Iptu Handoko berjalan di sepanjang lorong rumah sakit, dia akan menjenguk intel kesayangannya. Hubungan Iptu Handoko dan Rex memang dekat, lebih dari sekedar atasan bawahan. Iptu Handoko menganggap Rex seperti anaknya sendiri, apalagi Rex yatim piatu. Orangtuanya mati tertembak saat dia masih kecil, ketika usia Rex sepuluh tahun.
Sebenarnya Rex dari keluarga kaya. Peristiwa tragis yang menimpa keluarganya terjadi saat mereka bertiga sedang berjalan~jalan ke Hongkong. Mendadak ada perampok yang menyatroni keluarga mereka dan ... DOOOR! Mereka semua tertembak. Tembakan kedua ortu Rex menembus jantung dan mereka tewas seketika. Sedang Rex terkena tembakan di kepala! Dia koma selama sebulan, begitu sadar Rex sudah tak ingat siapa dirinya. Sepertinya dia menderita gegar otak permanen. Iptu Handoko adalah saksi yang menemukan korban ini, dia juga yang kemudian mengadopsi Rex. Rex Dewantoro adalah nama yang diberikan Iptu Handoko pada anak itu. Itulah sekilas riwayat hidup Rex Dewantoro yang diketahui oleh Iptu Handoko.
Iptu Handoko berdiri di depan ruang perawatan Rex, dia melihat melalui kaca di pintu masuk. Rex sedang bersenda gurau dengan seorang gadis cantik, gadis itu menjitak kepala Rex gemas. Iptu Handoko jadi heran, sejak kapan si dingin Rex bisa dekat dengan cewek? Itu sebelum dia teringat, Rex sedang menyamar menjadi Prerty yang kemayu.
Iptu Handoko tersenyum geli lalu melangkah pergi.
***
Pretty melirik sekilas keluar, ia tahu Iptu Handoko tadi datang menengoknya. Kini atasannya telah pergi entah kemana.
"Libby, lo tahu derita orang yang tinggal di rumah sakit?" tanya Pretty manja.
"Terbaring terus di ranjang pasien?" tebak Libby
Pretty menggeleng.
"Bukan itu yang utama. Oh, Libby ... gue bosan dengan masakan rumah sakit!" keluh Pretty.
"Elo bosen masakan sini? Setau gue, elo selalu ngehabisin jatah makanan hingga gak bersisa sebutir nasi pun!" cemooh Libby.
Pretty menyengir dengan wajah kocak. "Itu, kan, gegara elo yang nyuapi, Say."
Libby menatap Pretty penuh selidik sambil melipat tangan di dadanya.
"Oke, bilang saja. Elo pengin apa?" tembak Libby langsung.
"Tau aja elo. Gue pengin cilok, Say. Cilok yang ada di dekat sini itu lho, depan minimarket ujung jalan sono," rajuk Pretty manja.
"Berani sekali lo merintah gue, bos geng cewek Womanizer?!" bentak Libby galak.
"Please ...." Pretty menangkup tangannya, dia memohon dengan mata berkedip~kedip seperti anak anjing.
Hati Libby melunak. "Iya deh, gue beliin. Awas kalau kagak diabisin!" ancamnya jutek.
"Siap, Bu ketua geng Womanizer!" seru Pretty konyol sambil melakukan gerak menghormat.
***
Iptu Handoko sontak menoleh begitu merasa ada yang mengikutinya. Senyumnya mengembang begitu tahu siapa orang itu.
"Hei, Boy. Bagaimana kabarmu?" tanyanya ramah sembari memukul bahu orang itu pelan.
Rex tersenyum hangat. "Seharusnya Rex tidak perlu diopname seperti ini, tapi sebagai Pretty aku harus mengistirahatkan tubuhku."
Iptu Handoko terkekeh geli
"Kau terlihat senang menghayati peranmu sebagai Pretty. Ohya, siapa gadis cantik yang akrab denganmu tadi?" tanya Iptu Handoko penasaran.
"Siapa lagi?! Dia Libby, saksi mata yang harus kulindungi."
"Oh, dia tampak berbeda," ucap Iptu Handoko sambil menunjuk rambutnya. Memang hari ini Libby tampil berbeda dengan rambut pendeknya.
"Gadis centil itu suka memakai wig palsu," komentar Rex sambil tersenyum geli.
"Yang mana yang asli?"
"Yang panjang. Ayolah, kau kemari pasti bukan ingin membahas perkara rambut palsu, kan?" sindir Rex.
"Tentu. Aku ingin memberikan info tambahan sebagai kenalan dekat. Rex, aku hanya mengatakannya sekali, setelah itu aku akan menyangkalnya."
Iptu Handoko mendekati Rex dan berbisik di telinga Rex. "Dengar, sepertinya gembong p**************a yang kau selidiki memiliki kaitan dengan oknum yang membunuh orangtuamu."
Wajah Rex berubah kelam mendengarnya. Tangannya mengepal erat menahan emosinya.
"Siapa? Jadi dia ada dalam gembong n*****a itu?" tanya Rex dingin.
"Aku tak mengerti maksud anda, Tuan," ucap Iptu Handoko sok formil, lalu segera berlalu. Ternyata di belakang mereka terlihat Libby yang berjalan mendekat.
"Pretty! Lo ngapain disini?" teriak Libby kesal.
Pretty alias Rex dengan cepat pura~pura mengaduh sambil memegang perutnya.
"Oh Libby, perut gue sakit. Dan petugas cleaning service itu kelamaan bersihin toilet di kamar. Jadi gue cari toilet luar." Pretty memberi alasan yang jitu.
Dengan piawai Rex berakting lemas dan tak sengaja ambruk menimpa tubuh Libby. Libby yang tak siap menerima tubuh Pretty sangat terkejut, cilok yang diminta Pretty terjatuh dari tangannya. Butiran~butiran cilok itu jatuh berserakan di atas lantai, menggelinding kesana~kemari hingga membuat Libby dan Pretty terpeleset.
Duk!
Kepala mereka beradu keras sebelum keduanya terjatuh ke lantai. Dan bibir mereka kembali beradu hingga membuat mereka berdua terpaku.
"Oooh, mengapa kita selalu terjebak dalam situasi seperti ini?!" teriak Libby gemas. Dia berdiri dan mengulurkan tangannya pada Pretty. Pretty berdiri dengan keadaan setengah tak sadar. Libby menepuk bahu cocan itu.
"Hei Pretty, sadar! Lo seperti gak pernah ciuman sama cewek!" Libby tertawa dibuat~buat, kentara untuk menutupi kegundahan hatinya. Mengetahui Pretty yang berubah malu-malu kucing, Libby berseru heboh. "Wiks! Emang belum pernah? Jadi selama ini lo cuma pernah ciuman sama cowok?" cibir Libby.
"Ngaco!!" bantah Pretty sembari berjalan kembali ke kamarnya.
Libby mengikutinya dan terus menggodanya.
"Apa perlu gue ajari cara berciuman dengan cewek? Lebih enak dibanding ciuman sama cowok lho!" Libby berkata sembari mengedipkan matanya dan mengalungkan lengannya ke lengan Pretty.
"Ih, najis!" tolak Pretty sok jual mahal.
Libby terkekeh ceria lalu dengan usilnya ia mengecup pipi Pretty.
"Yak, Libby!" protes Pretty. Sontak dia mengelap pipinya yang bekas dicium Libby.
Libby menjulurkan lidahnya lalu berlari meninggalkan Pretty. Dibelakang punggung gadis itu, diam~diam Pretty tersenyum geli seraya mengelus pipinya.
Gadis ini ... bagaimana bisa dia berubah menggemaskan?
Hubungan persahabatan antara Libby dan Pretty telah dimulai dengan begitu indahnya.
***
Decky tersenyum geli melihat dua orang didepannya itu.
Dua~duanya sama cantik, dengan benjolan masing~masing di dahinya! Lucunya bukan itu saja, yang cewek duduk dengan kedua kakinya dinaikkan ke meja, terlihat tengil dan kurang ajar. Sedang yang cowok sangat feminim dengan gaya duduknya yang rapi, anggun dan sedang merajut. Ya, sedang merajut!
Mereka sedang lembur mengerjakan tugas eskul PKK (Pendidikan Ketrampilan Kewanitaan), kebetulan mereka sekelompok. Keberuntungan bagi si Libby, namun apes buat Pretty. Iyalah, secara yang mengerjakan tugas itu total dirinya saja! Untung Pretty tak mempemasalahkannya, asalkan kebutuhannya dipenuhi dan dia didampingi selama mengerjakannya.
"Libby, hellow ...." Pretty memberi kode sambil tetap fokus merajut. Cukup menggerakkan bibirnya seperti orang mengunyah, Libby langsung paham apa mau cocan itu.
"Oke, Say."
Libby menusuk sosis goreng yang berada di atas piring dan menyuapkannya ke mulut Pretty.
"Enak, kan, Sayang?" tanya Libby sambil menyodorkan sedotan dari s**u kotak rasa strawberry.
Pretty mengangguk manja, dia menyedot s**u yang disodorkan Libby dengan mulut yang masih penuh dengan kunyahan sosis goreng. Decky tertawa terbahak menyaksikan tingkah dua temannya yang super antik.
"Hei, keputusa ngizinin kalian menginap disini untuk lembur ngerjain tugas PKK gue rasa bukan sesuatu yang buruk. Setidaknya gue terhibur banget ngelihat kekonyolan kalian," kekeh Decky.
"Heh, kami bukan badut!" pekik Pretty dan Libby bersamaan.
Decky ketawa keras melihat kekompakan kedua temannya, bahkan sampai ke eskpresi wajahnya! Namun sejurus kemudian, wajahnya membeku.
Bersambung