Malamnya di kamar tamu rumah Decky.
Pretty telah terkapar di ranjang, terdengar dengkur halus yang mengalun dari bibirnya. Wajah Pretty saat tertidur tampak sangat imut dan menawan. Libby dan Decky tersenyum gemas memandang wajah yang imut itu. Lantas mereka saling menatap penuh selidik.
"Lo menyukainya?" Mereka berdua kompak bertanya satu sama lain.
Libby mencebik kesal dituduh seperti itu.
"Ayolah Decky, lo seharusnya tahu obsesi gue pada siapa! Gue hanya merasa nyaman bersama Pretty. Kita lebih seperti saudara walau tanpa hubungan darah. Gue suka bermanja~manja padanya tanpa beban."
"Lagian masa gue naksir cowok yang nggak kalah cantik sama gue?! Terus, gue pikir selera dia kan lebih kearah cowok," imbuh Libby pelan.
Menyadari perubahan raut wajah Decky yang tampak kesal, Libby segera menambahkan. "Ups, sorry Deck, gue lupa lo naksir dia. Jangan khawatir, gue bakal bantu lo!"
Libby dengan antusias memukul bahu Decky ala teman.
"Bagaimana caranya?" tanya Decky mulai berminat.
"Gue akan merubah orientasi seksualnya supaya dia kembali berminat pada cewek. Gue akan mengenalkan Pretty gairah menyukai kaum hawa!" jawab Libby kenes sambil menjentikkan jarinya.
Decky terkekeh geli, lalu berkata untuk menyindir Libby, "lo mau ngelakuin ini demi kepentingan lo juga, kan? Supaya Pretty gak ngerecokin hubungan lo dengan Dylan. Betul?"
Libby tertawa ngakak mendengar tuduhan itu, namun ia tak membantahnya.
"Lo betul~betul sobat gue yang tahu gue luar dalam! Hahahaha ...."
"Ya, gue juga tahu akhir~akhir ini lo gak terlalu getol mengejar Dylan. Lo lebih banyak ngehabisin waktu dengan ...." Decky menunjuk Pretty yang masih tertidur lelap.
"Apa pikiran lo masih tersita dengan pria pencuri ciuman itu?" tanya Decky penasaran.
Libby menghela napas panjang.
"Itulah, gue gak tau siapa cowok itu. Tapi jujur ciumannya bikin gue bergetar, nagih banget! Apa gegara gue ngelakuinnya pas mabok?" Libby berbicara pada dirinya sendiri.
"s**t! Saking terobsesinya pada ciuman itu, gue merasa ciuman Pretty sama persis sama ciuman pencuri itu!" gerutu Libby.
"Hah? Apa kalian pernah berciuman?" tanya Decky tak rela.
"Njiiir bukan begitu, Deck! Dia cuma nolongin gue. Ngasih gue pernapasan buatan saat gue tenggelam di kolam ikan sekolah," jelas Libby.
"Bukannya lo pandai berenang, mengapa bisa tenggelam? Jangan~jangan lo lagi modus ...."
"Iye, gue modus!! Gue modus pada Dylan, inginnya gebetan gue itu yang memberi ciuman, tapi yang inisiatif malah si Pretty!"
Decky tertawa ngakak mendengar pengakuan Libby, air matanya tak sadar keluar saking gelinya.
"Ohmaigod, apes banget lo, Libby! Sasaran lo gak ngerespon malah ... hahaha ...." Lagi~lagi Decky tertawa ngakak.
"Ya ya ya, ketawain gue terus saja, Deck! Lo tahu, gue amat penasaran. Secara gue belum pernah berciuman kecuali sama pencuri ciuman itu dan rasanya begitu menggetarkan! Jadi gue penasaran, apakah begitu juga rasanya saat berciuman dengan cowok lain? Itu sebabnya gue memancing Dylan untuk mencium gue, tapi yang ada malah gue dicium Pretty. Dan ciumannya berasa sama! Sama~sama bikin gue melting. Duh, gue udah gila kali! Rasa penasaran ini semakin menghantui gue. Gue harus berusaha lagi memancing ciuman Dylan. Gue akan membuktikan apakah ciuman Dylan juga sedashyat ini?!" tekad Libby.
Decky ternganga mendengar semua perkataan Libby yang berapi-api. "Jadi, yang benar lo naksir siapa? Dylan? Pencuri ciuman? atau Pretty?"
"Pretty!! Haiiish, maksud gue, gue tetap naksir Dylan. Gue hanya penasaran dengan ciuman itu!"
Sementara itu Pretty yang pura~pura tertidur mendengar semua percakapan dua gadis itu. Dia tersenyum geli, tersenyum masam, lantas tersenyum kesal.
Lihat saja Libby, gue gak akan biarin elo mencium Dylan, batin Pretty culas.
***
Mengapa hari ini Dylan terlihat sangat tampan? keluh Libby dalam hati sambil ngelirik barisan cewek pengagum Dylan.
Hari ini dia sengaja datang mendampingi Dylan syuting iklan. Cowok ganteng itu terpilih membintangi iklan layanan masyarakat. Iklan itu dibuat untuk menarik minat pelajar atau mahasiswa supaya tertarik menjadi tentara.
Dylan tampak cool memakai kaus putih polos, celana panjang loreng dan kacamata hitam yang menghiasi wajah tampannya. Gagah sekali. Libby sampai menggigit bibir bawahnya menahan gemas. Dia sontak teringat tekadnya untuk mendapat ciuman Dylan.
"Libby!" panggil seseorang dengan riang.
Pretty berdiri santai dengan tangan dimasukkan ke kantong celananya. Dih, cowok itu terlihat tampan dengan pakaian santainya yang keren punya. Celana selutut dan hem kasual kotak-kotak yang tak dikancingkan dengan dalaman kaus putih.
Libby tersenyum, lalu melambaikan tangannya. Pretty berlari menghampiri gadis itu.
"Kok elo ada disini juga?" tanya Libby heran.
Pretty tersenyum centil.
"Lo pikir cuma elo yang pengin ngelihat tampilan si ganteng Dylan? Gue kan fans beratnya juga," jawab Pretty dengan mata berbinar-binar tertuju pada Dylan.
Haiiish. Libby harus meluruskan selera Pretty yang belok ini supaya tak menjadi saingannya untuk mendapatkan cinta Dylan. Libby akan mengenalkan pesona wanita pada si cocan satu ini. Libby berdiri sambil memeluk Pretty, kepalanya disandarkan ke bahu Pretty. Cowok itu melirik Libby heran.
"Pretty, kalau gue peluk begini ... apa yang lo rasain?" tanya Libby kepo.
Pretty menjawab dengan santai, "biasa aja, emang kenapa?"
Libby menatap Pretty intens sambil balik bertanya, "Pretty, apa selamanya lo berniat belok begini? Apa lo enggak pengin balik ke selera awal?"
Pretty mengernyitkan keningnya, tak paham. "Selera awal? Aha, gue tahu! Maksud lo, indomie?"
Tepok jidat deh. Libby jadi gemas sendiri. Jadi ingin menggigit bibir Pretty. Ups, mengapa dia jadi mikir aneh begini?!
"Lo gak pengin jadi cowok normal lagi, Pretty?" sindir Libby halus.
"Gue cowok normal, cuma gue terlalu cantik untuk ukuran cowok," cengir Pretty.
"Maksud gue, elo gak pengin naksir cewek? Jangan ngebet ke cowok mulu!" tandas Libby.
Pretty berlagak mikir serius lalu menjawab dengan sok polos. "Ya bagaimana lagi, gue belum menemui cewek yang bikin gue naksir padanya. Adanya cowok~cowok yang bikin gue gemes. Seperti dia." Pretty menunjuk Dylan.
Kebetulan saat itu Dylan sedang menatap tajam Pretty dan Libby. Dengan centilnya Pretty main mata pada Dylan. Dylan melengos setelah dibombardir salam sok imut tapi amit itu. Namun Pretty tak kalah hawa, dia balas mengirim cium jauh pada cowok ganteng itu. Hati Libby semakin panas, dia bertambah semangat ingin mengobati kegilaan teman dekatnya ini
"Pretty, gue paham lo seperti ini karena belum mengenal pesona wanita yang sesungguhnya. Apa lo pernah berciuman sama cewek?"
“Baru sama elo,"sahut Pretty apa adanya.
"Jadi bagaimana rasanya?" tanya Libby penasaran.
Pretty memejamkan matanya untuk membayangkan apa yang dirasakannya. "Awalnya terasa aneh ... ehm, gak nyaman. Hati gue tersetrum. Ah, linu. Jantung gue berdebar kencang, terus gue sesak napas."
Pretty membuka matanya dan menatap Libby galau.
"Libby, seandainya ciuman itu diteruskan, mungkin gue akan sakit! Gue bisa jantungan, itu gak baik buat kesehatan!" sergah Pretty gusar.
Kampret, kok gue ngerasain hal yang sama? berarti gue juga bisa jantungan. Kesimpulannya ciuman dengan Pretty itu berbahaya ... pikir Libby.
Namun Libby harus menanamkan pengertian pada Pretty tentang hal yang menyenangkan saat berciuman, demi cintanya pada Dylan dia harus tabah menempuh bahaya untuk mengajari Pretty asiknya berciuman dengan cewek!
Mendadak Libby tertawa ngikik, sontak Pretty bergidik mendengarnya. Seperti ada hawa mengerikan.
"Pretty, lo polos amat, sih. Apa yang lo rasakan itu membuktikan lo berdebar karena napsu yang melanda. Ternyata lo masih ada hasrat terhadap cewek," jelas Libby.
Pretty melongo mendengarnya. "Masa iya?" gumamnya ragu.
"Yoi. Pretty, lo betul~betul pengin normal, kan?"
"Memang bisa?" tanya Pretty sangsi.
"Pasti bisa! Gue akan membantu sebagai sobat lo," jawab Libby meyakinkan.
"How? Bagaimana caranya?" Pretty mulai tertarik.
"Gue akan mengenalkan lo hasrat kepada wanita, gue akan mengajari lo trik menjadi lelaki sejati. Supaya nanti kalau praktek pada cewek lain, lo udah enggak canggung."
Pretty menelan salivanya. "Maksud lo, lo akan mengajari gue berciuman dan bermesraan dengan cewek?" desisnya takjub.
"Something like that," bisik Libby menggoda.
Pretty membulatkan matanya lucu, gayanya sungguh menggemaskan di mata Libby.
"Jangan salah paham, gue ngelakuin ini untuk menolong lo sebagai sahabat. Gue tulus. Gak ada maksud apa. Lo kan tahu hati gue kemana," jelas Libby.
Pretty mengangguk, pasti ke Dylan. Mengingat cowok itu membuat Pretty segera membuat keputusan.
"Oke, gue bersedia. Mau mulai sekarang?"
Pretty berniat menyosor bibir Libby. Buru~buru Libby menahan kepala Pretty dan menjauhkannya dari kepalanya.
"Pretty, gue ingatkan. Proyek ini rahasia kita berdua. Jadi love training hanya dilakukan saat kita berdua, ngerti?" tegas Libby.
Pretty mencebikkan bibir, kecewa. "Bilang dong dari tadi."
Libby mencubit pipi Pretty dengan gemas. "Ih, lo sungguh menggemaskan. Pengin gigit!"
"Gigit saja." Pretty menyodorkan pipinya didepan bibir Libby. Baru saja Libby maju untuk menggigit pipi mulus Pretty, mendadak Dylan muncul di dekat mereka.
"Sepertinya kalian semakin dekat," komentar Dylan dingin.
Libby segera pindah ke sebelah Dylan dan bergelayut manja di lengan cowok itu.
"Masa, sih, Dylan? Perasaan gue hanya dekat sama elo. Aih, jangan~jangan elo cemburu?" goda Libby sambil menatap dengan gaya puppy eyes.
Dylan tertawa, lantas mengacak rambut Libby pelan.
"Kalo iya, mengapa?" sahut Dylan enteng.
"Ya jadiin gue pacar elo, lah! Jangan gantung hubungan kita seperti jemuran yang kagak kering~kering," sindir Libby. Dylan tak menjawab, cowok itu malah tertawa terbahak~bahak.
Emang gue badut apa, keluh Libby kesal. Giliran disindir Dylan tak peka sama sekali. Libby mulai merasa capek. Jangan~jangan memang Dylan tak ada hati sama sekali padanya.
***
Bersambung