar ruangan. Setelah kepergian Farel, Aksa duduk disamping kas