Kembalinya Bintang

1452 Words
Hari ini sepertinya ada yang aneh sejak tadi pagi, selepas sarapan ada kecanggungan dari papa dan mama mertuaku. Tidak ada canda tawa seperti biasanya kami hanya menghabiskan makanan kami dalam diam. Entahlah mungkin mereka sedang banyak pikiran. Bintang POV "Setelah 3 tahun aku meninggalkan tempat ini akhirnya aku kembali juga pada hati yang ku rindu, pada sosok yang selalu ingin aku peluk, pada seorang wanita yang kusayangi selain mama. Selama 3 tahun terakhir ini aku berusaha keras mengubur perasaanku terhadapmu karena aku sadar aku tidak pantas mendapatkan cinta dari wanita sebaik kamu. Aku terlalu jahat bahkan kejam pada tapi setelah apa yang aku lakukan dititik inilah akhirnya aku kembali. Dulu aku berfikir hanya dengan melepasmulah jalan yang terbaik untuk kita. tidak ada yang menyakiti dan tersakiti lagi atas hubungan ini rapi ternyata aku salah, justru kamu malah bertahan dan tetap bertahan berjuang sendiri hanya untuk hubungan diatas kertas ini. Aku sadar terlalu banyak luka yang telah aku goreskan dihatimu tapi aku berharap masih ada secercah asa untukku memeluk kamu kembali, Apalagi mengingat kamu dengan segala usahamu untuk bertahan. MAAF mungkin kata MAAF tidak sebanding dengan perbuatanku tapi aku sungguh berharap kepulangan ku ini adalah titik balik hubungan kita, dan aku berjanji untuk diriku sendiri mulai detik ini aku tidak akan pernah melepasmu kambali. Walaupun kamu akan lebih membenciku karena keegoisanku aku rela asal tetap bersamamu, Mitha" suara hati Bintang Saat ini aku sudah sampai dirumah yang selama 3 tahun ini aku tinggalkan. Tadi aku memang dijemput oleh Papa dan Mama. Aku duduk disofa ruang keluarga kuperhatikan suasana rumah dengan seksama masih seperti dahalu, rumah dengan nuansa putih nan elegant. Sesuai selera menantu dirumah ini. Papa : "Bin, Papa tidak bermaksud mencampuri utusan rumah tanggamu dengan Mitha, tapi Papa mohon jika kehadiranmu hanya untuk menyakitinya lebih baik kamu ga usah kembali". Mendengar kata kata yang diucapkan papa, membuat dadaku semakin sesak dan sakit, separah itulah luka yang kutorehkan hingga orang tuaku sendiri tidak bisa menerimanya, Lantas bagaima dengan Mitha, apa dia masih mau untuk memaafkanku,,, Aku hanya bisa duduk terdiam sambil menatap langit langit, tanpa bisa menjawab kata kata papa barusan, Mama menghampiriku duduk disebelahku, seraya memegang tangan kananku. " Bin, Mama tahu kamu kembali kareana sekarang kamu mulai sadarkan, akan perasaanmu terhadap Mitha, tapi,,,, kata kata mama mengantung diudara secara ada beban berat yang menghimpitnya, sehingga ia tidak bisa melanjutkan kata katanya Papa ; "Papa tahu mungkin ini akan berat, tapi beri waktu untuk Mitha, bisa menerimamu kembali", Papa menepuk pundakku seraya pergi kekamarnya, sambil menyuruh bibi membawa barang barangku kekamar tamu. sontak saja ini membuatku shock aku tidak terima jika aku harus terpisah lagi dengan Mitha, alasanku kembali karena iya Egoku sebagai seorang laki laki memang teramat tinggi, Egoku yang menuntut hakku sebagai seorang suami kepada istri yang sudah akan tinggalkan selama ini, kulihat bibi datang dan hendak membawa barang barangku ke kamar tamu. Seraya aku melarang bibi untuk melakukannya dan menyuruhnya membawa semua barangku ke kamar Mitha, Aku ingin