Young Mama

1101 Words
Suara Lucas yang cukup keras mengejutkan supervisor produksi. Supervisor bertubuh agak berisi itu segera menghambur ke arah Aleah begitu Lucas melangkah sedikit jauh “astaga, Aleah, apa yang kau perbuat?” tanyanya cemas. “Aku tidak tahu, Bu, tiba-tiba dia menyuruhku ke ruangannya” jawab Aleah tak kalah cemas. “Ya, sudah cepat susul dia, dia itu anak bos kita, jangan sampai membuat kesalahan ya, semoga kau baik-baik saja” kata supervisor itu. Aleah menganggukkan kepala patih kemudian dengan jantung berdebar ia membuntuti langkah Lucas yang makin cepat. Lucas melewati personalia yang masih berdiri di tempatnya begitu saja, pun Aleah hanya menatap lurus pada langkah kaki Lucas. Mereka menaiki tangga menuju lantai 2 gedung pabrik. Udara di sana lebih sejuk dari lantai dasar tempat kegiatan produksi berlangsung. Lucas membuka sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu jati dengan ukirannya yang menawan. Aleah tetap mengikuti Lucas memasuki ruangan itu.  Ruangan itu terasa sangat dingin. Entah karena pendingin ruangan atau karena aura mencekam dari anak bos di depannya. Meski suasana terasa menakutkan Aleah sempat membatin, bosnya tidak sedingin itu? Lucas berdiri menatap keluar kaca jendela membelakangi Aleah. Sementara Aleah berdiri dengan rasa takut di dekat pintu. “Mendekatlah” suruh Lucas lembut. Aleah pun melangkahkan kakinya mendekati Lucas. Kini ia hanya berjarak kurang dari 1 meter di belakang Lucas. Ia baru sadar anak bosnya itu amat tinggi. Mungkin Aleah hanya setinggi bahu pria menakutkan itu. Aleah menundukkan kepala seraya menerka-nerka apa yang akan terjadi padanya. Tetapi belum selesai ia berkutat dengan isi kepalanya tiba-tiba Lucas meraih bahunya dan menghimpit tubuhnya ke dinding. Aleah terkesiap menerima perlakuan itu. Astaga, apa dia akan dinodai di tempat itu? Lucas menatap tajam wajah Aleah lalu tanpa basa-basi menyerbu bibir Aleah. Aleah memalingkan wajah untuk menghindar. Ia sadar ia sedang dalam bahaya sekarang. Ia pun dengan berani meludahi wajah Lucas. Lucas langsung melepas cengkeramannya “kurang ajar” desisnya. “Maaf, pak, sepertinya saya harus kembali bekerja” tegas Aleah. Lucas tertawa geli “ya, pergilah, dan aku akan membongkar rahasiamu” ancamnya dengan senyum jahat “di siang hari kau bekerja sebagai karyawan sebuah pabrik garmen dan saat malam tiba kau menjual kemolekanmu, lucu sekali.” Aleah kalah telak, ia tak bisa membayangkan jika pekerjaan malamnya diketahui banyak orang “apa mau Anda sebenarnya?” Lucas mendekat lagi dan dengan gerakan tiba-tiba ia memeluk Aleah dengan kasar “aku menginginkanmu” katanya dengan nada yang dalam. Aleah berusaha melepaskan diri “maaf, pak, saya sudah bilang saya tidak menjual apa pun” tegas Aleah. “Kalau begitu menari untukku saja” tawar Lucas tepat di telinga Aleah sambil melepas pelukannya, mengisyaratkan Aleah boleh pergi. Aleah mengatur napasnya yang memburu kemudian dengan ragu melangkah menjauh, apa benar ia bisa pergi semudah ini? “Aku menunggu jawabanmu, Aurora, menari untukku atau semua orang akan tahu siapa Aurora” ancam Lucas lagi lalu tertawa penuh kemenangan. Aleah melangkah menjauh. Hawa dingin ruangan itu semakin menusuk tulang-tulangnya sampai nyaris membuatnya hilang kewarasan. Pria itu benar-benar menakutkan. Apa dia seorang maniak? Atau dia seorang psikopat? Atau lebih buruk dari itu? Jangan-jangan dia pembunuh berdarah dingin? *** Mobil jemputan dari Luminous sudah tiba di depan rumahnya. Aleah sudah berdandan cantik untuk pekerjaan malam ini. Ya, sudah beberapa bulan ini ia menjalankan dua pekerjaan dalam sehari. Mau bagaimana lagi, penghasilannya dari pabrik garmen saja tidak cukup. Untuk itu mencari tambahan dengan menjadi seorang penari erotis. Habis cuma itu pekerjaan yang tersedia untuknya. Ia sudah tidak tahu harus bekerja apa lagi di tengah himpitan ekonomi yang makin mengganas setiap harinya. Dan lagi ia melakukan semua itu demi Rachel, putri semata wayangnya yang tengah terbaring tak berdaya di rumah sakit. Rachel mengidap leukimia dan ia harus selalu keluar masuk rumah sakit untuk pengobatan. Entah sudah berapa lembar uang yang Aleah habiskan untuk kesembuhan Rachel. Semuanya belum membuahkan hasil yang lebih baik. Rachel tetap terbaring lemah di ranjang putih di rumah sakit. Aleah segera bangun dari lamunannya dan kembali ke kenyataan hidup yang pelik. Ia mendaratkan punggungnya di jok mobil sambil menghela napas. Ya, mau bagaimana lagi, hidup memang berat tapi ia harus tetap melangkah. Sampai di Luminous Aleah langsung menuju ruang rias. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian seksi yang gemerlap. Pakaian itu terdiri atasan dan bawahan rok pendek sehingga bagian perutnya terbuka sepenuhnya. Seperti biasa ia memakai topeng untuk menutupi wajah aslinya. Topeng itulah yang menjadi daya tarik bagi Aurora. Karena topeng itu para penonton yang menatapnya dengan hasrat membara membuat mereka penasaran dan selalu mencari-cari di mana Aurora, si penari erotis yang sangat mereka tunggu-tunggu. Aleah menaiki panggung dengan senyum sensualnya seperti biasa. Tetapi senyumannya seketika memudar ketika melihat sosok pria itu lagi. Ia duduk di tempat yang sama dengan dikelilingi pelayan-pelayan seksi yang sedang menggodanya. Sadar sedang di pandangi Aleah jadi merasa gugup. Tetapi ia mencoba tetap santai demi menghibur para penonton yang memujanya. Alunan musik pun mulai terdengar. Aleah melambaikan tangannya, berpegangan pada tiang di sebelahnya dan mulai berlenggak-lenggok menggoyangkan pinggulnya. Pakaiannya yang minim membuat seluruh lekuk tubuhnya dapat dinikmati setiap mata. Leher jenjangnya, dadanya yang padat berisi, pinggang kecilnya, pinggulnya menggoda, kakinya yang runcing. Tubuhnya seperti gitar yang sedang dipamerkan di atas panggung. Penonton bersorak sambil melemparkan uangnya. Tetapi mereka selalu mengakhiri sorak-sorai itu dengan cibiran karena rasa kecewa mereka. Mereka ingin Aleah membuka pakaiannya selagi menari tetapi Aleah tak pernah melakukannya. Walau Aleah tak pernah melakukannya mereka tetap berdatangan dengan air liur mereka yang menetes memandangi kemolekan tubuh Aleah. Aleah turun dari panggung seperti biasa. Ia menuju ruang rias dan membuka tasnya. Ternyata ponselnya sedari tadi berdering. Aleah cepat-cepat menerima telepon itu karena ia tahu itu sangat penting. “Halo, baiklah, aku segera ke sana” kata Aleah. Dengan terburu-buru Aleah mengganti pakaian dan melangkah keluar meninggalkan Luminous. Lucas yang hendak menemui Aleah di ruang rias dilewati begitu saja oleh Aleah. Matanya memutar mengikuti langkah Aleah. Dahinya berkerut, perempuan itu tampak tak baik-baik saja. Aleah keluar dari Luminous dan celingak-celinguk mencari taksi. Tapi mana ada taksi malam-malam begini. Ia pun akhirnya berjalan saja barangkali masih ada taksi yang lewat. Tiba-tiba sebuah motor besar berhenti di depannya. Pria itu lagi. “Naiklah, aku tahu kau sedang buru-buru” kata Lucas. Sesaat Aleah termangu di tempatnya, meragu. Tetapi rasa ragu itu segera ia tepis dan cepat-cepat membonceng motor Ducati itu. “Kau mau ke mana?” tanya Lucas. “Rumah sakit” jawab Aleah singkat. Lucas pun menarik gas motornya dan melaju kencang. Aleah terkejut dan spontan memeluk Lucas tetapi ia segera melepasnya. Lucas terkekeh “kalau kau takut peluk saja aku, aku tidak keberatan” katanya santai. Aleah tersipu tetapi tak mengatakan apa pun. Ia lalu hanya berpegangan pada saku jaket Lucas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD