Penyuntikan telah selesai dilakukan. Tidak ada tanda-tanda fatal seperti suntikan yang sebelumnya mereka lakukan. Mereka telah menunggu tujuh hari lamanya untuk melakukan suntikkan virus ke dalam tubuh para objek. Jika ini berhasil, maka mereka akan hidup bergelimangan harta dengan kekuasaan dan ketenaran di tangan mereka.
Sedari pagi mereka telah bersiap. Melakukan persiapan lebih pagi dari sebelumnya. Ini adalah hari bersejarah bagi mereka. Mereka akan mencinptakan sebuah serum yang tiada bandingannya. Mereka akan menguasai dunia. Mereka akan bisa mendapatkan sebuah paten dari serum yang telah mereka ciptakan.
Para objek telah berada di ruangan mereka. Mereka yang tidak tahu menahu tentang hal apa yang akan terjadi hanya diam. Objek 5656 pun sama dia tetap diam dan tak banyak berkomentar. Karena, terakhir kali dia mencoba menyentil hati si peneliti. Tidak ada tanggapan yang bagus. Tanganpan datar dan tak berperasaanlah yang dia dapatkan saat itu. Dia sudah menyerah dengan hidupnya. Berusaha sekuat apa pun. Dia tidak akan pernah bisa keluar dari sana. Sistem keamanan yang begitu tinggi. Tidak akan mampu dia terobos. Pada akhirnya dia pasrah, apa pun yang akan menimpanya nanti. Dia tidak peduli lagi. Tidak ada keluarga yang harus menangisinya jika dia pergi. Lalu, apa lagi yang harus dia risaukan saat ini?
Para peneliti bersiap menyuntikkan virus yang sudah mereka siapkan. Virus yang pernah menjadi sebuah wabah di dunia. Virus varian terganas yang pernah ada. Virus mematikan yang membuat banyak umat manusia meninggal dalam waktu yang tidak terlalu lama. Penanganan yang cukup mengerikan. Hampir seluruh tenaga kesehatan kewalahan dalam penangannya. Tidak sedikit pula mereka gugur dalam medan pertempuran merawat para pasien yang terserang virus. Itu adalah sebuah virus yang sempurna menurut mereka. Hingga akhirnya memutuskan untuk menggunakan virus tersebut sebagai tolak ukur keberhasilan serum yang mereka ciptakan.
Para peneliti melihat ke arah jam tangan mereka. Setelah detik berada di angka dua belas. Mereka dengan serentak menyuntikkan virus yang berbahaya tersebut. setelah semua virus masuk dengan sempurna. Mereka segera keluar dari sana. Mereka tak ingin terpapar oleh virus yang mematikan itu. Mereka akhirnya duduk berjajar. Seperti kebiasaan mereka sebelum—sebelumnya. Melihat reaksi yang timbul pada para objek. Dengan sikap santai dan tanpa belas kasih sama sekali. Sudah sekitar tiga menit semenjak virus itu mereka suntikkan. Tapi, masih belum ada reaksi yang pasti. Mereka masih terdiam di tempat tidur mereka. Mungkin juga karena efek obat bius yang masih ada. Hingga di menit keempat, akhirnya salah satu objek mulai menunjukkan reaksi. Dia terbatuk-batuk parah. Mengeluarkan darah segar dari mulutnya. Ters mnerus seperti itu. Objek lain yang ada di ruang kaca melihat kejadian itu dengan mata kepala mereka sendiri. Rasa takut mulai menjalar ke hati mereka. Mereka mulai berteriak dan meminta keluar. Memohon dan bahkan sampai menangis tersedu-sedu. Tentunya, tidaka akan dikabulkan semua permintaan itu.
Satu per satu dari mereka gugur. Terbatuk-batuk dan mengeluarkan banyak darah. Beberapa dari mereka juga ada yang mengalami kejang parah. Para peneliti hanya bisa menggelengkan kepala mereka. Mereka hampir berhasil di titik ini.
Lea berdiri dari kursinya. Dia berjalan mendekat ke arang ruang kaca objek 5656. Ddia memperhatikan dengan saksama. Pria itu tidak bereaksi sama sekali. Dia hanya duduk diam sambil memandang iba pada objek lain yang mengalami reaksi parah.
“Kau puas?” ucap pria itu pada Lea. Tentu saja Lea tidak dapat mendengar ucapannya yang memang tidak bersuara itu.
“Wah, kita mendapatkan satu objek yang begitu memuaskan! Ambil sampelnya, gunakan itu sebagai bahan serum selanjutnya. Dia berhasil melawan virus itu. Serum kita telah menyatu dengan dna dia. mari kita perbanyak dengan segera!” ucap Lea dengan penuh semangat. Sementara di ruang lain banyak objek yang akhirnya tidak bernyawa. Tapi, senyum di wajahnya menunjukkan dengan jelas rasa puas yang sedang dia rasakan saat ini.
