18. Mengalahkan Ego

1295 Words
i********:: gorjesso Happy Reading.. =flowered= Spertinya bantuan yang diberikan oleh Polisi Jung dan anak buahnya sangat membantu rencana Aiden. Mereka jadi lebih leluasa bergerak layaknya penyusup profesional. Tentu saja ini dimanfaatkan oleh Aiden. Berkas laporan tentang percobaan pembunuhan yang kemarin Aiden laporkan pada pihak kepolisian secara langsung akan ditangani oleh Polisi Jung menginngat pelaku yang melakukan kasus itu adalah orang yang sama dengan orang yang tengah dicari olehnya. Berkas itu akan diproses cepat dan akan digunakan bila mereka sudah berhasil melakukan rencana berikutnya. Yaitu memancing Kris untuk melakukan kerjasama. Karena seperti prinsip yang sudah umum diketahui. DEKATI MUSUHMU, DAN JADIKAN IA SAHABATMU. Dan dengan itu kau akan tahu seperti apa mereka. Begitulah usul Polisi Jung. "Baik. Kami menyetujui rencana anda." Ucap Aiden meyakinkan. Malam tadi, anak buah Polisi Jung sudah mencari banyak bukti yang sudah lama terjilid dalam perpustakaan khsus untuk Kris. Karena saking banyaknya bukti kejahatan yang sudah dilakukan pria itu dalam kurun waktu 4 tahun saja. Dari yang Aiden ketahui secara singkat dari perpustakaan itu adalah Kris yang ternyata memang sudah dilahirkan untuk meneruskan bisnis mafia keluarganya. "Kris pernah menghilang tanpa jejak selama 2 tahun. Dan ternyata ia ada diperusahaanmu?" tanya Polisi Jung ketika mereka duduk berdua disebuah caffe menunggu Taemin dan Pengcara Han menyelesaikan beberapa misi mereka yang harus dilakukan didalam Lee Company. "Yah..sepertinya begitu. Aku bahkan baru mengetahui fakta mengejutkan ini 2 hari yang lalu. Hahaha...tak kusangka ia adalah seorang mafia. Tapi faktanya aku pernah menganggapnya sahabat." Jawab Aiden lalu disusul oleh kekehan gelinya. "Tapi kurasa kau tidak ikut bermafia dengannya, bukan?" "Kalau begitu aku tak perlu dibunuhnya." "Hahaha...benar sekali. Oh ya, apa selama Yi Fan..Ah, maksudku Kris, apa dia pernah dekat dengan seorang wanita?" "Wanita?" Tanya Aiden memastikan. Dan Polisi Jung menganggukan kepalanya lalu menyesap kopi dihadapannya. "Aku rasa tak ada yang paling dekat dengan Kris selain Victoria Song. Mereka patner—sebagai mafia tentunya." Lanjut Aiden. "Bukan! Bukan Victoria yang kumaksud. Dia memang mafis yang sama dengan Kris. Tapi yang kumaksud dengan 'wanita' adalah layaknya pria yang mencintai wanita." Interupsi polisis Park. "Maksudmu kekasih Kris?" Polisi Jung menganggukan kepalanya kembali. Oh...jadi sepertinya ia tahu maksud Polisi Jung. Jessica? Tebaknya. Memang siapa lagi selain gadis yang juga dicintainya itu yang dekat dengan Kris. Dulu sebelum ia tahu ternyata dunia sangat sempit karena bisa mempertemukan ia dengan Kris saat ia bersama Jessica. Dan disana Kris terlihat sangat marah ketika ia sedikit saja menyentuh Jessica. "Begini saja—" Sela Polisi Jung. Ia mengambil ponselnya dan terlihat mencari sesuatu yang mungkin dapat membuat Aiden mengerti dengan pertanyaannya. "Ini. Apa kau mengenal gadis ini?" tanya Polisi Jung seraya menyodorkan ponselnya kehadapan Aiden. Benar