17. Keputusan

1320 Words
i********:: gorjesso Happy Reading.. =flowered= "Aku mencintaimu." "Aku juga mencintaimu." Seorang gadis duduk termenung diatas sofa ruang tengah yang tengah dibisingi oleh suara televisi yang menampilkan drama yang tengah di tonton gadis itu. Walau sebenarnya gadis itu tak menontonnya sedikitpun. Sejak tadi pikirannya tak ada disana walau kedua matanya menatap pada layar televisi. Ya, Jessica sudah terduduk disana 2 jam yang lalu. Sesekali ia menoleh dan menatap nanar meja makan yang diatasnya masih tertata rapi oleh berbagai sarapan. Tapi sekarang sudah waktunya makan siang. Bukan masalah itu sebenarnya. Bukan tentang masalah makanan ia menjadi resah seperti. Mengubah posisi duduk setiap waktu dan tidak fokus setiap ia melakukan hal apapun. Ini karena seseorang. Oh...ayolah...kalian pasti tahu siapa seseorang yang tengah bergentayangan dipikiran gadis ini. Ya, Aiden. Sosok pria tampan itu tak kunjung hilang sejak sarapan tadi, pria itu tak keluar dari kamarnya hingga sekarang waktunya makan siang. Mungkin tadi pagi Jessica berpikir pastilah Aiden masih tertidur. Tapi sekarang? Jessica bahkan tak pernah menemui Aiden bangun kesiangan, bahkan pria itu yang terkadang membangunkannya. Hah...apa sekarang giliran dia yang membangunkan pria itu? Yang benar saja! Semua tahu, ia sedang kesal pada pria itu. Apa jadinya bila ia tiba-tiba menjadi sok' perhatian dengan membangunkannya? Jessica terkesiap bangkit dari sofa setelah memikirkan hal ini. Mungkin memang kali ini ia harus membangunkan pria itu. Oh...ini hanya sekali saja. Tapi baru beberapa langkah ia meninggalkan ruang tengah untuk menuju kamar Aiden. Dengan cepat Jessica membalikkan langkahnya dan kembali duduk diatas sofa lalu menutup wajahnya dengan bantal empuk berwarna coklat. "Otthokae?" Gumamnya. Sudut matanya dengan hati-hati melirik pada pintu kamar Aiden. .... Jarum jam menunjukkan pukul 11.30. berarti belum genap 24 jam ia meninggalkan rumah Jessica. Tetapi kenapa rasanya sudah serindu ini? Seperti ia sudah pergi bertahun-tahun lamanya. Dan itulah yang membuatnya tak bisa berkonsenterasi penuh pada 'pekerjaannya'. Aiden duduk berhadapan dnegan Taemin dan Pengacara Han dalam satu menja dirumah pengacara Han. Dihadapannya kini berserakan berkas-berkas penting yang tengah diteliti dan diurutkan untuk semakin memudahkan rencana mereka berjalan cepat dan tepat sasaran. Langkah pertama yang akan dijalankan hari ini adalah mengantarkan berkas-berkas dihadapannya ini pad pihak kepolisian Seoul. "Selesai." Ucap pengacara Han memberitahu. Aiden sedikit terkesiap karena jujur ia masih saja melamun disaat seperti ini. Dan pengacara Han pun dapat memahaminya. Inilah efek jatuh cinta yang terkadang begitu dahsyat. Membuat manusia terkadang keluar dari batas logika yang ada. Bahkan matematika tak bisa memecahkan masalah bernama 'cinta' ini. "Sudahlah...kau sudah mengambil keputusan. Dan kau harus bertanggung jawab dengan keputusanmu itu. Jika kau ingin pergi dari rencana ini, maka hancur sudah 2 hal yang penting bagimu. Karena lambat laun, Jessica pasti mengetahui siapa jati dirimu sebenarnya, Hae-ah~" Tutur Pengacara Han. "Nde..jasohamnida." "Baiklah. Apa kita harus berangkat sekarang?" Aiden menganggukan kepalanya pelan lalu bangkit dari kursinya diikuti oleh Taemin dan pengacara Han. Sebuah mobil berwarna metalik milik pengacara Han, kini tengah menuggu mereka bertiga masuk dan menjalankan misi pertama mereka ini. Mobil ini pun belum pernah digunakan oleh pengacara Han. Jadi bisa dipastikan, para penguntit yang bekerja untuk Kris tidak akan menyurigai mobil ini. Sampai di kantor polisi. Taemin memeriksa keadaan lebih dahulu siapa yang dapat menebak bila ternyata tempat ini juga dimata-matai oleh Kris. Walau hasilnya 80% mustahil. Tetapi mengingat luasnya koneksi Kris diKorea ini. Maka hal mustahil itu menjadi 1000% benar. Sangat menggelikan menyadari hal itu. Aiden saja tak pernah menyangkanya, bila selama ini ia berteman dengan seorang mafia yang buron dan bahkan masuk daftar rendahan CIA. Walau rendahan, bila sudah masuk dalam daftar CIA, maka akan terdengar berbeda. Ia baru mengetahui ini dari Taemin 2 hari yang lalu. Tetapnya setelah ia beradu jotos dengan Kris yang harus membuatnya juga harus berperang dingin dengan Jessica. Arrggghhh...Jessica lagi..Sepertinya ia memang harus segera menyelesaikan misi ini dan segera kembali kerumah dan menemui gadis itu lalu memeluknya seerat yan ia bisa. Ini gila. Pengacara Han masuk terlebih dahulu kedalam kantor polisi. Taemin dan Aiden mengikuti dari belakang. Saat ini Taemin tengah menjelaskan bebrapa hal yang harus dilakukan Aiden bila polisi akan menanyai perihal kasus percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Kris. Ya, kasus ini pula yang akan dilaporkan Aiden pada polisi. Dan menjadi awal dari rencana balsa dendam untuk mengambil kembali haknya sebagai CEO Lee Company. "Kasus percobaan pembunuhan?" Aiden, Taemin, dan pengacara Han saling memandang lalu kembali menatap seorang intelegen polisi dihadapan mereka. "Dan anda adalah korbannya?" Tanya Polisi Jung Yunho. "Nde." Jawab Aiden singkat. Polisi Jung kembali membaca berkas yang ada ditangannya. Berkas itu berisi sebuah data dari pelaku dan korban. Serta kronologi dari percobaan pembunuhan itu, serta bukti-bukti yang pastinya cukup memberatkan sang pelaku. "Bukankah Kris Wu adalah manager dari Lee Company?" "Nde. Anda benar." Jawab pengacara Han. "Dan anda sebagai korban, adalah atasannya?" Pengacara Han mengiyakan lagi. "kasus ini sudah sering terjadi. Terkadang bahkan percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh keluarga sendiri. Dan selalu dilandasi oleh rasa iri. Tetapi sepertinya yang sekarang ada dhadapan saya terdengar berbeda. Mengingat Kris bukanlah orang biasa." Pengacara Han, Taemin, dan Aiden kembali saling memandang dengan mata yang menyiratkan ketidak percayaan. "Apakah—tuan tahu siapa Kris Wu ini?" Tanya Pengacara Han. Bila tebakan mereka bertiga benar. Mungkin Polisi Jung sudah tahu kasus mafis Kris. Polisi Jung tertawa setelah mendengar pertanyaan pengacara Han. "Oh...maafkan saya." Ucapnya. "Yah...seperti apa yang anda pikirkan. Saya memang sudah tahu siapa Kris Wu hanya dengan melihat wajahnya. Jadi hanya dengan itu aku akan langsung percaya bahwa Kris pasti berani melakukan percobaaan pembunuhan itu. Karena Kris juga masuk dalam daftar perncarian intelegen kepolisian Korea Selatan. Sayangnya kami tak pernah menyangka, Kris yang lebih dikenal dengan Yi Fan dalam dunia mafia, ternyata memiliki nama asli Kris Wu. Dan itu baru beberapa hari yang lalu kami ketahui." Jelas Polisi Jung panjang lebar. "Oh...benarkah? Aku harap ini bisa membantu anda." Ujar pengacara Han senang. "Tentu. Ini sangat membantu kami. Dan secepatnya kami akan memprosesnya, atau mungkin sebagai rasa terimakasih. Adakah lagi yang bisa saya bantu?" Ucap Polisi Jung menawarkan bantuan. Pengacara Han berdecak senang mendengarnya. Karena sepertinya rencana yang ia lakukan dengan Aiden dan Taemin akan berjalan sangat lancar dan mereka tak perlu takut lagi karena intelegen kepolisian Korea Selatan bahkan ada dibelakang mereka. "Eumm...sebenarnya ada satu hal lagi yang ingin kami selesaikan— .... Hari sudah menginjak sore, dan Aiden tak kunjung membuka pintu kamarnya. Aishh...apakah pria itu sedang berniat balas dendam padanya? Keluh Jessica. Ia menatap pintu kamar Aiden dari ambang pintu kamarnya yang memang berhadapan dengan kamar Aiden. Dipikir-pikir betah sekali Aiden berada dikamarnya. Apa juga tidak merasa lapar? Pria itu sudah melewatkan sarapan dan makan siang, dan apakah Aiden juga akan melewatkan makan malam? "Heuh..." Pada akhirnya ia hanya bisa mendengus. Dan berjalan menuju meja makan. Dipikir-pikir juga, ia lapar sekarang. Ini semua gara-gara ia terlalu sibuk memikirkan pria itu, ia juga melewatkan makan siangnya. "Selamat makan!" Serunya sendiri. Siapa tahu Aiden yang ada dikamar akan mendengarnya dan dengan keadaan kelaparan pria itu akan segera keluar dari kamarnya. Ckck! Tapi Jessica salah sangka. Bahkan sampai ia dengan sengaja memperlambat makannya saja. Aiden tak kunjung keluar. Apa sih yang pria itu inginkan?! Geramnya dalam hati. Apa iya, ia yang harus menghampiri pria itu dan harus mengajak pria itu bicara? Sedangkan dirinya adalah pihak yang sedang merasa kesal. Makinya. "Sialan, Aiden..." Gumamnya mengumpat. Ia terduduk disofa dengan televisi menyala, tapi kepalanya sedari tadi menoleh pada pintu kamar Aiden. "Sebenarnya apa yang pria itu inginkan, eoh?" Cicit Jessica penasaran. "Atau mungkin dia pingsan didalam kamarnya? Ck! aku rasa tidak mungkin...dia bahkan pernah hampir sekarat..Aigoo.." Gumam Jessica berbicara pada diri sendiri. "Atau mungkin juga dia diam-diam minum dan makan ketika ak tidur siang tadi?" Pikir Jessica sembari membayangkan Aiden yang mengendap-endap keluar dari kamarnya dan bertingkah layaknya percuri. Konyol sekali. Tapi— "Bisa jadi begitu." Ucap Jessica kemudia. "Dan mungkin juga....." Jessica menyipitkan matanya menatap pintu kamar Aiden. "Aiden akan keluar untuk mengambil makan malamnya? Ah..majja!" Pekik Jessica. Kini ia menemukan taktik untuk memergoki Aiden yang pasti akan keluar mengammbil makan malam. Dan saat itu Jessica akan menangkap basah Aiden...hahaha. Pikirnya. . =flowered= .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD