When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Selang beberapa lama, ruangan Ferdi tampak begitu sepi. Jovian telah keluar meninggalkan pria itu untuk mencari makanan. Jovian beralasan bahwa ia belum makan sejak akan berangkat menemui Ferdi. Tidak tahu saja, apa yang di ucapkan Jovian hanyalah omong kosong. Pria itu hanya ingin mencuci matanya untuk melihat perawat yang cantik-cantik. Pria itu tidak mau meninggalkan kesempatannya begitu saja. Sayang sekali jika melewatkan manusia cantik. Selang beberapa lama, pintu ruangan Ferdi kembali terbuka. Ferdi yakin bahwa yang datang adalah Jovian. Memangnya siapa lagi? Padahal ia surat sedikit bahagia karena Jovian tidak mengganggu masa istirahatnya. Katanya, Jovian membutuhkan waktu yang lama. Tapi kenapa sekarang kembali? “Cepat sekali,” ucap Ferdi tanpa menolehkan kepalanya ke orang terse