“Gawat! Ini gawat!” Pria paruh baya berperut buncit dengan kepala plontos itu mondar mandir di ruangannya. Ia juga ditemani oleh seorang pria lainnya yang lebih muda dari usianya sehingga rambutnya masih lebat namun sudah sedikit beruban juga ia mengenakan kacamata. Baru saja ia kembali dari pertemuannya dengan orang yang ia anggap penting, namun ternyata pertemuannya itu tak bisa dianggap berhasil. Karena ternyata orang yang itemui justru terlihat memihak lawannya dan malah balik mengancamnya. “Jadi gimana ini, Om?” Pria muda itu tampaknya ikut gelisah. “Kau tidak tau saja, Luki. Tadi dia mengangkat kerah leherku seperti ini.” Dia memeragakan cara menarik leher pada lehernya sendiri. “Kalau saja dia bukan CEO di IPBC, pasti sudah kubalas perbuatannya.” “Ah, aku jadi ingin bertemu de