tebakannya, Jessica. Aiden tersenyum penuh arti. Namun sepertinya ia harus berlanjut pada Polisi Jung. walau ia rasa tak mugnkin sebenarnya. Apa ia akan terasa seperti menuduh Jessica dengan pertanyaannya. "Apa gadis ini juga memiliki keterlibatan dengan Kris?" Tanya Aiden ragu. Demi Tuhan, ia tak bermaksud menuduh Jessica. Ia sepenuhnya percaya pada gadis itu. Ia hanya perlu tahu. "Ah...tidak...4 tahun yang lalu kami mencari gadis itu sampai ke Amerika karena berita keberadaan terakhirnya Kris dan gadis ini bersekolah disana. Tetapi ternyata gadis ini sudah tidak tinggal disana lagi. Kami hanya ingin mengetahui keberadaan Kris lewat gadis ini." Sanggah Polisi Jung cepat. "Sebenarnya aku kenal gadis ini..." Aiden menghela nafasnya sebentar. "Namanya Jessica Jung. Dan aku pikir mereka memang dekat. Dan mereka sudah bertemu kembali akhir-akhir ini." Lanjut Aiden kemudian. Ah...kenapa ia harus menceritakan semuanya? Apa ia berniat mengusik hidup tenang gadis itu? "Bertemu kembali—maksudmu Kris dan gadis ini?" "Nde." "Bagaimana bisa kau mengetahuinya? Apa kau juga dekat dengan gadis itu?" "Hah...ceritanya panjang sebenarnya. Juga sedikit menggelikan dan layaknya drama ditelevisi. Tapi ketahuilah...kami ini terlibat cinta segitiga." Polisi Jung terlihat mendelikkan satu alisnya. Dan Aiden tak memperdulikannya, toh memang benar, kan? Ini cukup menggelikan memang bila dipikir kembali olehnya. Hany yang tidak menggelikan adalah cintanya untuk Jessica yang terlalu tulus. Pikirnya sembari melihat layar ponsel Polisi Jung yang sedang memampangkan foto Jessica sedang tertawa, sepertinya foto ini diambil secara diam-diam. Membuatnya berpikir apakah selain menangkap penjahat Polisi Jung berlaku menjadi secret admirer? Pikirnya polos. .... "Eugh..." Lenguh Jessica. "Aigoo...Doggie-ya. Berhenti, kau membuat hidungku geli...ahaha.." Tawa Jessica ketika ia dibangunkan oleh Doggie dengan cara menggesekkan bulu-bulunya pada wajah Jessica membuat gadis itu langsung terbangun dan menangkap Doggie dalam pelukannya. "Aigoo...kau memang alarm yang terbaik yang pernah kugunakan." Ujar Jessica sekenanya. Doggie memang sering melakukan ini bila ia menemukan majikannya itu masih tertidur disaat matahari sudah menyingsing dilangit. Namun Jessica tersadar akan sesuatu. Ia menyadari sekelilingnya bukanlah kamarnya. "Eoh, aku tertidur di sofa?" tanyanya pada diri sendiri. Merasa bingung kenapa ia bisa tertidur disofa. Dan ketika ia teringat satu hal ia langsung menepuk jidatnya kuat. "Aish..jinja, kenapa aku bisa tertidur saat mengawasinya?" Rutuknya. Ia memukuli kepalanya sendiri dan memincingkan matanya menatap pintu kamar Aiden. "Awas kau!" Gumamnya. Lalu ia segera bangkit hendak memeriksa meja makan. Mungkin disana ia bisa menemukan bukti akurat bila Aiden pasti sudah menjadi pencuri makanan semalam. Karena Jessica sudah menata makanannya semalam. Posisinya yaitu sup ayam ditengah meja makan, kimchi disebelah kananya, ayam disebelah kirinya, dan— Sayangnya posisinya masih sama. Dan—makanannya masih utuh? "Bagaimana bisa?" Bahkan mangkuk nasi masih penuh serta ping yang masih tengkurap dimeja makan. Posisi sumpit serta sendok juga masih sama. tak ada yang berubah. Jessica ingat betul. Jadi—Aiden tak makan tadi malam? Jessica cepat berlari menuju kamar Aiden. Tidak—maksudnya didepan kamar pria itu. memandang ragu pintu kamar itu. Entah bagaimana bisa perrasaan khawatir tiba-tiba menyelimuti hatinya. Ia takut tebakannya kemarin tentang mungkin saja Aiden pingsan didalam kamar akan menjadi kenyataan. Perlahan kakinya bergerak mendekat pada pintu kamar Aiden. Dan disaat ia sudah berhadapan dengan pintu itu. Saat ia hendak menyentuh gagang pintu, berkali-keli juga ia menurunkan tangannya kembali. Dan karena saking frustasinya ia menggigit bibirnya keras. "Oh...kau menang, Aiden sialan." Umpat Jessica sebelum akhirnya ia memegang gagang pintu itu. Dengan mulut yang terus berkomat-kamit mengumpat pada Aiden. "AAAA...sialan kau Ai—" Belum Jessica menyelesaikan umpatannya. Ia sudah dikejutkan dengan kekosongan kamar pria itu. "Kosong?" Lirihnya bingung. Jessica semakin berjalan memasuki kamar Aiden yang sama sekali tidak disangkanya Aiden tak ada didalamnya. Jadi—kemana pria itu? Tanyanya dalam hati. Dikamar mandi kamar ini juga tidak ada. Dan perasaan khawatir itu menghampirinya lagi. Ia khawatir dengan kenyataan Aiden tak ada dikamar ptia itu dan juga tidak ada diseisi rumahnya. Jessica menggigit kembali bibir wajahnya. Kenapa ia bisa menjadi merasa sedih bercampur khawatir dengan kenyataan ini? Aiden pergi karena marah padanya. karena waktu itu ia menolak bicara dengan pria itu? Karena bisa dipastikan mungkin Aiden sudah pergi sejak kemarin. Dan bodohnya kenapa ia baru menyadari hal ini? Jessica berlari menuju kamarnya dan cepat menyambar ponselnya. Ia mencoba menghubungi paman Shin, karena tak ada lagi tempat yang bisa dijangkau Aiden selain rumah paman Shin. Dan ia terlalu gengsi untuk menghubungi Aiden secara langsung. "Yoboseyo." Sapa Jessica. "Yoboseyo, Jessica. waeyo?" Jawab seseorang dari seberang sana. "Paman..apa Aiden sedang bersamamu?" Tanya Jessica to the point. "Aiden? Tidak...dia tidak kemari sejak mencari waktu itu. memangnya ada apa? Kalian bertengkar lagi?" "Kami memang sedang bertengkar paman Shin.." Keluh Jessica. "Ya sudah, aku akan menutup telepon ini paman. Sampaikan salamku pada bibi..Anyeong.." Setelah itu Jessica memutuskan sambungan teleponnya dengan paman Shin. Jessica terduduk di ranjangnya dan mengehela nafas gusar. Pikiran-pikiran dan hal-hal buruk mengenai keadaan Aiden begitu saja menghampirinya. Yang ia takutkan adalah karena Iaden itu maih hilang ingatan dan kemungkinan besar tak tahu atau tak ingat dengan Seoul. Ia takut pria itu akan tersesat dan, dan— "Arrgghhh...otthokae?" Ia mengacak-acak rambutnya karena frustasi. Setelah lama berpikir. Akhirnya dengan menekan dalam-dalam egonya. Kini Jessica tengah menghubungi Aiden dan menunggu dengan tidak sabar pria itu agar segera menjawab panggilannya. "Ayolah...angkat..." Gumamnya tak sabar. Ia sampai mengigiti kukunya dan berjalan mondar-mandir disekitar ranjangnya. . /// .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD