Bab 12. Malapetaka

2062 Words
Perubahan pada diri J terlihat dengan jelas. Dia tampak lebih segar dan juga sempurna. Kulitnya bersih, halus dan mulus. Rambutnya terlihat lembut dan juga tertata dengan rapi. Semua yang ada pada dirinya begitu menunjukkan hasil positif dari serum tersebut. Hingga keesokan harinya. Mereka kembali masuk ke dalam laboratorium. Mereka akan bersiap untuk konferensi pers sore nanti. Mereka akan menjadi penemu serum dan akan tercatat dalam sejarah penelitian. “Apakah semuanya baik?” tanya Lea pada J. Mereka duduk di kursi masing-masing. Memandang ke arah J dan menunggu jawaban yang akan dia berikan. “Seperti yang kalian lihat. Aku baik dan semakin tampan!” ucapnya dengan sangat percaya diri. dia berdiri, berputar sebenar. Menunjukkan kepa semua rekannya. Bahwa dirinya baik-baik saja setelah mendapatkan serum tersebut. Serum dengan formula terbaik yang telah mereka temukan. Walau sebenarnya, dia mulai merasakan nyeri di perutnya. Tapi, dia berpikir itu hanyalah sakit perut biasa. Sayangnya, dia tidak tahu. Itu adalah awal dari semua masalah yang akan terjadi. “Wah, hebat! Selamat untuk keberhasilan kita!” ucap Joe. Dia berdiri dan bertepuk tangan. Disusul dengan rekannya yang lain. “Apakah boleh minum anggur untuk merayakan keberhasilan kita hari ini?” ucap J dengan penuh semangat. Tapi seuah jitakan mendarat dengan mulus di kepalanya. Hingga membuay dia mengaduh karena sakit. “Aw, sakit!” pekiknya. Dia membalas jitakan H pada dirinya. “Kau ini bodoh! Ini hari besar, dan kau ingin mabuk sebelum semuanya dimulai?” H mengomel pada J. Dia mendelik dan berkacak pinggang. Dia sama sekali tidak pernah bisa akur dengan J sampai kapan pun. Entah karena apa, mereka berdua selalu saja berbeda pendapat. Termasuk untuk masalah satu itu. J mendecih, menjulurkan lidah dan kemudian melengos padanya. Dia begitu kesal pada H yang terus saja mengganggunya. Dia selalu saja kesal dengan gadis sok pintar itu. Mulai sejak di universitas. Keduanya terus saja seperti itu. Apa pun masalahnya, bahkan hal sepele sekali pun. Mereka pasti akan berakhir berdebat dan bertengkar satu sama lain. Tak jarang bahkan keduanya juga berkelahi. Gadia itu sama sekali tidak mirip dengan perempuan mana pun. Dia lebih terlihat seperti pria ketimbang wanita. Begitu pikir J. Peneliti yang lain hanya terkekeh melihat tingkah keduanya. Mereka memang selalu seperti itu. Sudah hampir enam tahun bekerja bersama. Dan mereka selalu bersikap sama. Kalau tidak berdebat ya berkelahi. Keduanya seperti anjing dan kucing. Tidak pernah akur. Namun, suasana kebahagiaan itu tiba-tiba beruah menjadi suasana yang suram. Saat Jooe mendapati objek 5656 terbaring tidak bernyawa. Tubuhnya telah membiru dan juga dingin. Dia menutup mulutnya. Berjalan mundur dan menggelengkan kepalanya. “Ini tidak boleh diketahui oleh mereka. Selangkah lagi uang akan datang dengan sendirinya. Sial!” Joe segera menyeret tubuh 5656. Dia memindahkannya sendiri. Mencoba menutupinya dengan berbagai barang di ruang yang tidak digunakan. Setidaknya, untuk hari ini saja. begitu pikirnya. “Kenapa kamu ke sana Prof? Apakah ada barang yang ingin kamu ambil? Aku akan membantu!” ucap H dengan antusias. Dia selalu menurut dengan semua perkatan Joe. “Ah, tidak ada,” ucap Joe mencoba tenang. Dia menyembunikan kedua tangannya yang cukup kotor di balik badannya. Lalu segera pergi dan menghindar dari H. Dia lebih baik diam untuk