Hari yang sial
Zeline melangkahkan kakinya dengan tergesa gesa menuju ruangannya yang berada di lantai duapuluh gedung pencakar langit tersebut. Hari ini adalah hari pertama dia masuk kerja sebagai sekretaris dari pimpinan perusahaan yang belum diketahuinya.
Jantungnya bergedup dengan sangat kencang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Jam kantornya adalah jam setengah delapan. Dia tidak ingin ada masalah dihari pertama dia bekerja makanya datang cepat.
Zeline berjalan menuju ruangannya tanpa melihat sekelilingnya. Tanpa sengaja seseorang yang sedang membawa secangkir minuman menabrak tubuh Zeline.
“Aww,” pekik Zeline begitu tubuh mereka bersentuhan dan minuman yang dibawa pria tersebut tumpah mengotori bajunya yang berwarna kuning gading.
“Kalau jalan liat liat dong,” omel Zeline dengan nada keras, yang diomelin malah melongo mendengar ucapan Zeline. Sambil kepalanya terus berpikir, ‘Apakah dia karyawan baru di sini, dan tidak mengenal aku? Kalau iya, tunggu pembalasanku,’ ucapnya dalam hati.
Melihat orang yang menabraknya diam saja, Zeline malah tambah marah.
“Sudah menabrak, malah diam saja tanpa permintaan maaf. Dasar!” umpatnya sambil berjalan menuju ruangannya.
Begitu sampai diruangannya, Zeline membuka blazernya yang kena minuman tadi. Dia membersihkan bajunya yang masih sedikit kotor dengan saputangan.
“Sial banget sih, hari pertama kerja malah apes gini,” ucapnya sendirian tanpa menyadari orang yang ditabraknya tadi telah berjalan melewati mejanya.
Telepon yang ada dimejanya berdering.
“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu.” Zeline menyapa dengan kalimat sopan.
“Keruangan saya sekarang,” ucap suara bariton dari seberang terdengar sangat kasar.
“Zeline Zakeisha kamu dengar tidak, apa yang saya katakana barusan?” ucapnya lagi dengan menyebut nama panjang Zeline.
“Baiklah,” ucap Zeline dengan nada yang tak kalah kasar.
Zeline memasuki ruangan yang ada di depannya yang merupakan ruangan CEO perusahaan tempatnya bekerja.
“Selamat pagi, Pak,” ucap Zeline sopan sambil membungkukkan badannya.
“Seperti ini cara kamu bicara dengan pimpinan? Angkat kepala kamu, saya di sini bukan di lantai,” ucapnya kasar saat melihat Zeline yang terus menunduk.
Alangkah terkejutnya Zeline saat melihat kearah laki laki yang menjadi bosnya tersebut. Seorang CEO dengan wajah yang sangat tampan dilengkapi dengan lesung pipi di sebelah kirinya. Laki laki tersebut adalah orang yang menabrak dan mengotori bajunya tadi. Seketika rasa kagumnya langsung lenyap digantikan dengan tatapan penuh kemarahan.
“Kamu digaji di sini bukan untuk membenahi penampilan, paham!” hardiknya dengan suara yang sangat kasar terdengar di telinga Zeline.
“Maaf, Pak. Ada perlu apa Bapak memanggil saya? Jika tidak ada keperluan, saya kembali keruangan saya,” ucap Zeline dengan nada dingin sambil melangkahkan kakinya menuju ruangannya kembali tanpa memedulikan ucapan bosnya yang menatap Zeline dengan mata merah menahan amarah yang hampir meledak.
“Kamu tau siapa saya?” ucapnya penuh emosi.
“Ya jelas saya tau siapa Bapak, Bapak masih manusia, kan?” ucap Zeline kasar dengan mata melebar.
“Saya akan memecat kamu sekarang juga,” geramnya dengan suara bergetar menahan amarah. Betapa beraninya gadis ini menjawab ucapannya. Dia merupakan karyawan pertama yang sangat berani.
“Rasanya saya tidak memiliki kesalahan terkait dengan kinerja ‘Bapak Aksa Elvano Sanjaya’ yang terhormat,” ucap Zeline ketus sambil membungkukkan badannya.
“Bagus. Berarti kamu tau sedang berhadapan dengan siapa. Seperti ini sikap kamu berbicara dengan pimpinan, hah?” sergah Aksa dengan sangat kasar.
Zeline yang sudah terbiasa dikasari oleh orang lain, tidak menjadi gentar.
“Maaf, Pak,” ucap Zeline acuh.
“Maaf?” tanya Aksa dengan alis yang bertaut dan dengan smirknya. Aksa menyangka Zeline merasa bersalah karena sudah berkata kasar kepadanya. Ternyata dugaannya salah saat terdengar jawaban Zeline “Maaf karena telah menumpahkan minuman anda yang telah mengotori baju saya,” ucap Zeline dengan nada keras.
Aksa terkejut mendengar perkataan yang keluar dari mulut Zeline. ‘Gadis yang kuat’ ucapnya dalam hati sambil mengangguk anggukkan kepalanya.
Zeline yang malas meladeni bos yang tidak tau sopan santun tersebut langsung berjalan menuju mejanya.
“Zeline Zakeisha. Usia dua puluh empat tahun,” ucap Aksa membaca biodatanya yang ada di mejanya. Zeline menghentikan langkah kakinya dan berbalik.
“Ganti pakaian kamu sekarang. Dua jam lagi kita akan meeting. Ini adalah meeting pertama kamu, jadi berikan yang terbaik untuk perusahaan,” ucap Aksa dengan lembut.
Zeline yang mendengar ucapan Aksa menjadi terpana ‘Ternyata bisa bicara dengan lembut juga,’ bisik hatinya.
“Saya pakai baju ini saja, nanti juga kering,” ucap Zeline sambil mengibas ngibaskan tangannya di depan d**a.
Aksa berjalan mendekat kepada perempuan tersebut sambil berkata “Kamu mau meeting dengan pakaian basah dan lengket seperti ini? Lihat, dalaman kamu tampak jelas gitu,” bisik Aksa sambil menunjuk baju Zeline yang basah.
“Mau diganti pakai apa, Pak. Saya tidak membawa pakaian cadangan sebagai gantinya. Lagian, saya juga enggak tau bakalan basah kayak gini,” ucap Zeline dengan nada yang lembut juga.
“Ganti di kamar saya. Di dalam lemari ada pakaian yang bisa kamu pakai. Pilih saja mana yang kamu suka,” ucap Aksa sambil berjalan ke mejanya.
“Hah? Jangan bilang kalau saya harus mengganti baju dengan pakaian yang Bapak miliki,” ucap Zeline dengan nada heran.
“Kamu dengarkan apa yang saya katakan. Ganti pakaian kamu dengan yang ada di dalam lemari. Cari disana pakaian yang bisa kamu pakai, atau kamu saya pecat sekarang? Daritadi membantah terus,” ucap Aksa kesal dengan menatap Zeline tajam.
“Baik, Pak,” ucap Zeline cepat, dengan segera memasuki kamar yang ada di ruangan Ceo tersebut.
Zeline melangkahkan kakinya perlahan. Kamar yang sangat besar dan mewah serta mengalahkan kontrakannya.
“Busyet dah. Kamarnya saja sama kayak kamar hotel,” ucap Zeline sendirian.
Tok tok tok
“Kamu tidur atau ganti baju disana?” ucap Aksa dari luar.
“Ya, sebentar. Hampir selesai,” jawab Zeline sambil melangkah dengan cepat menuju lemari yang dikatakan Aksa tadi. Zeline mengambil blouse berwarna soft pink. Ternyata semuanya pakaian baru yang masih memiliki price tag.
“Untuk apa pakaian perempuan sebanyak ini di sini? Apa jangan jangan dia sering kencan di sini dengan para wanitanya?” ucap Zeline.
“Hei. Bisa lebih cepat sedikit?” ucap Aksa yang tidak sabaran diluar kamar.
“Iya, Pak. Sudah selesai kok,” ucap Zeline sambil berjalan keluar kamar.
“Terima kasih, Pak,” ucap Zeline dengan senyum manisnya. Aksa yang melihat ke arah Zeline sedikit kagum dengan pesona yang dipancarkan Zeline melalui senyum manisnya.
“Ya. Sama sama. Maaf karena telah mengotori pakaianmu,” ucap Aksa pelan dengan lesung pipinya yang tampak jelas.
“Ini semua bahan yang harus kamu pelajari dalam tiga hari kedepan. Tambahannya nanti akan saya kirimkan ke email,” ucap Aksa sambil memberikan tumpukan map yang berisi segala macam jenis kontrak kerja sama perusahaan dan hal lainnya yang harus dikuasai oleh Zeline dalam sekejab.
“Baik, Pak,” ucap Zeline sambil membawa tumpukan map tersebut dan melangkahkan kaki menuju mejanya yang berada di depan ruangan sang CEO.
Zeline hanyut dalam mempelajari tumpukan kertas yang ada di atas mejanya. Sebisa mungkin dia harus bisa memahami semuanya dengan cepat, karena dia bekerja di perusahaan besar dan tentunya digaji dengan angka yang cukup besar juga. Dia dituntut untuk professional tentunya.
Zeline merupakan gadis pintar dengan tingkat IQ yang lumayan tinggi. Dia sudah terbiasa bekerja keras. Dia akan melakukan apapun agar bisa bertahan hidup dengan adiknya di tengah kerasnya ibu kota.