Semenjak Kamelia menjadi asisten seorang bos, waktu yang seharusnya untukku ia beri kepada bosnya yang menghasilkan pundi-pundi rupiah. membuatnya melupakan kewajibannya denganku. Mulai dari waktu berkencan yang jarang, sekolah pun tak pernah apalagi hal sepele seperti membalas pesanku. Tutup sebuah kisah, tapi berahkir perih. Membuka terus menerus kisah ini juga membuatku menunggu. Kebingungan melanda, pikiran terus berkecamuk memikirkan Kamelia yang perlahan cintanya memudar. Sebenarnya aku bisa saja memaklumi. Namun, jika terus-menerus seperti ini. Apa kabar hubungan kami? terus terang kukatakan, aku mencintai Kamelia. Tapi logikaku menolak untuk selalu diperlakukan seperti ini. Rasanya Kamelia sudah tak mencintaiku lagi. Terahkir kali dia menghubungi dan mengatakan ada kabar baik un