sementara waktu. Sebelum yang lain tahu. Dan uang itu tidak jadi dia miliki. Serum yang sudah dia kirimkan akan segera sampai. Uang yang dia impikan akan segera diterima dengan aman. Ghanya butuh satu jam dari sekarang. Dia hanya berharap J tidak akan menunjukkan gejala yang serius setelah ini. kenyataan objek 5656 telah mati. Itu adalah sebauh pertanda besar,. Bahwa ada yang tidak beres dengan serumnya. Ada hal buruk yang akan terjadi di setiap suntikannya. “Aku bisa gila! Kenapa mereka belum juga mengirimkan uangnya?” gumamnya pelan. Joe terus memeriksa ponselnya. Mengecek saldo di rekeningnya. “Kau kenapa? Kau tidak terlihat baik. apa kau sakit? lea muncul tiba-tiba di depannya. Dia terkejut dan beridir. Dia pun memasukkan ponselnya ke dalam saku jas yang dia kenakan. Lea tida boleh mengetahui rencananya. Jika tidak, dia pasti akan meminta bagian dari penjualan tersebut. “Tidak, aku baik-baik saja. Bagaimana dengan rencana konferensi pers? Apa sudah siap semuanya?” Joe mencoba mengalihkan arah pembicaraan mereka. Berharap Lea akan mengikuti alurnya. “Ya, semuanya siap. Hanya tinggal beberapa jam lagi. Mereka akan datang ke sini. Ruangannya juga sudah dipersiapkan dengan baik. Jangan cemas, kita sudah menyelesaikan ini dengan baik!” ucap Lea dengan nada percaya dirinya. Seperti biasa, dia cantik dan menawan. “Aku akan bersiap sekarang. Kau segeralah bersiap, jangan menunjukkan pakaian tidak keren itu di depan kamera wartawan!” lanjutnya. Dia pun pergi meninggalkan Joe sendirian. Akhirnya Joe bisa bernapas lega. Dia kini harus berakting dengan bagus. Agar tidak ada satu pun yang mencurigainya. Dia juga harus segera pergi dari sana. Dia tidak ingin bertanggungjawab dengan keadaan yang ada. Nyawa J mungkin saja akan segera melayang. Entah satu jam lagi atau satu hari lagi. Maka, dia benar-benar harus pergi dari sana secepatnya. Joe mengintip ke luar jendela. Dari sana dia bisa melihat telah banyak mobil terparkir dengan rapi di luar gedung. Rupanya, wartawan itu telah datang dan bersiap untuk mewawancara mereka semua. Dia harus bergegas pergi. Jika tidak, hukuman dan jeruji besi dingin itu akan segera mengurungnya. Dia menggeleng pelan. merasa ngeri dengan bayangan yang baru saja terlintas di kepalanya. “Tidak! Aku tidak ingin dipenjara!” gumanya. Saat dia melihat para peneliti telah bersiap untuk wawancara keberhasilan mereka. Dia pun segera membereskan barang-barangnya. Secepat yang dia bisa. Dia mengambil beberapa serum di tempat penyimpanan. Tidak butuh banyak waktu lagi. Dia harus segera pergi dari sana. Sebelum mimpi buruk atas kebenaran serum itu terbongkar di depan media. “Ke mana Joe?” tanya Lea. Mereka saling menoleh dan memeriksa. Tapi, tidak menemukan sosoknya di mana pun. “Mu gkin dia grogi Prof, biarkan saja. Nanti juga pasti ke sini,” sahut E dengan cueknya. Dia tersenyum dan mencoba menenangkan Profesornya. Menurutnya, sudah tidak ada waktu lagi. tidak perlu menunggu orang lagi. Mereka harus segera menunjukkan pada Dunia. Bahwa serum itu telah berhasil mereka ciptakan dengan sempurna. “Oke, kau benar. Bisa jadi dia sedang di kamar mandi sekarang. Jadi, mari kita segera menemui para wartawan yang sudah tidak sabar mendengarkan kabar gembira ini.” kali ini, Lea juga telah lebih bersemangat dari sebelumnya. Dia berjalan di depan. Disusul dengan para peneliti yang lain. Ekor matanya melihat di salah satu titik. Dia menemukan atasannya sudah duduk dengan tenang di salah satu penjuru ruangan. Dia tersenyum tipis dan mengerling ke arahnya. langkahnya kian percaya diri dan mantap. Apa pun yang akan terjadi hari ini, dialah yang akan dikenang dalam sejarah. Mereka telah berdiri tepat di depan semua wartawan. J mulai merasakan sesak dalam dirinya. Dia sulit bernapas dan menoleh ke arah rekannya. Tapi, mereka hanya melihat lurus dan sibuk berpose dengan sempurna di depan kamera. J menahan sekuat tenaga. Dia tidak menyangka akan mengalami efek samping setelah hampir dua pulluh empat jam dia diberikan suntikan. Kini, dia menyadari. Sepertinya, serum itu tidak menimbulkan efek samping secara langsung seperti biasanya. Tapi, memperlambat efek sampingnya. Dan kali ini dia mulai merasa menyesal telah tidak mendengarkan ucapan F sebelumnya. Sesat kemudian napasnya kembali normal. Dia merasa aneh dengan gejala itu. Apakah ini normal? Haruskah aku mengatakan pada mereka apa yang aku rasakan saat ini? atau hal itu hanya akan membuat peluncuran serum ini menjadi berantakan? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Menahannya sendirian? Mampukah aku? Ah, tapi, 5656 masih hidup. Itu berarti hanya efek samping ringan dari serum. Semuanya akan baik-baik saja. ya, semuanya akan baik-baik saja. Para wartawan duduk dengan sikap siap. Kamera telah mereka nyalakan. Mereka telah bersiap merekam apa pun yang terjadi di sana. Ini akan menjadi searah besar dalam penelitian dan dunia. Hasil dari penelitian yang sempurna itu pasti akan menjadi buruan setiap manusia. Para pengusaha telah berbaris menunggu kabar baik dari mereka. Uang bukanlah masalah, jika yang mereka dapatkan adalah wajah yang sempurna. Tubuh yang selalu sehat. Dan panjang umur. Semuanya terdengar sempurna dan menjanjikan. Siapa yang tidak akan tergiur dengan hasil yang mereka tawarkan. Lea mulai berbicara. Memberikan pidato singkatnya pada mereka semua. dia dengan sangat bangga menjelaskan tentang serum dan fungsinya. Kemudian dia meminta J untuk maju dan menunjukkan pada dunia. Bahwa serum yang mereka ciptakan adalah sebuah keajaiban yang sempurna. “J, silakan maju dan tunjukkan pada dunia, apa yang sudah kita ciptakan pada mereka semua.” Lea bertepuk tangan, disusul dengan tepuk tangan para hadirin yang ada di sana. Dia kembali mengerling dan tersenyum pada si atasan. Pria berbadan besar itu hanya mengangguk padanya. J berjalan dengan perlahan. Dia mencoba untuk tenang, dia sangat berharap gejala efek samping itu tidak lagi muncul saat dia sedang berada di depan sana. Jika tidak, hal itu akan terrekam dan membuat peluncuran serum itu akan berantakan. Dia membungkuk, dan kemudian berjalan berkeliling. Diikuti dengan kamera yang merekamnya tanpa henti. Para wartawan telah melihat perubahan dalam dirinya secara nyata. Foto lamanya terpampang di sebuah layar besar di depan sana. Dia melangkah perlahan. Beberapa orang yang melihatnya merasa sangat kagum dengan keberhasilan mereka. Tidak menyangka, penelitian yang tidak lama itu menghasilkan sebuah serum yang sempurna. Di saat yang bersamaan. Joe sudah berada di dalam sebuah taksi, dia melihat dari layar ponselnya. Peluncuran serum itu telah berlangsung. Rekeningnya ttelah terisi penuh dengan uang yang dikirimkan oleh pembeli. Dia merasa tidak lagi perlu berdiri di dalam sana bersama dengan mereka. Hasilnya buruk, dan dia tidak ingin ikut dicap menjadi peneliti buruk oleh semua orang. Keputusannya untuk pergi dari sana dalah keputusan yang tepat. Dia sudah menjadi kaya raya. Dan akan segera pergi dari sana. Pergi ke tempat yang tida akan ada yang bisa menemukan dirinya. Beberapa saat berlalu. J masih berdiri di tengah para wartawan yang sibuk menanyakan banyak hal padanya. namun tiba-tiba, dia mulai merasakan gejala itu lagi. Kali ini ditambah dengan detak jantungnya yang kian melemah. Dia bisa merasakan dirinya kian lemas dan kemudian terjatuh di lantai. Semua mata yang melihat kejadian itu berteriak. Tidak mengira semua itu akan terjadi. Lea dan para peneliti lainnya terdiam seketika. Senyum di wajah mereka menghilang. Keburukan telah terjadi. Serum mereka menimbulkan efek samping dan terrekam oleh kamera. Hal  itu bahkan sedang disiarkan secara langsung di televisi dan internet saat ini. mereka berlarian. Menuju J yang sedang terbaring di lantai. Mereka menutupinya dari kamera yang terus saja merekam mereka. “Stop, jangan rekam!” teriak Lea. Dia menoleh ke arah sang atasan. Tapi, di tempat duduknya saat ini kosong. Dia tidak lagi berada di dalam ruangan itu. Entah sejak kapan. Sial!   Dia mengumpat dalam hati. Mereka terus mencoba menutupi tubuh J yang tergeletak rrekannya yang lain mencoba menggendongnya untuk segera di bawa ke tempat lain. Sayangnya, tiba-tiba saja tubuh J menegang dan mulai mengejang. A dan B yang membopongnya terkejut dan menjatuhkannya ke lantai. Hal itu masih terus direkam oleh kamera para wartawan. Juga masih disiarkan secara langsung di televisi. Semua mata melihat kejadian itu. Kengerian terjadi di sebuah negara karena sebuah serum. J terus kejang, dan kemudian dia berhenti bergerak. Semua orang penaasaran dengan apa yang terjadi pada dirinya. Namun, dengan sangat tiba-tiba dia berdiri. Tapi, tidak ladi menjadi dirinya sendiri. Serum itu telah mengandung virus yang cukup berbahaya. Hal itu tak mampu di tahan oleh tubuhnya. Seluruh organnya telah terinveksi. Virus itu menguasai tubuhnya yang lemah. Saluran pembuluh darah telah terisi dengan jaringan yang dibentuk oleh virus. Kini, tubuhnya tak lagi miliknya. J telah pergi, dan yang ada dalam tubuhnya dalah virus yang telah berevolusi. Menguasai otak dan menggerakkannya. J mengerang, dia berjalan dan mulai menyerang semua orang. Orang-orang berlarian. Berharap bisa segera keluar dari sana. Menyelamatkan diri mereka masing-masing. Tidak ada yang akan menyangka. Sebuah peluncuran serum akan berubah menjadi sebuah mala petaka besar. Terekam dengan sempurna di ingatan semua orang. J mulai menyerang banyak orang. Dan serangannya mulai membuat orang lain terpengaruhi virus yang sama. Mereka semua telah hilang kendali. Tak dapat menyelamatkan diri. Tak luput Lea dan seluruh peneliti lainnya. Mereka terkena dampak yang sama. menjadi ganas dan tidak terduga. Orang yang terakhir telah menutup pintu. Mengganjalnya dengan banya kursi dan juga meja. “Selamatkan kami! tutup semua pintu keluar dari gedung ini!” teriaknya. Pintu-pintu itu pun tertutup. Namun, beberapa dari makhluk yang mengerikan itu berhasil keluar di detik-detik terakhir. Berkeliaran di wilayah tersebut. Menginveksi banyak orang dan keadaan menjadi semakin kacau. Lea dan para peneliti yang sudah terinveksi pun sama saja. mereka mengerang dan bertindak aneh. Terkurung di dalam gedung yang menghasilkan serum itu. Serum yang bahkan merenggut nyawa mereka. Senjata makan tuan!  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD