11. Suntikan Pertama

2142 Words
Di sisi lain. Keenam peneliti bersama dengan Profesor Lea dan Profesor Joe mulai menggarap serum versi baru yang telah mereka temukan. Dengan hasil dari objek 5656, mereka bisa membuat lebih banyak lagi serum yang sudah berada pada tahap aman. Serum yang menurut mereka telah sempurna. Sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Sayangnya, keputusan yang terburu-buru itu mempunyai dampak besar. Akan ada bahaya yang mengancam dalam setiap ampul serum yang telah mereka siapkan. Mereka begitu sibuk berkutat dengan berbagai macam cairan, larutan, juga unsur-unsur yang mereka ciptakan. Setiap peneliti sibuk. Mereka melakukan yang terbaik. Mencatat setiap hal yang menyangkut tentang hasil dan juga efek samping dari serum tersebut. Keadaan di dalam laboratorium terlihat begitu memusingkan. Pria berbadan besar itu melihat semuanya dari layar yang ada di depannya. “Bagaimana menurut Anda Bos? Apakah Anda puas dengan hasil yang kami dapatkan?” tanya si pria berbadan besar itu. Ada seorang pria lagi yang ada di dalam ruangan tersebut. Pria satu ini terlihat lebih muda, lebih segar dan juga lebih tampan darinya. Dia memainkan kemarinya ke atas pegangan kursi yang dia duduki. Kedua netranya yang indah itu mengamati dengan saksama kegiatan para peneliti di sana. Senyumnya terkembang dengan sempurna. Menambah level ketampanan yang semakin meningkat. Rahangnya yang kokoh menunjukkan sikap tegasnya. Rambutnya pendek dan mempunyai model masa kini. Dengan semua yang dia miliki itu. Sudah bisa dipastikan. Banyak wanita yang akan mengantre untuk mendapatkan perhatian darinya. Pria itu mengernyit, dia memerhatikan layar itu lebih dalam lagi. “Aku masih tidak bisa sepenuhnya percaya dengan hasil serum itu. Tapi, untuk serum sebelumnya ... itu memang berhasil. Kau bisa melihatnya sendiri hasilnya, bukan?” sahutnya. Pria yang dipanggil Bos oleh pria berbadan besar itu tersenyum tipis. Pria berbadan besar itu mengangguk setuju, “Ys, Bos, hasilnya sungguh memuaskan. Rasa sakit yang tidak lagi timbul. Dan hasilnya sungguh di luar dugaan! Hanya dalam hitungan jam, semuanya terlihat sangat jelas,” ucapnya dengan penuh semangat. Kepalanya menggeleng perlahan. Melihat hasil yang sungguh sempurna di depan kedua matanya. “Untuk serum yang telah dicampur virus itu, pastikan lebih dulu keampuhannya. Apakah itu benar-benar bisa melawan virus yang mematikan itu? Aku masih ragu dengan hal itu. Katakan pada mereka untuk segera mengujinya kembali. Berapa pun uangnya, aku tidak peduli!” ucap si Bos. Kemudian dia pun berdiri dan pergi. Meninggalkan si pria berbadan besar itu di dalam ruangan itu sendirian. “Baik, Bos,” jawabnya dengan membungkukkan sedikit tubuhnya ke arah si Bos. Kemudian dia pun kembali duduk. Kembali fokus dengan layar yang ada di depannya. Memperhatikan setiap gerak-gerik para peneliti di dalam lab tersebut. Pada akhirnya dia pun ikut memikirkan tentang ucapan si Bos. Tentang keraguannya dengan serum terbaru yang mereka dapatkan. Serum dengan sekali uji itu membuatnya khawatir. Terlalu cepat, dan terkesan terburu-buru. Hal itu bukanlah sikap seorang peneliti. Itu menunjukkan dengan jelas sebuah ambisi yang sangat menggebu untuk dicapai. Dia menopang dagu dengan tangannya. masih terus melihat dengan fokus ke layar tersebut. Di ruang kaca yang di tempati oleh objek 5656 tetap sama sepinya. Setelah para peneliti itu mengambil sampel serum dari dalam tubuhnya untuk segera diperbanyak. Mereka meninggalkan pria itu sendirian di dalam sana. Pria itu tetap terbaring di ranjang yang ada. Matanya menatap langit-langit ruangan. Dia dengan sekuat tenaga melawan rasa aneh yang dia rasakan dalam tubuhnya. Dia tidak boleh mengeluarkan suara sedikit pun. Dia ingin membuat semua peneliti mengira serum yang mereka cipatakan telah berhasil. Dia harus menahannya dengan sekuat tenaga. Maka, memilih untuh merebahkan diri dan menutup mata adalah hal yang bisa dia lakukan. Tangannya meremas pinggiran ranjang dengan kuat. Bibirnya bawahnya dia gigit. Segala hal dia lakukan dengan cara yang tidak mencolok. Dalam hati dia merasa sangat bersyukur. Apa pun yang akan terjadi nanti. Hasilnya akan buruk. Dan para peneliti itu akan menerima balasan yang setimpal. Kematian karena serum yang mereka ciptakan sendiri. Pria yang dinamakan sebagai objek 5656 itu merasa seluruh tulangnya remuk. Detak jantungnya kian melemah. Hingga membuat napasnya tersengal-sengal. Dia hampir kehabisan napas. Tapi, dia masih berusaha untuk tetap tidak menimbulkan keributan di dalam ruangannya. Beberapa menit kemudian semuanya kembali normal. Hal itu terus menerus dia rasakan dan berulang-ulang. Dia sendiri tidak paham. Kenapa dirinya tidak langsung mati saja. Sepertinya, Tuhan masih ingin menghukumku dengan akhir kematian yang menyakitkan seperti ini. Ataukah ini adalah jalan yang dia berikan untuk menghukum para peneliti itu? Apakah aku akan mati setelah melihat mereka semua menyuntikkan serum itu pada diri mereka sendiri? Oh Tuhan, sepertinya itu kejadian yang akan sangat membahagiakan untukku. Maka, tolong kabulkanlah keinginan terakhirku ini. Pria itu menoleh, ke arah para peneliti yang terlihat bahagia. Serum mereka akan segera diproduksi secara besar-besaran. Bayangan uang yang akan mereka dapatkan tergambar dengan jelas di pikiran mereka. Ketenaran, kekayaan, dan kekuasaan akan segera berada di tangan mereka. “Semuanya selesai!” ucap Lea dengan suara yang terdengar begitu bahagia. Semuanya memfokuskan diri pada si Profesor yang baru saja mengucapkan keberhasilannya. “Selamat untuk keberhasilan kita!” teriak Joe dengan mengangkat tangannya ke atas. Kemudian disusul dengan suara tepukan tangan dari para peneliti. Senyum mereka terkembang dengan sempurna. Harapan-harapan yang selama ini ada dalam benak mereka telah berada di depan mata. “Mereka pasti menyesal telah pergi dari tim ini. kita mendapatkan semuanya sekarang!” nisik J pada H. Keduanya terkekeh pelan. Menertawakan kebodohan rekannya yang memilih pergi di akhir penelitian. “Kau benar, mereka akan menangis menyesal seteleah melihat kita mendapatkan banyak uang, menjadi terkenal dan dipuja banyak orang!” sahut H. Keduanya kembali tertawa. Ruangan laboratorium itu riuh dengan kabahagiaan yang ada. Mereka terlihat sedang merayakan semuanya dengan atwa dan canda. “Uang kalian akan segera aku kirimkan ke rekening kalian masing-masing! Kita akan segera kaya raya!” pekik Lea. Kedua tangannya dia rentangkan dengan sangat lebar. Senyuman dan juga tatapan matanya menunjukkan kebahagiaan yang begitu membuncah. Dia sedang berada di titik tinggi hidupnya. Setidaknya, begitulah yang sedang dia pikirkan saat ini. “Jadi, apakah kita sudah bisa mencobanya sekarang? Objek 5656 memang sempurna. Dia memudahkan kita mendapatkan hasil dalam waktu yang cepat.” Joe pun mengeluarkan suara. Ruangan itu mendadak hening mendnegar ucapan dari mulut Joe. “Kau benar Joe! Apakah kita akan menikmati sensasi serum itu sekarang?” tanya Lea pada yang lainnya. Dia melihat satu per satu mata dari rekan kerjanya yang ada di sana. Beberapa dari mereka mengangguk setuju. Termasuk J yang paling antusias dengan hal itu. “Aku sudah sangat tidak sbar menantikan hal ini!” ucap J dengan sangat antusias. Tapi dua orang sedikit meragu, B dan D menggeleng dengan pelan. Keduanya saling berpandangan dan mengangguk. “Aku rasa, kita harus mengujinya sekali lagi. Tidakkah itu penting untuk hasil akhir ini? kita uji ke objek baru. Jadi, kita bisa lihat hasilnya seperti apa pada mereka,” ungkap B. Dia mencoba mengingatkan mereka tentang sebuah bahaya yang mungkin saja akan tercipta nantinya. “Halah! Itu tidak perlu dilakukan. Kalau kau takut, aku akan menyuntikkannya pada tubuhku sendiri. Dan kau bisa yakin setelah melihat hasil yang aku dapatkan nanti!” sela J. Ucapannya membuat Lea tidak jadi membuka mulut. Dia yang awalnya akan setuju dengan usulan yang B berikan. Kini menajdi berubah pikiran. Menurutnya, sudah ada yang  menawarkan diri menjadkan dirinya sebagai objek. Dia hanya perlu menunggu hasil yang dia dapatkan nantinya. Senyum tipis dan licik itu terkembang dengan sempurna. “Wah, kau sangat berani. Baiklah, apakah kau siap mendapatkan suntikan ini? kau adalah orang yang beruntung mendapatkannya yang pertama kali.” Lea menutupi sebuah kenyataan bahwa J telah dia jadikan objek penelitiannya. Dengan sebuah pujian kecil J pun hanyut dalam kebahagiaan. Dia dengan sangat senang hati menerima serum itu. Dia membuka lengan kemejanya. Menggulungnya hingga ke siku. Lea memberikan serum itu pada Joe. Kemudian dia mengangguk. Memberikan isyarat bahwa semuanya telah siap. Joe mulai meraba lengan J. Dia mencari titik yang tepat untuk menyuntikkannya ke tubuh J. Setelah memastikan posisinya tepat. dia pun membuka suntikan, dan mulai menyuntikkannya ke tubuh J. Serum itu dengan perlahan masuk ke dalam aliran darahnya. Hingga akhirnya satu ampul itu pun telah masuk dengan sempurna ke dalam tubuh J. “Wah, aku tidak sabar dengan hasil yang akan terlihat setelah ini!” ucap J dengan penuh semangat. “Lihat, aku telah mengirimkan uang ke rekening kalian!” ucapnya, dia menunjukkan layar tab ke arah para peneliti. Di sana tertera sejumlah uang yang telah berhasil dikirimkan ke rekening para peneliti. “Terima kasih Prof!” ucap mereka serempak. Sambil membungkukkan badannya sebentar. Senyum terkembang dengan sempurna di wajah mereka. Ini adalah titik keberhasilan mereka. Rasa bahagia itu membuncah dan tidak dapat mereka bendung lagi. Terlebih, saat mereka mulai melihat reaksi yang di dapatkan oleh J. Kulitnya yang kian terlihat cerah, terlihat lebih kencang dari sebelumnya. Bahkan kantung mata yang selama ini menghitam terlihat kian memudar. Kulitnya juga terlihat lebih cerah dan halus. “Wah, berhasil! J kau terlihat lebih tampan!” ucap H dengan antusias. Suara tepuk tangan memenuhi ruangan. Lea dan Joe terlihat sungguh puas dengan hasilnya. “Apa yang aku bilang. Serum ini telah sempurna! Mari kita pulang dan beristirahat. Besok adalah hari yang panjang untuk kita. Persiapkan diri kalian dengan baik. buat tampilan kalian lebih segar dan menawan. Akan banyak kamera yang menunggu kehadiran kita esok hari!” ucap Lea dengan sangat percaya diri. “Siap Prof!” jawab mereka serentak. Lea dan Joe telah meninggalkan ruangan itu. Kini, hanya tinggal mereka berenam yang ada di dalam sana. Beberapa dari mereka masih mengagumi keberhasilan dari serum yang telah disuntikkan ke tubuh J. “Lihat, tidak ada yang terjadi padaku. Selain aku menjadi lebih tampan seperti yang kalian lihat sekarang! Aku bahkan merasa sangat sehat!” ungkap J dengan sombongnya. Dia mengucapkan itu ke arah B yang sebelumnya meminta uji akhir dari sampel serum yang mereka miliki. “Ya, syukurlah kalau itu adalah hal yang baik. Apa kau yakin tidak merasakan hal lain dalam tubuhmu?” tanya B penasaran. Karena dia memang masih ragu dengan serum tersebut. Dia menyentuh tubuh J dengan hati-hati. Sentuhannya di kulit J memang dia rasakan kulitnya terasa lebih lembut. Tapi, entah kenapa semua yang sudah dia lihat dengan kedua matanya sendiri. Tidak bisa membuatnya menjadi yakin dengan serum tersebut. Karena, dia merasa aneh dengan kepergian F yang begitu tiba-tiba. Dia adalah peneliti paling cuek. Tapi, dia malah memilih pergi dari kelompok tersebut. Hal itu terus menghantuinya. Merasa was-was dan tidak tenang. Tidak mungkin F megambil keputusan sebesar itu tanpa perhitungan. “Aku baik, dan kau bisa lihat sendiri. Sentuh aku sebanyak yang kau mau!” ucap J pada B. B mendelik, dia menatapnya dengan tajam. “Tidak sudi!” ucapnya pada J dan kemudian berlalu pergi.   ***   Sementara itu, di rumah peneliti F. C dan G duduk berhadapan, keduanya mulai ragu dengan keputusan yang mereka ambil. “Bagaimana jika mereka berhasil?” tanya G dengan suara lirih. “Ya, itu keberuntungan mereka.” F menjawabnya dengan santai. “Tapi, kita ikut bekerja keras hampir enam tahun! Dan mereka mendapatkan semuanya, sementara kita ... sepeserpun tidak!” kali ini G sedikit meninggikan suaranya. “Kau menyesal telah keluar dari sana?” sela F saat dia melihat C akan membuka mulutnya. “Kau bisa kembali, jika kau mau! Mungkin, kau akan diterima oleh Profesor Lea. Atau ....” F tersenyum licik saat mengucapkannya. “Atau apa, hah?” “Atau kau akan dijadikan objek penelitian mereka sama seperti A. Apa kau siap dengan hal itu?” F menjawabnya dengan suara lebih tinggi dari sebelumnya. Dia mencoba memberikan peringatan pada G. Bahwa apa yang sedag dia rasakan itu tidak akan berakhir baik. lea telah memberikan ancamannya dengan sangat jelas. Kembali ke sana dan memohon ampunan? Itu hanyalah misi bunuh diri! G terdiam. Dia kahirnya tersadar dengan ucapan F. Bahwa tidak ada jalan kembali ke sana. Berakhir seperti A, itu sangat mengerikan. “Tenanglah G, kita akan membuat penelitian kita sendiri!” ucap C dengan suara riang. Dia merogoh tas yang dia bawa. Mengeluarkan beberapa ampul serum yang dia bawa sebelumnya. Dia mengerling ke arah G yang terlihat tidak percaya dengan apa yang dia lihat. “Kau ... berani sekali kau membawanya keluar dari sana! Kita bisa mati karena serum ini!” ucap G semakin panik. Bukan hanya dia, F pu terlihat panik dan rahangnya mulai mengeras. “Tenanglah, mereka tidak akan tahu hal ini. serum ini ada di dalam kotak make up ku. Hal yang mereka lihat di kamera pengwas hanyalah aku yang memasukkan kotak make up ke dalam tas. Bukan ampul serum!” jelas C pada mereka berdua. Keduanya pun bisa bernapas lega. “Ah, satu lagi. Sepertinya, kita harus mengganti ponsel.” “Kenapa?” F dan G bertanya dengan bersamaan. “Kalian tidak tahu ya? ponsel kalian telah dipasang alat pelacak! Tinggalkan saja ponsel itu di sini. Mari segera pergi ke rumahku!” ucap C. Dia meletakkan ponselnya ke meja. Begitu juga dengan F dan G. Mereka mengikuti langkah C. Ketiganya menggunakan hodie yang panjang. menutup kepala mereka agar tersamarkan di kamera pengawas di sekitar rumah F. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD