When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Terlalu lemas untuk melakukan perjalanan. Tubuhnya terlalu tak bertenaga untuk berdiri dan menghadapi kenyataan. Kali ini Meisya hanya berbaring dan tak memenuhi panggilan dari sang polisi. Beruntungnya ada Kinanti yang datang menjenguknya, sementara untuk mengurus ke kantor polisi, ada Pak Dito yang sukarela pergi menggantikan sang nyonya. “Makan dulu, Mei.” Kinanti menyodorkan satu sendok bubur mendekat ke mulut Meisya. Dia pun terpaksa membuka mulut agar tidak mengkhawatirkan orang lain. Makanan lembut dengan rasa yang sedikit asin saja tersebut memenuhi rongga mulutnya. Namun sayang, indra pengecap mendeteksi rasa pahit dari kudapan yang masuk ke sana, belum lagi kerongkongannya yang seakan menjadi kaku karena tiba-tiba tak bisa digunakan untuk menelan makanan selembut itu. “Ayo di