When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Langiiiit … bisakah kau buat aku melahirkan hari ini saja? Aku malas menghadiri undangan dari nenek.” Me … ngapa semua menangis, pada … hal ku s’lalu tersenyum. Usap, airmatamu! Aku tak ingin ada kesedihan. “BERISIK, RUD!” “Aku nggak ngomong apa-apa, Mei,” jawab Rudi sambil memakaikan pomade pada rambutnya. “Lah, itu … hape kamu yang nyanyi?” Meisya merengut sambil menunjuk pada ponsel Rudi menggunakan tatapan matanya yang tajam. “Hapeku diem, kan, bukannya kamu yang lagi buka tok tik?” Rudi menunjukkan ponselnya yang memang sedang padam, Lalu ia menyimpannya kembali sambil mengenakan pomade. Meisya pun cemberut menyadari kesalahannya. “Kenapa kamu masih pakai pomade aja dari tadi? Kelamaan dandan! Padahal cowok!” omel Meisya pada suaminya. “Bukan aku yang kelamaan, Meisayang. Ta