“Kenapa kalian hanya diam?” tanya Lea. Saat dia menyadari tak satu pun dari para peneliti mengiyakan ucapannya.
Dia melotot, kedua bola matanya hampir terjatuh!
“Kalian tidak mendengarkan aku? Apa kalian ingin berada di ruangan itu seperti A?” lanjutnya. Dengan nada tinggi dan kemarahan yang sangat nyata.
F melihat ke sekeliling, tidak ada satu pun dari rekannya yang berani mengeluarkan pendapat. Padahal dia sangat yakin. Mereka semua memiliki cara berpikir yang sama dengan dirinya. Dia menghela napas panjang. karena menyadari, tidak akan ada yang membantah atau pun berpendat. Dia harus melakukannya agar Lea tersadar. Ambisinya bisa membuat semuanya berakhir di titik terakhir.
“Tapi, Prof, kita harus menunggu lebih lama lagi. Kita tidak bisa melakukan ekstraksi hanya dengan percobaan dalam beberapa menit. Ini terlalu berrisiko!” jawab F, dia yang paling santai pun akhirnya membuka mulut. Mencoba menjelaskan dengan caranya sendiri.
“Kau terlalu banyak alasan. Jangan membuang banyak waktu! Kita telah mendapatkan dna yang pas! Lihat dia, dia tidak berreaksi apa pun. Dia baik-baik saja!” Lea membantah pendapat dari F. Dia tidak ingin membuang waktu lagi. Penelitian lima tahun lebih itu akhirnya mendapatkan titik akhir.
“Kita lebih baik menundanya hingga besok, prof!” ucap F. Memberikan pendapatnya dengan tegas.
“Kau membantahku? Kau ingin berakhir sama di sana seperti A? Aku bisa melakukannya sendiri! Kalian bisa pergi dari sini! Janga harap kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan dariku!” lagi dan lagi. Lea telah berada di puncak emosinya. Dia memaki dan marah dengan suara yang begitu lantang.
Joe mencoba menengahi perdebatan itu. “Dia benar, tunggulah sampai besok. Kita sudah melakukan ini cukup lama. Jangan gegabah untuk mengambil hasil akhirnya. Kita tetap harus waspada!” ungkap Joe.
Tapi, bukannya mereda. Dia semakin emosi dan kian marah. Lea bahkan membanting kursi tepat di hadapan mereka.
“Kau juga berpihak pada mereka?”
“Tdak, bukan seperti itu. Kita hanya harus lebih waspada lagi. Bukankah kau ingin serum ini menjadi sempurna?” joe mencoba meraih tangan Lea. Tapi, dia menepisnya tanpa ampun.
“Tidak! Aku ingin serumnya segera jadi. Maka, mulailah bekerja sekarang! Siapa yang tidak setuju dengan keputusanku. Segera pergi dari tempat ini! jangan mengharapkan gaji!” maki Lea. Dia pun pergi dari ruangan itu. Meninggalkan mereka semua yang hanya berdiri di dalam sana. Joe mengikutinya, mencoba menyusul dan menenangkannya.
Sementara itu, beberapa peneliti mulai merasa gemetar. Reaksi tubuh menghadapi virus biasanya akan terjadi paling lama dua hari. Jika ini baru beberapa menit disuntikkan. Sedangkan rekasi tubuhnya masih belum menunjukkan sesuatu yang serius. Itu bukan berarti serumnya berhasil. Sebab, bisa jadi virusnya masih bertahap dalam melakukan penyerangan di dalam tubuh inang.
“Aku tidak ingin melanjutkan ini!” ucap F dengan tenang. Dia membersihkan meja kerjanya. Mengambil barang-barang miliknya, dan memasukkannya ke dalam tas. Kemduian dia memakainya.
“Kalian akan tetap berada di sini?” lanjutnya. Karena dia melihat kedelapan temannya masih diam mematung.
“Aku ikut denganmu!” ucap C. Dia pun mulai membersihkan mejanya. Tidak lupa dia membawa serum yang hampir jadi itu. Dia memasukkan beberapa ke dalam tas yang dia kenakan.
“Kalian, yakin tidak ikut dengan kami? Kalian akan tetap berada di sini?” tanya C. Dia mencoba mengingatkannya rekannya. Ada bahaya yang sedang mengancam mereka. Mengambil sampel serum yang masih belum sempurna. Bukanlah sebuah keputusan yang bijak.
“Pergilah, aku akan tetap di sini.” B menjawab dengan datar.
“Ya, pergilah, aku tidak ingin kehilangan uangku!” ungkap J. Dan yang lainnya pun setuju dengan pendapat J. Mereka mengangguk dan ikut kembali duduk di meja kerja mereka.
“Aku ... ikut kalian deh ....” G pun menyusul F dan C. Dia mengambil tas dan langsung keluar. Dia tidak ingin mengambil barang apa pun yang ada di meja. Pada akhirnya dia tersadar. Dia hanya ingin keluar dan berhenti dari berbagai kejahatan yang sudah dia lakukan.
Rekannya tinggal berenam. Mereka tersenyum dan melambai pada ketiga rekannya yang memilih mundur dari pekerjaan itu. Ketiganya keluar dari laboratorium secara bersamaan. Ada raut ketakutan, resah, marah, juga dendam di wajah mereka. Tapi, mereka hanya bisa menerima itu dengan tangan kosong. Tanpa bayaran sedikit pun. Padahal mereka telah bekerja dengan keras bulan itu.
Lea merasa sangat kesal. Dia mengentakkan kakinya ke lantai denga kuat. Memukul-mukul tembok dengan tangannya. Melihat ketiga penelitinya memilih berhenti dari pekerjaan. Dia sama sekali tidak menyangka. Uang pun mereka tinggalkan.
“Dasar bodoh!” umpatnya di depan layar yang menunjukkan ketiga peneliti itu keluar dari lab.
“Biarkan saja, mereka tidak akan mendapatkan apa pun. Semua berkas ada di komputer. Dan mereka juga telah diperiksa oleh petugas. Santai, semua formula itu ada di tangan kita. Kau masih yakin akan mengerjakan pembuatan serum itu sekarang?” tanya Joe padanya.
Lea menoleh. Dia mengangguk dengan mantap. “Tentu saja!” jawabnya dengan sangat antusias.
“Apa tidak lebih baik kita menunggu? Efek awet muda serum itu memang terbukti sempurna. Tapi, apakah umur panjang itu benar-benar berfungsi secara optimal?” Joe mengutarakan pemikirannya. Apa yang diucapkan oleh F ada benarnya. Dia sebagai peneliti sangat tahu hal itu. Semua yang dilakukan dengan terburu-buru, tidak akan menghasilkan produk yang bagus.
“Lihatlah dia, 5656 menunjukkan semuanya. Ia kuat, awet muda, umur paanjang hanya masalah waktu. Jika kau tidak pernah sakit, kau pasti akan berumur panjang!” ungkap Lea tidak mau kalah. Pendapatnya adalah sebuah fakta kebenaran, menurutnya.
“Oke, jikat lakukan sekarang jika kamu memang seyakin itu dengan hasilnya. Mari bekerja!” ucap Joe. Dia berdiri. Memakai jas kerjanya yang berwarna putih. Dia mengulurkan tangan pada Lea. Berharap wanita itu akan meraihnya. Tapi, yang dia dapatkan hanyalah sebuah cibiran dan ditinggalkan pergi olehnya.
Mereka kembali menuju ruang kerja. Para peneliti yang tersisa sudah memulai lebih dahulu. dia tidak ingin membuat Lea semakin marah jika tidak segera dikerjakan. Lea tersenyum senang, saat mendapati parra peneliti fokus dengan pekerjaannya. Mulai mengekstrak dna objek 5656.
“Mari bekerja! Kita akan segera kaya raya!” ucap Lea dengan penuh semangat. Dia bahkan terlupa. Tidak memberikan kabar pada si pia berbadan besar yang menjadi atasannya.
Semuanya fokus dengan pekerjaan masing-masing. Pria yang menjadi objek 5656 itu hanya diam di tempatnya. Memandang dengan jijik pada mereka semua.
Bagaimana bisa para manusia dengan kecerdasan seperti mereka. Tidak mempunyai rasa iba sedikit pun. Apakah hati mereka telah beku? Atau sudah putuskan urat rasa di dalam diri mereka?
Pria itu mulai merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Dia merasakan tubuhnya kian memanas. Tapi, hal itu masih bisa dia lawan. Selain itu, dia merasakan ada sesuatu yang bergejolak dalam tubuhnya. detak jantungnya kian melambat. Napasnya mulai sesak. Tapi, beberapa saat kemudian semuanya kembali normal.
Apa ini? Apa yang baru saja aku rasakan? Apakah ini efek dari suntikkan yang mereka berikan?
Pria itu tersenyum puas. Dia akhirnya bisa merasakan kemenangan yang sedang mereka rayakan. Hanyalah sebuah kemenangan semu. Pria itu dengan senagaja menahan rasa sakit yang menderanya. Dia ingin para peneliti itu mengira dia dalam kondisi baik-baik saja. dengan begitu, mereka tidak akan pernah tahu kondisinya yang sesungguhnya. Serum ciptaan mereka tidak akan sempurna. Karena, dia mulai merasakan efek dari suntikkan virus yang mematikan itu. Sebuah suntikkan yang bahkan merenggut banyak nyawa dalam sekejap.
Objek 5656 masih tersenyum, sambil menahan rasa sakitnya. Dia merasa ini adalah akhir dari perjuangannya. Ini adalah akhir dari rasa sakit yang akan dia rasakan. Tuhan telah mendengar doanya. Tuhan telah berpihak padanya. dia akan segera mati. Seperti doa yang terus dia panjatkan setiap hari.