When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Radika masih asyik memainkan ponselnya. Ia tidak berniat sama sekali untuk beranjak dari tempat duduknya. Ia tidak menghiraukan siapa pun yang ada di dekatnya, termasuk istri keduanya, Velina. Walaupun ini di namakan bulan madu, tapi Radika tetap bersikap seperti biasa. Seolah-olah mereka adalah orang asing. Radika belum bisa membuka hati untuk Velina, jangankan membuka hati, memperlakukannya layaknya teman saja tidak bisa. Sudah dua hari ia berada di Paris. Namun ia tidak melakukan apa pun. Padahal sang ibu telah memesankan beberapa tiket untuk jalan-jalan bersama dengan Velina. Akan tetapi, Radika tidak berminat sama sekali. Ia membiarkan istrinya pergi sendiri tanpa di temani. Biarkan saja, toh ini bukan keinginannya. Lagi pula, ia bisa membeli tiket itu sendiri untuk pergi bersama den