menunjukkan bahwa aku masih suaminya, walau sebenarnya aku tahu hak itu mungkin sudah tidak ada lagi semenjak aku meninggalkannya. Tanpa basa basi lagi aku meninggalkan mama yang masih terdiam diruang keluarga, masuk kekamar Mitha, kamar yang aku tinggalkan beberapa tahun yang lalu. Tidak banyak yang berubah dari kamar ini, dan disudut kamar ini masih tampak rak buku bukuku yang terdahulu, bahkan barang barangku jyga masih tetap berada diposisinya setelah 3 tahun kepergianku, ruang kerja yang masih sama hanya ssja ada tambahan beberapa rak dan lemari buku punya Mitha tersusun rapi disampingnya. Kusandarkan punggungku sikepela ranjang ukuran king, netraku menerawang kosong, ada rasa hampa yang menyeruak didada, ketika pikiran pikiran buruk akan penolakan Mitha. Yang bisa aku lakukan hanya berdoa semoga, wanitaku itu bisa memaafkan dan menerimaku kembali. ceklek suara pintu dibuka dari luar, sontak membuyarkan lamunanku. Ku perhatikan setiap gerak yang dilakukan gadis itu, tanpa merubah posisiku semula, antara takut dan bahagia, berkecamuk dihati dalam sekali waktu, takut akan penolakannya, bahagia karena aku bisa melihatnya lagi setelah sekian lama aku meninggalkanya. Iya yang membuka pintu tadi adalah Mitha. Mitha POV Tadi siang aku dapat kabar dari maya ( Pengasuh Kenzo), bahwa dirumah ada Bintang, dan kabar itupun dikuatkan lagi oleh Bi Mun asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja dikeluarga mertuaku. Aku tersontak melihatnya sedang duduk diranjang sambil bersandar dikepala ranjang. Dia terus memperhatikanku, matanya bergerak mengikuti kemana aku melangkah. Kupasang ekspresi sedatar mungkin, ku coba menenangkan gejolak dihatiku, antara mau menerima atau menolak kehadirannya. Aku berusaha bersikap sewajar mungkin, ku terus langkahkan kakiku kekamar mandi setelah kuletakkan tas dan sedikit dokumen dokumen kerjaku, iya aku sengaja membawa pekerjaan pulang agar aku bisa menyibukkan diri dusaat aku dan Bintang sedang berdua. Hal yang sangat jarang aku lakukan, dan mulai kini mungkin akan menjadi rutinitasku yang baru, bekerja lembur diruamah. Aku melewatinya menuju walking closet yang ada dikamarku, ku ambil piayama tidur, mulai sekarang aku harus bisa membiasakan diri berganti pakaian dikamar mandi. Huhhhh untung saja aku bukan tipikal orang yang suka dengan baju baju seksi.Selesai dengan rutinitas mandiku, Hintang masih tak bergeming dari posisinya semula, entah apa yang dipikirkan saat ini, aku juga tidak perduli ku ambil dokumen dokumen yang aku bawa tadi keruang kerja, yang masih dalam satu area kamarku hanya dipisahkan oleh pintu, ruang kecil berukuran 3×2meter yang dulu adalah ruang kerja Bintang. Kutenggelamkan kepalaku diatas tumpukan kertas kertas kerjaku, sengaja kulewatka makan malamku kali ini, sebelumnya aku sudah memberitahukannya kepada Bi Mun kalau aku lembur dan tidak ikut makan malam, ditengah tengah kesibukanku mama mertuaku menghampiriku dengan membawa secangkir cokelat hangat, tak lupa dengan camilan biskuit kering. Perhatian perhatian kecil dari mamaku selalu bikin aku luluh dan terenyuh, entah karena aku kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuaku atau memang aku sudah nyaman akan kondisi ini, membuatku bertahan dirumah ini. "Mitha, kamu kok ga makan sayang" ucap mama sambil memelukku " Maaf, ma" kataku