i********:: gorjesso
Happy Reading..
"Bibi..." Ucap Jessica memohoon agar tak memaksanya bertemu dengan Aiden.
"Tapi Jessica..kau tak perlu marah lagi padanya, paman dan bibi Shin sudah memaafkan mereka berdua." Bujuk bibi Shin.
"Aku...aku tidak marah pada mereka, bi...aku hanya kecewa pada mereka."
Bibi Shin menghela nafasnya. Tangan lembutnya terangkat mengelus rambut Jessica yang tergerai. "Jadi kau tetap tidak ingin menemui Aiden?"
Jessica sesaat memandang pada bibi Shin yang membalas tatapannya dengan memohon. Tapi sepertinya Jessica tetap kekeh. Sehingga ia memilih mengiyakan dengan menganggukan kepalanya.
....
Aiden berdiri menatap malam yang sepi oleh bintang. Masih terbayang oleh Aiden penolakan Jessica tadi sore. Gadis itu menolak bertemu dengannya saat ia sampai dirumah paman dan bibi Shin. Dan bahkan sekarang Jessica memilih menginap disana. Apa Jessica begitu kecewa padanya? Padahal ia berniat untuk menjelaskan semuanya. Karena setelah berpikir, ia perlu dan penting menjelaskan semuanya. Karena lusa ia mungkin akan menghilang sesaat dari hadapan Jessica. Demi melaksanakan rencana yang sudah disusun secara rapi. Tapi bila keadaannya seperti ini. Jessica pasti akan semakin kecewa padanya, karena setelah lusa. Ia bukan lagi menjadi Aiden tetapi ia akan kembali lagi menjadi Lee Donghae CEO Lee Company.
=flowered=
Bau sedap begitu menggelitik indra penciuman Aiden ketika ia terbangun dari tidurnya. Apa Jessica sudah pulang?
Benar, disaat ia keluar dari kamar. Jessica sedang berjalan kekamarnya. Namun dengan menundukan kepalanya dalam seperti orang mengantuk. Begitu ia sampai dihadapan Jessica. Gadis itu terlihat terkejut bukan main.
"Aigoo!" Pekik Jessica terkejut. Tetapi gadis itu cepat menormalkan kembali raut wajah terkejutnya dan memasang kembaliwajah datar yang sudah direncanakannya bila ia bertemu dengan Aiden.
"M—mianhe...bisa kita bicara?" Tanya Aiden canggung.
Entah mengapa suasana menjadi sangat berbeda. Sangat canggung dan rasa bersalah Aiden terkumpul lagi saat ini. Rasa ingin memberitahu semuanya pada Jessica menguap entah kemana. Jessica masih terdiam menatap Aiden yang terlihat canggung padanya. Pria itu terlihat sangat tak nyaman saat ini. Begitu juga dengan dirinya, tetapi ia mencoba menutupinya dengan perangai dingin.
Sebelum mulai menjawab. Jessica menghela nafasnya menatap kearah lain mencari keberanian menolak ajakan Aiden. "Aku sangat lelah, aku ingin tidur lagi...sebaiknya bicara saat makan malam nanti. Mianhe..." Jawab Jessica. Menatap penuh keyakinan pada Aiden yang terlihat kecewa dengan jawabannya. Bahkan tatapan itu serasa membakar punggung Jessica kala ia hendak masuk ke kamarnya. Setelah menutup pintu, barulah ia bisa bernafas lega. Ia merosot dan berjongkok dibalik pintu.
Matanya mengerjap beberapa kali. Dan itu membuat airmata yang sudah terkumpul dikelopak matanya, kini turun membasahi pipinya. Jahatkan ia? Pikirnya. Kenapa rasanya sesak sekali? Ia tak tahu kenapa ia menangis lagi untuk pria itu. Pria yang bahkan baru beberapa bulan tinggal dengannya. Dulu saat ia masih dengan Kris. Rasanya meneteskan airmata pun terasa mustahil. Tapi kenapa dengan Aiden? Apa yang dimiliki pria itu hingga membuatnya menangis? Apa?
Sempat terbersit dibenak Jessica, mungkinkan ia menyukai Aiden? Tapi mana mungkin..sedangkan selama bertahun-tahun ia mampu menjaga hatinya hanya untuk pria bernama Kris Wu. Tetapi sekarang? Apa mungkin karena ia terbiasa dengan kehadiran Aiden yang setiap hari selalu bersamanya, selalu melakukan apapun bersama? Dan akhirnya menjadikan hatinya tertaut untuk pria itu? Kenapa bisa begini? Apa cintanya untuk Kris hilang sudah? Bahkan rasa berdebar saat bersama Kris seolah lenyap tak bersisa. Ia tak berdebar lagi ketika bersama Kris. Tapi akan berbeda bila ia tengah bersama dengan Aiden.
Atau mungkinkah cintanya berpaling pada Aiden?
Jessica menggelengkan kepalanya. Ia yakin, hatinya tak salah. Ia selalu mengikuti kata hatinya untuk melakukan apapun. Tetapi kenapa untuk yang satu ini, terasa sangat sulit untuk diikuti? Jessica tak paham dengan keadaan ini. Terlalu sulit untuk dicerna. Dan tentang kejadian tempo hari—pertengkaran Aiden dan Kris—di ulang tahun paman Shin. Jessica sedikit menebak, mungkinkah mereka bertengkar karenanya? Bukan karena ia merasa sok percaya diri. Tetapi itulah hipotesa paling tepat yang dapat disimpulkannya. Karena Aiden dan Kris itu tak saling mengenal. Jadi mana mungkin mereka punya masalah diluar Aiden, Kris, dan dirinya yang menjadi 'pengenal' ketika 2 pria itu bertemu.
Ditolehkan kepalanya pada pintu kamarnya yang tertutup. Hatinya merasa tak enak saat ini. Seperti ada yang akan terjadi bila ia tak lagi membuka pintu kamarnya dan tak mendengarkan apa yang hendak Aiden katakan. Seperti pria itu juga akan berkata perpisahan padanya? Seperti itulah yang ia rasakan. Tapi itu sungguh konyol, kan? Aiden tak mungkin pergi kemanapun, karena pria itu hanya punya tempat tinggal disini, dirumahnya. Dan mungkin juga dirumah paman Shin. Dan mengenai apa yang hendak dikatakan Aiden. Jessica rasa itu bisa dibicarakan lain waktu. Ia benar-benar belum siap berhadapan dengan pria itu.
Ya, begitu.
....
Aiden memandang nanar pintu kamar Jessica yang tertutup. Tertutup untuknya, itu lebih tepat. Ia menghela nafas dan menundukan kepalanya. Ia harus bagaimana saat ini? Seharusnya tadi ia langsung saja bicara tanpa meminta izin pada Jessica. Atau mungkin seharusnya ia mencegah gadis itu masuk kekamarnya. Sekarang?
Sudah tak banyak waktu lagi baginya. Dini hari ia harus segera pergi ke tempat yang sudah direncanakannya bersama pengacara Han dan Taemin. Dan nanti malam, kemarin ia sudah berencana juga untuk pergi bersama pengacara Han menuju lokasi yang sudah ditentukan. Tentu ia sudah tak bisa lagi bertemu dengan Jessica selain pagi ini. Dan ia membuang kesempatan itu tadi. Bukankah ia bodoh?
Langkah kakinya bergerak menuju meja makan dan melihat beberapa lauk tersaji dimeja itu. Asapnya masih mengepul. Pastilah Jessica baru selesai memasaknya, tetapi sepertinya Jessica sudah sarapan karena ada sebuah pirih kotor diwastafel. Akhirnya Aiden duduk dikursi makan dan mulai mengambil lauk dan menaruh diatas piringnya. Sepotong daging yang dibumbu kecap. Dikunyahnya lamat-lamat ketika daging itu masuk kedalam mulutnya. Merasakan tiap rasa masakan Jessica yang mungkin harus dikenangnya. Rasa masakan yang begitu unik, tapi ia menyukainya. Pokonya ia menyukai semua tentang gadis itu. Dan bahkan sekarang ia tengah bayangan Jessica yang duduk dihadapannya dan tertawa bebas. Oh..kenapa ia bisa bertingkah seperti ini? Seperti pria yang kehilangan arah karena putus cinta. Seperti dalam drama-drama yang bahkan jarang dilihatnya. Apa ini menjijikan? Mungkin untuk sekarang ini tidak. Ia berpikir ini patut. Karena besok mungkin akan menjadi waktu yang tak pernah ia ingin lewati. Karena tak ada Jessica disisinya. Dan hal yang paling ditakutinya adalah, 'waktu' itu akan menjadi lebih lama mungkin hitungan bulan, atau tahun? Disaat ia bisa dan mampu menampakkan kembali dirinya dihadapan Jessica.
Sembari mengunyah makanannya. Aiden masih saja berpikir cara terbaik untuk memberi tahu Jessica tentang semua yang disembunykannya selama ini. Tapi bila Jessica masih saja tak mau menemuinya, Ia harus apa? Apa mungkin ia harus menulis semua penjelasannya pada sebuah surat? Apa itu terasa baik? Ia takut dengan cara ini, justru Jessica merasa sangat kecewa padanya bila ia tak langsung berbicara dan maka mungkin semua ketakutan yang baru saja dipikirkannya akan terjadi. Jessica akan menjauh darinya, dan lebih parahnya lagi membencinya.
....
Hari sudah menginjak sore ketika Aiden kembali berdiri dan menunggu pintu kamar Jessica terbuka. Tak ada bosannya ia terusa bersliweran didepan pintu kamar gadis itu, hanya karena tak ingin kehilangan kesempatan yang mungkin menjadi terakhir kalinya. Dan sedari tadi juga, pengacara Han terus menghubunginya. Pengacara Han ingin Aiden datang sekarang juga kerumahnya, tetapi Aiden tak menggubrisnya. Pesan dari Taemin bahkan pengacara Han terabaikan dikotak masuk ponselnya.
"Yoboseo.." Ucap Aiden pada akhirnya. Menjawab panggilan dari pengacara Han.
Diseberang sana terdengar helaan nafas lega karena Aiden akhirnya menjawab setelah berpuluh panggilan yang dibuatnya. "Yoboseo. Aiden! Cepatlah kemari, ada sedikit perubahan yang harus kita bicarakan. Taemin baru saja mengirimmkan sebuah data penting yang baru idapatnya siang tadi." Perintah Pengacara Han.
Aiden memijat keningnya yang terasa berputar. "Haruskah sekarang, ahjuhssi?"
"tak ada waktu lagi sebelum besok. Dan nanti malam kita harus sudah mencapai final dari rencana. Ayolah.."
"Bisakah kalian rumuskan berdua saja? Aku masih harus menjelaskan semuanya pada Jessica...dia—dia harus tahu yang sebenarnya sebelum aku pergi." Pinta Aiden.
"Sayangnya tidak bisa Aiden..." Jawab Pengacara Han.
Aiden mendesah gusar sembari matanya yang terus menatap pada pintu kamar Jessica. "Aku juga tidak bisa, pengacara Han...dia begitu penting untukku. Aku tak mau dia akan kecewa bila ia tak tahu dari mulutku sendiri.."
"Hah..Aiden, pernahkah kau berpikir untuk mengorbankan 1 dari 2 yang begitu penting untukmu? Karena mereka kadang tak bisa beriringan satu sama lain. Karena itu, kau harus mengorbankan Jessica demi rencanamu pada Kris. Karena jika kau bisa membuat Kris jatuh, maka ku jamin Jessica tak akan pergi jauh darimu, kau akan tetap bisa menggapainya." Tutur pengacara Han, memberi saran.
"Jongmalyo? Jessica tak akan jauh dariku?" Tanya Aiden.
"Haha...kau bahkan seperti sedang patah hati, padahal Jessica bukan kekasihmu...." Pengacara Han mengambil jeda sebentar dan mulai kembali bicara secara serius. "Percayalah..dia akan memahami semuanya setelah rencana kita selesai. Dia wanita yang pintar, dia akan cepat mengerti dengan keadaanmu yang membuatmu harus berpura-pura hilang ingatan...percayalah, Jessica pasti akan seperti itu nantinya.."
Aiden nampak berpikir ulang mendengar jawaban pengacara Han yang memang terasa benar dan masuk akal. Sebongkah kepercayaan tentang ia harus pergi sekarang pun perlahan tertanam dihatinya. Dan setelah kepercayaan itu mengisi penuh hatinya. Aiden segera menuju kamarnya dan mengambil jaketnya.
"Aku akan kesana." Ucap Aiden sebelum menutup sambungan teleponnya dengan pengacara Han.
FLIP
Kini, kembali ia berdiri didepan pintu kamar Jessica. Bedanya sekarang ia berada persis didepan pintu kamar gadis itu. Menempelkan telinganya mencoba mendengar sebuah pergerakan yang ada didalam kamar itu, namun nihil. Apa Jessica masih tertidur?
Sekarang ia harus benar-benar pergi tanpa meninggalkan penjelasan apapun pada gadis itu. Ia hanya bisa berharap semoga apa yang dikatakan pengcara Han tadi, akan menjadi benar. Jessica akan memahami dan mengerti akan situasinya saat ini. Semoga saja.
"Jessica." Ucap Aiden. "Aku akan pergi sebentar, maafkan aku bila harus berpamitan dengan cara seperti ini. Maafkan aku." Lanjutnya.
Beberapa detik terdiam dan nampak kembali berpikir sebelum keputusannya final untuk meninggalkan gadis itu. tetapi sudah tak ada alasan lagi sekarang, jadi mungkin segera menemui pengacara Han adalah yang terbaik.
"Aku pergi." Ucapnya akhirnya.
Dan setelah mengucapkan kalimat itu. Semakin tak ada lagi alasan untuknya, untuk tetap berdiri didepan pintu ber-cat putih itu. Dengan berat hati, Aiden benar-benar melangkahkan kakinya pergi menuju pintu utama dan berjalan keluar dari tempat yang begitu nyaman baginya. Ini seperti mengalami mimpi buruk, karena sampai misinya selesai..ia tak akan bertemu dengan gadis itu.
.
=flowered=
.