RAGU

1107 Words
Setelah kejadian malam itu, akhirnya Bintang mengantikan posisiku sebagai CEO di Magenta Hotel, hotel yang dulu ditinggalkan, tak hanya itu perkebunan, taman bermainpun dia juga sekarang yang mengurusnya. Sedangkan aku hanya mengurus Kaffe dan Spa, tanpa sepengetahuan Dia dan keluargaku. Iya usaha sampinganku yang dulu aku percayakan pada Cicillia sepupuku. Aku hanya ke Kaffe dan Spa saat semua orang sudah tidak ada dirumah dan akan kembali kerumah disaat semuanya belum kembali. Dan soal hubunganku bersama Bintang tetap sama tanpa ada kata, tegur ataupun sapa meski kami dalam kamar yang sama. "Pak, apa terus kita masih mengawasi ibu Mitha?" Kata Hanung yang tak lain adalah asisten pribadi Bintang saat ini "Hmm, aku mau tahu apa lagi yang disembunyikan dariku". tegas Bintang sambil memainkan bolpoint yang ada ditangan kanannya. "Apa bapak mencurigai ibu Mitha?,,,,, kata kata Hanum terpotong oleh Bintang " Apa kau gila? Aku hanya mau tahu saja apa yang dilakukan dia saja, kamu tahukan, hubungan saya sama dia seperti apa sekarang ini. beranjak dari kursi kebesarannya berlalu meninggalkan Hanum yang masih setia diposisinya, berdiri disamping kursi Bintang Berhenti sejenak sebelum menarik handle pintu "Apa aku salah, jika ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang Istri saya sendiri" ucapan Bintang sebelum keluar dari ruangannya. "Tidak salah, pak?" Hanya saja,,, ucapan Hanum terhenti dia ragu untuk meneruskankan "Aku tahu, kau takut kalau dia mengetahuinya kan, HAHAHA BODOHNYA AKU, MENGUNTIT ISTRIKU SENDIRI," ucap Bintang sambil kaki sebelah kirinya menendang udara, sambil menunjukkan seringainya. Apa lagi seminggu yang lalu Bintang tanpa sengaja melihat Mitha dengan seorang pria disebuah kaffe, ketika ia sedang menemui kliennya disana. untung saja keberadaan Bintang sepertinya tak disadari oleh Mitha. Setelah diusut dan diselidiki oleh orang kepercayaannya, sosok pria itu adalah Raffi seorang CEO disebuah hotel juga, teman kuliah dari istrinya. Bukan hanya kali ini saja Bintang menyuruh seseorang hanya untuk sekedar mengawasi pergerakan Mitha. Bahkan semenjak kepergiannya meninggalkan rumah. Bukan hal yang sulit bagi Bintang mengingat dia berasal dari keluarga kaya raya, tentu saja uang bukan masalah bukan. Tapi keluarganyapun tak tahu jika dirinya juga mempunyai usaha lain yang jauh lebih besar dan menjadikan Bintang Milyuner diusia muda. Usaha yang dirintis olehnya ketika dia masih dibangku kuliah dulu. Dan selama tiga tahun kepergiannya dia tidak mendengar rumor yang aneh aneh tentang istrinya tersebut. Tapi memang dia akui beberapa kali anak buahnya melaporkan bahwa istrinya tersebut sempat menemui beberapa pria selama ini, tapi menurut informannya juga bahwa pertemuan mereka bisa dikatakan hal wajar, selain urusan bisnis, kebanyakan dari mereka adalah kerabat dari istrinya salah satunya adalah Rama. Rama adalah kakak laki laki dari Mitha yang menurut kabar sekarang dia menetap di Amerika. dan sesekali pulang ke Indonesia menjenguk Mitha. Raffi siapa Raffi buat Mitha, seberapa pentingkah Dia untuk istrinya tersebut sehingga beberapa kali dia menemuinya, sedangkan menurut informannya jika Raffi juga tidak menetap di kota ini. "Arghhh,,,," jerit frustasi Bintang. Saat ini Bintang sedang berada didalam mobilnya, sesekali dia juga memukul mukul setirnya, dan acap kali juga mengacak rambutnya kasar. Bintang memang terbiasa menyetir sendiri. Bagi dia selagi dia bisa dan masih sanggup untuk melakukannya akan dilakukannya sendiri, apalagi memang dia tipikal orang yang menjaga tinggi privasinya. Sore ini sesampainya dirumah dia mendapati Mitha duduk seorang diri dibalkon kamarnya. Karena untuk beberapa minggu kedepan Orang tuanya dan juga Kenzo sedang keluar kota, tepatnya ke Surabaya menemui kakek neneknya Bintang yang rindu dengan Cicitnya, sedangkan papa dan mamanya memang melarang Mitha untuk ikut. Bukan tanpa sebab jelas kerena mereka ingin memberi waktu untuk Bintang dan Mitha, berdua saling meyelami dan mengenal satu sama lain lebih dalam lagi, bukan rahasia umum lagi walaupun usia pernikahan mereka hampir menginjak satu windu, tapi nyatanya lamanya hubungan keduanya hanya tercatat hitam diatas putih, yang tertera disebuah buku kecil berwarna merah dan hijau yang hanya dikeluarkan oleh kementrian agama melalui KUA. "Ehhemm" Bintang berdehem berusaha memecah kebuntuan "I...iya, ada apa kak?" Mitha terkejut, akan kedatangan Bintang yang langsung mengambil posisi duduk di beton pembatas balkon yang berada persis didepannya "Apa aku mengganggumu?" Bintang melihat Mitha lekat. Dan ini membuat Mitha semakin salah tingkah. "Aishhh",,,, ,,memberi jeda sejenak, dan melihat laki laki yang ada dihadapannya itu sepersekian detik, dan ketika menyadari bahwa Bintang masih memperhatikannya dengan intens, buru buru Mitha mengarahkan pandangannya kesisi lain balkon tersebut."Kenapa, apa kakak membutuhkan sesuatu?" ucapnya canggung. "Aku butuh kamu, Mitha!" Jawab Bintang tegas dan mantap, dan dari nada bicaranya sungguh tidak ada keraguan sama sekali. Deg Hati Mitha mulai bergemuruh, secara jantung sudah meninggalkan tempatnya saat itu juga. Dia hanya terdiam sebagai reaksinya, bingung harus berkata apa, dan harus bagaimana dia harus bersikap. Mitha sekali lagi memberanikan diri menatap dua bola mata beririskan cokelat tersebut. Mencari keraguan dan kebohongan darinya. Tapi ternyata nihil, karena tatapan dari kedua pupil itu tidak ada kebohongan dan keraguan didalamnya. "Apa maksud kakak?" ketus Mitha Jlebbbb Mendengar pertanyaan Mitha, seolah olah ada tombak besar yang sengaja diarahkan menembus tepat di palung hatinya terdalam. "Apa kamu masih belum bisa menerima dan memaafkanku, Mitha?" ucapnya masih dengan nada yang lembut dan menenangkan, meskipun kini rasa dihatinya sakit, hancur berkeping keping, tapi apa boleh buat memang dia diposisi yang salah. Menunggu jawaban dan kepastian dari Mitha. Mitha bangkit dari duduknya, berdiri melangkah pergi, namun dengan cekatan tangan Bintang sedah mencekalnya terlebih dulu. Mitha berusaha sekuat tenaga melepaskan tangannya dari genggaman Bintang namun tenaga Mitha tidak cukup kuat, alhasil Bintang malah berhasil manariknya dalam pelukan Bintang. Lagi lagi Mitha berusaha keluar dari kungkuman Bintang, namun apa daya tenaga Bintang lebih besar dari tenaganya, dan akhirnya Mitha hanya bisa pasrah membiarkan suaminya itu memelum tubuhnya yang semampai itu. "Beri aku waktu,kak!" ucap Mitha, pada akhirnya karena merasa frustasi dengan Bintang "Aku, akan memberimu waktu," tanpa melepaskan pelukannya, bahkan kini dengan satu tarikan merubah posisi Mitha untuk menghadapnya, iya Tadi memang Bintang memeluk Mitha dari belakang. CUP, secepat kilat bintang nendaratkan bibirnya dibibir Mitha, tentu saja ada penolakan dari Mitha, tapi seolah Bintang tak memperdulikannya malah dia semakin dalam mencium Mitha. perlahan namun pasti ciuman ini nyata semakin menuntut, sejenak Bintang menghentikan kegiatannya tersebut karena merasa tak mendapat respon dari Mitha, tapi juga penolakan dari Mitha lebih tepatnya saat ini Mitha masih shock dengan keadaan ini. melanjutkan kegiatannya sejenak dan hab,, eengan sekali tarikan Mitha sudah ada digendongannya, ia mengendong mitha masuk kedalam kamar, dan membaringkan Mitha dengan pelan diatas ranjang. Mitha tersontak kaget, tersadar akan posisi Bintang yang tengah berada diatasnya. Reflek Mitha mendorong tubuh kekar Bintang. "KAK, AKU BUTUH WAKTU, KEADAAN INI,SUNGGUH TAK MUDAH BAGIKU." ucap Mitha penuh penekanan, seraya beranjak pergi. "Apa, kamu masih meragukanku?" Petanyaan Bintang sontak membuat Mitha menghentikan langkahnya, yang sudah dua langkah dari tempat tidurnya yang tadi. "Iya, buat aku nyakin kalau kakak memang benar benar layak untuk aku pertahankan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD