Mereka kini telah menemukan bagaimana kebahagiaan itu tercipta. Membunuh gengsi demi ketenangan hidup yang tak bisa diperoleh hanya dengan diam saja. Cahaya langit bagai jeruk manis yang telah siap dipetik. Jingga mempesona, mewarnai sore hari kebersamaan mereka. "Kenapa pulang lebih awal?" tanya Mia pada Rendra di sore itu. "Karna pengen jemput kamu." Mia tersipu dengan jawaban Rendra. "Aku, kan, bisa pulang sendiri." "Mana mungkin aku biarkan calon istri kesayanganku pulang sendiri." Lagi lagi, wajah Mia bak tomat yang sudah matang. Rendra benar benar tahu bagaimana melambungkan hati seorang Mia. Gadis itu sungguh dibuat bergetar dari ujung kaki hingga ke kepala hanya dengan kata-kata saja. Mereka melewati senja di dalam mobil. Membelah kemacetan jalan raya dengan berdua di d