sambil meneratkan pelukan diantara kami. Sementara ada sosok pria kecil yang menghampiri kami seraya menghamburkan pelukannya, Iya Kenzoku yang aku rindukan seharian ini aku telah melupakan kehadirannya dalam hidupku "Mama, tadi kok ga ikut makan , mama malah iya sama Aku, aku ga nakal mam, tanya aja cama ensuc" Katanya yang terisak sembari mengeratkan pelukannya Kudekap tubuh kecilnya, ku usap lembut ujung kepalanya. "Mama gak marah sayang, mama cuma banyak kerjaan, lagian tadi mama sudah makan dikantor sebelum pulang jadi mama masih kenyang" ucapku sambil menggendong kenzo kekasur kurebahkan tubuhnya ditengah tengah kasur supaya jadi pembatas antara aku dan Bintang nanti, " Sayangnya anak mama, malam ini tidur sama mama iya". tukasku lagi sambil mencium pipi gembul bocah 3 tahun itu, Mama menghampiri kami dan segera pamit untuk kekamarnya, kulihat ada gurat kekhawatiran yang teramat dalam sorot matanya. Setelah mama pergi dan tinggallah kami bertiga aku kembali keruang kerjaku, kurapikan dokumen dokumenku, dan tak lupa menyesap cokelat hangat buatan mama ditemani kue kering untuk mengganjalnperutku yang memang sudah lapar. terdengar suara Kenzo sedang mengintrogasi papanya, yang sesekali sukses membuat tersenyum oleh celotehannya, dan sesekali ada canda garau diantara keduanya. Aku kira keadaan kaku dan menengangkan mengingat sepasang ayah dan anak ini memiliki sifat dan karakter yang sama, sama sama dingin seperti es batu. Aku tidak tahu pasti sejak kapan Bintang beeubah sedikit hangat, apa mungkin karena dia sedang bersama Kenzo. Bahkan kadang kadang sifat jailnya muncul secara tiba tiba. seperti saat ini misalnya, mereka berdua sengaja menyembunyikan berkas berkas yang aku bawa dari kantor, dan mengunci fuang kerjaku. Mau tak mau aku hanya bisa pasrah, ku mainkan benda pipih yang ada logo apel tergigit milikku untuk mengudir kejenuhanku dan rasa canggung, iya aku masih merasa canggung akan kehadiran Bintang suamiku, tapi belu aku membuka kunci layarnya ponsel itu sudah diambil oleh Kenzo "Kenzo, apa apan ini sayang, mama,,,," belum selesai ucapanku. " Mama dari kemarin kelja kelja telus, pagi kelja, siang kelja malam macih kelja, kapan ada waktunya buat Nzo". Rajuknya sambil melipat kedua tanggannya didada. Kelirik sebentar ke arah Bintang karena tadi aku dengar kekehan kecilnya, ku monyongkan bibirku sebagai reaksi ejekannya, kudekati Kenzo, kupeluk, berharap dengan pelukan hangatku akan mencairkan amarahnya. "Mama kan, harus kerja sayang". aku coba memberi pengertian "Tapi kan sekarang ada Papa, Ma! ucapnya sambil mengelos,,, Ku lirik lagi kearah suamiku itu aku tahu ini pasti ulahnya," huhh," sambil ku naikan sedikit pundakku. Tanpa kuduga sebelumnya dengan nada memerintah, datar dan dingin tentunya Bintang memintaku untuk tidak bekerja lagi, dan dia yang akan menggantikan posisiku dihotel, "Apa" aku terkejut tak percaya mendengar apa yang dikatakan suamiku "Kamu ga dengar tadi, Aku ngomong apa? Keputusan aku sudah final Mitha. Dan disini AKU SUAMI KAMU,aku ga mau diBANTAH lagi, kata katanya penuh penekanan. Untuk pertama kali kata atau lebih tepatnya adalah kalimat larangan, yang diucapkan Bintang. Malam semakin larut dan ketiga terlarut dalam pikiran dan mimpinya masing masing.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD