Young Mama 2

1188 Words
Laju motor yang kencang membawa mereka sampai di rumah sakit hanya dalam hitungan menit. Lucas berhenti di parkiran rumah sakit. Aleah segera turun dari motor “terima kasih, ya” ucapnya sambil cepat-cepat melangkah memasuki gedung rumah sakit. Rasa penasaran mendorong Lucas untuk mengikuti Aleah. Ia ingin tahu siapa orang yang bisa membuat penari erotis itu sangat cemas. Aleah berhenti di sebuah pintu. Ia tampak menarik napas dan menenangkan diri sejenak. Lalu ia membuka pintu dengan senyuman. Lucas segera mendekat dan mengintip dari balik pintu yang tidak tertutup rapat itu. “Halo, sayang, mama datang” ucap Aleah. Seorang gadis kecil berusia sekitar 5 tahun dibantu oleh lelaki tua di sampingnya mencoba bangun menyambut kedatangan Aleah “mama sudah selesai kerjanya?” tanya gadis kecil itu sambil memeluk Aleah. “Sudah, kenapa kau belum tidur, ini kan sudah malam?” “Aku menunggu mama, mama kenapa tidak setiap hari menemaniku di sini?” Aleah menangkup wajah putrinya “maafkan mama ya sayang, mama harus mencari uang untuk kita.” “Tapi aku bosan di sini, aku ingin pulang dan bermain bersama mama” keluh hadis kecil itu. “Sabar ya, kalau kau sudah sembuh nanti kita bermain bersama-sama lagi.” Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya dengan lemah. “Mama, tadi rambutku rontok banyak sekali, aku takut kalau rambut hilang bagaimana? Bagaimana kalau aku tidak cantik seperti mama?” “Siapa yang bilang kau tidak cantik? Kau adalah anak paling cantik di dunia ini.” “Benarkah?” “Tentu saja, tidak ada yang lebih cantik darimu.” “Kalau sudah besar aku ingin jadi secantik mama, aku juga ingin memakai sepatu-sepatu tinggi seperti mama” ungkap gadis itu. Aleah tersenyum lembut “sekarang tidur ya, ini sudah malam, kau harus istirahat.” “Tapi mama temani aku ya” pinta gadis kecil itu. “Iya, mama akan menemanimu di sini.” Setelah gadis kecil itu sudah terlelap Aleah mengisyaratkan untuk menjauh pada pria tua di seberang ranjang. Mereka berbicara pelan di dekat pintu. Lucas pun mendengarkan semua yang mereka bicarakan. “Bagaimana keadaannya?” tanya Aleah. “Semakin hari dia semakin parah saja, berat badannya bahkan turun drastis.” “Bukankah dia sudah kemoterapi dan di rawat di sini?” “Aku pun tidak mengerti, Aleah, dokter bilang putrimu membutuhkan terapi lebih lanjut karena sel kanker dalam tubuh putrimu berkembang sangat pesat” papar pria tua itu. Aleah meraup wajahnya seolah frustasi. Tampak sekali ia sangat terpukul dengan apa yang terjadi pada putrinya “ayah, kenapa bukan aku saja yang sakit, kenapa harus putriku?” keluh Aleah menjatuhkan air matanya. Pria tua yang adalah ayahnya Aleah itu memeluk Aleah dan membelai punggungnya “sabar, nak, kita harus tetap kuat demi malaikat kecil kita, semoga Tuhan memberikan keajaiban untuknya.” Setelah mendengar percakapan sedih itu Lucas pun duduk di kursi koridor yang tak jauh dari ruangan itu. Tak berapa lama Aleah keluar dari sana dan mata mereka pun bertemu. Aleah melangkahkan kaki mendekat ke arah Lucas dan berdiri di sampingnya “kau masih di sini?” Lucas menganggukkan kepala “jadi kau punya seorang putri?” tanya Lucas. “Namanya Rachel” jawab Aleah sambil duduk di sebelah Lucas. “Nama yang cantik, seperti ibunya” kata Lucas sambil tersenyum. Dalam beberapa detik senyumnya berubah jadi tawa yang menertawakan “kau punya seorang putri tetapi kau memamerkan kemolekan tubuhmu di malam hari, apa kau tidak malu?” “Itu bukan urusanmu” ketus Aleah. “Ya, tapi kuakui kau ibu yang hebat.” “Aku anggap itu pujian...omong-omong kenapa kau masih di sini?” “Menunggumu.” “Menungguku?” Aleah mengerutkan dahi. “Sepertinya aku punya tawaran bagus untukmu” kata Lucas. Aleah melemparkan pandangan bertanya. Lucas mendekat ke telinga Aleah “berhentilah menari di Luminous, menari untukku saja, aku akan membayarmu” bisiknya. “Apa kau sedang memanfaatkanku?” Aleah langsung mundur mengambil sikap waspada mengingat pria di depannya itu berniat membeli tubuhnya saat pertama mereka bertemu. Lucas terkekeh “realistis saja, Aurora, aku punya uang di sini dan kau membutuhkannya.” “Aku sudah bilang padamu, aku tidak menjual apa pun selain tarianku” tegas Aleah. “Apa tadi aku bilang akan membeli tubuhmu?” Aleah menatap Lucas sungguh-sungguh lalu memandang ke depan lagi “di mana aku bisa menari untukmu?” Aleah setuju akhirnya. Lucas menodongkan tangannya “ponsel?” Aleah pun memberikan ponselnya. Lucas memberikan alamat rumah pribadinya lalu memberikan ponsel itu kembali pada Aleah “datanglah saat aku membutuhkanmu, mulai sekarang kau adalah penariku, jadi aku tidak ingin melihatmu menari selain di hadapanku” kata Lucas dengan nada posesif. Aleah tersipu mendengarnya. Ia bisa merasakan wajahnya yang memerah seperti tomat. Saat Lucas berdiri ia pun menundukkan kepala takut kalau Lucas melihatnya. Ia memandangi punggung Lucas yang berlalu menjauh darinya lalu menghilang dibalik dinding. Aleah sebenarnya takut berhadapan dengan pria yang bahkan tak ia kenal itu. Tubuhnya yang tinggi kekar dengan mata legam yang tajam menyebarkan aura mencekam dan tak terelakkan. Ia bahkan merasa seperti buronan yang sedang dikepung saat berdekatan dengan pria itu. Tapi kenapa pria itu sangat menginginkannya? Apakah dia seorang maniak, psikopat, atau jangan-jangan dia pembunuh berdarah dingin? Aleah menggelengkan kepalanya tak peduli dengan prasangka buruk itu. Apa pun risikonya ia akan menghadapi itu. Tugasnya hanya menari dan ia akan dapatkan uangnya. *** Esok hari setelah pulang kerja dari pabrik Aleah menerima panggilan dari Lucas. Ya, sekarang dia bukan lagi penari erotis di klub malam melainkan lebih mirip wanita panggilan, ya, mungkin dia memang sungguh-sungguh wanita panggilan? Aleah sampai di sebuah rumah bergaya Amerika yang sangat modern tetapi menyiratkan aura maskulin yang kental. Ia menekan bel di sisi pintu dan tak berapa lama Lucas muncul dibalik pintu kayu itu. Lucas memperhatikan penampilan Aleah dari atas ke bawah. Gaun hitam di atas lutut, sepatu lancip dengan warna senada dan bibir merah yang menggoda. Lucas mengedikkan bahu “lumayan” gumamnya “masuklah” ucapnya menyuruh Aleah memasuki rumahnya. Aleah mengekor pada Lucas memasuki rumah itu. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Desain interior rumah itu benar-benar khas lelaki, mungkin karena di tinggali seorang pria. Lucas berjalan menuju ke dapur yang tak jauh dari tempat Aleah berdiri “kopi atau teh, atau yang lain?” “Jadi aku tamu di sini?” Aleah tersenyum lalu menyusul ke dapur. Lucas mengedikkan bahu “memangnya kau ingin dianggap apa?” “Kopi” jawab Aleah sambil duduk di mini bar “kau tinggal sendiri di sini?” “Ya, ini rumah pribadiku.” “Rumah pribadi? Jadi kau punya rumah lain, yang kau tinggali bersama istrimu?” tanya Aleah menggoda. Lucas terkekeh “aku masih lajang” katanya. “Benarkah? Tapi kenapa kau tidak tinggal bersama keluargamu?” “Apa salahnya ingin tinggal sendiri?” Aleah menggaruk tengkuknya “tidak salah juga sih...omong-omong aku belum tahu siapa namamu.” Lucas menyodorkan tangannya “panggil aku Lucas.” Aleah menyambut tangan itu dengan ramah “panggil aku Aleah.” Lucas menyeruput kopinya lalu menatap Aleah “kau siap untuk tugasmu?” Aleah hampir saja tersedak. Jantungnya berdebar kencang sekarang. Matilah dia sekarang sudah masuk ke kandang harimau. Apa pria itu akan menidurinya setelah ia menari?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD