“Bahumu masih terluka, apa kau benar-benar tetap ingin bekerja ke kantor, Sayangku?” Meisya mengusap pipi suaminya seraya memberikan tatapan khawatir pada pria tersebut. Rudi pun memegang tangan Meisya lalu membawanya ke depan bibir untuk diberi kecupan lembut. “Tenang saja, suamimu ini kuat.” Meisya hanya bisa menggelengkan kepala melihat suaminya yang bersikukuh ingin berangkat ke kantor walau dalam kondisi tubuh yang masih terluka. “Tolong siapkan sarapan saja untukku,” tukas Rudi. “Tak perlu kubantu untuk memakai pakaianmu?” “Tak perlu, aku bisa memasang dasi sendiri.” Meisya mengusap pipi sang suami sekali lagi sebelum ia keluar dari kamar untuk membuatkan sarapannya. Walau sebenarnya sudah ada Purnomo yang membuatkan sarapan untuk keluarga mereka, namun sang suami dari Meis