"Dia memang luar biasa. Bagaimana ada orang yang tak tahu diri seperti itu?" ucap Jaden lalu berbalik menatap David dan Sunny, "Kalian baik-baik saja!?" ucapnya lagi sambil mengantongi pisau yang ada di tangannya.
"Tak masalah. Sunny, kau baik-baik saja, kan?" David memeriksa keadaan Sunny.
"Aku baik-baik saja," jawab Sunny singkat.
Marry mendekat. Lalu merangkul pundak Sunny, "Suatu saat, kita akan memberinya pelajaran. Dasar orang tua gila," ucap Marry. Raut wajahnya jelas kesal karena tingkah Jun Liu.
"Paman itu membuat suasana menjadi buruk. Aku jadi tidak bisa berpikir." Kevin menepuk-nepuk kepalanya. Dia sangat khawatir karena belum bisa mendapatkan petunjuk apapun untuk membuka pintu selanjutnya.
"Otaku, kau mendapatkan sesuatu?" Jaden mendekati Mashi yang masih saja duduk di tempatnya.
"Aku tidak punya ide. Apa maksud hutan dan pondok kecil ini?" Mashi menatap sekeliling.
"Ayolah. Kau satu-satunya harapan kami. Ayo berpikir Mashi," Marry ikut mendekat ke arah. Mashi, menatapnya lekat, lalu menghela nafas panjang.
"Aku harus memikirkanya dahulu," ucap Mashi. Dia lalu berdiri dan menyusuri dinding seperti yang dia lakukan sebelumnya.
"Mengapa susah sekali? padahal kita hanya berada di ruang kecil seperti ini." Sunny bergumam.
"Mungkinkah kita harus mencari petunjuk di luar?" ucap David kemudian.
"Kawan, kau tidak lihat? aku baru saja dari luar dan tak menemukan apapun," Jaden berdiri lalu menunjukkan pakaiannya yang lembab karena embun.
"David ada benarnya. Karena ada dinding tak terlihat di hutan ini, otomatis hutan juga mencakup ruangan. Kita harus mencari petunjuk dari luar." Pikiran Mashi kini sudah mulai aktif.
"Tapi kau tahu sendiri kan, aku baru saja dari luar, tanya saja Kevin. Di luar sangat dingin dan lumayan gelap. Bagaimana jika ada bahaya atau kau kita terluka di luar sana?" Jaden meyakinkan agar yang lain tidak keluar. Dia sudah mengelilingi hutan lembab itu. Namun seperti yang dia katakan, dia tidak menemukan apapun yang bisa dia bawa untuk menjadi petunjuk membuka pintu. Menurut Jaden, petunjuk tersebut pasti tersembunyi di dalam pondok kecil yang mereka tempati sekarang. Namun, anehnya setiap sudut pondok tersebut bersih, tidak ada tanda-tanda petunjuk yang bisa mereka gunakan.
"Mashi benar. Kita harus memulainya dari luar, untuk menghemat waktu kita akan berpencar." Kevin buka suara, "Lebih baik kita menyusuri segala bagian dari hutan ini lalu kita semua bertemu di pondok. Seperti yang Mashi katakan. Hutan hutan di luar juga termasuk ruangan, karena ada dinding yang mengelilingi hutan tersebut. Walau kita tak bisa melihatnya,"
"Baiklah. Aku juga setuju. Mari menyusuri luar ruangan, mencari apapun petunjuk yang bisa kita gunakan. Kita harus berkumpul di ruangan ini tiga puluh menit kemudian. Cari dengan teliti. Jika masih tidak menemukan apapun, maka tak salah lagi petunjuknya ada di dalam pondok ini. Setidaknya kita tahu itu." Sebagai yang paling dewasa dari segi sifat, David membuat orang-orang mengikutinya.
"Bagaimana dengan pembagian tim?" sambung Marry kemudian.
"Kita harus mencari searah dengan jarum jam. Untuk itu kita harus membagi menjadi empat tim. Itu memudahkan kita untuk menyusuri hutan yang agak luas ini." Mashi menekan kacamatanya, dan menatap David, sebagai tanda agar David mulai membagi mereka ke dalam tim.
David mengerti maksud dari pandangan Mashi. Dia kemudian menarik nafas panjang dan mulai menatap orang-orang yang ada di ruangan tersebut.
"Marry dan Kevin pergi ke utara, tunggu dulu. Kita kekurangan orang. Bagaimana dengan Paman Jun. Apakah kita harus membawanya?" ucap David ragu-ragu.
"Tidak. Jangan libatkan dia," ucap Kevin. Terus terang saja Kevin tidak ingin Jun Liu ikut campur dalam masalah ini. Paman itu mungkin saja hanya akan membuat kekacauan. Lagipula tidak ada orang yang mau berpasangan dengan Jun Liu. dan jika dia ditugaskan seorang diri, Kevin tidak yakin bahwa dia akan melaksanakan kan tugasnya dengan baik.
"Begini saja, aku dan David akan berjalan sendiri. David, ada masalah dengan itu?" tanya Kevin meminta persetujuan David
"Begitu lebih baik. Aku ke utara, Kevin ke selatan. Marry dan Mashi ke barat. Jaden dan Sunny ke timur. Tiga puluh menit lagi kita semua harus berkumpul di pondok. Bawa apapun untuk dijadikan senjata, dan berhati-hatilah." Semua orang setuju dengan pembagian yang dilakukan David. Mereka mulai mempersiapkan diri untuk pergi keluar.
"Ingat, apapun yang terjadi kita harus berusaha untuk keluar dari sini. Tidak boleh ada yang menyerah di tengah jalan, kalian harus kuat. Jika lelah beristirahatlah sebentar dan mulai mencari petunjuk lagi." Kevin mengingatkan. Dia benar-benar tak ingin terkurung di tempat ini lebih lama lagi. Dia bisa saja mati konyol di sini. Jika tidak diburu oleh pembunuh, maka dia akan diburu oleh sistem. Semua orang juga begitu. Jadi Kevin dengan penuh tekad ingin menyelesaikan permainan ini secepatnya.
Semua sudah bersiap. Ke enam orang yang telah dibentuk menjadi empat tim tersebut keluar dari pondok. Saat itu, Jun Liu yang berada di luar pintu menjadi kebingungan melihat mereka semua bersiap untuk pergi.
"Kalian mau ke mana? kalian tidak mencari petunjuk? apa yang kalian lakukan di luar seperti ini?" ucapnya. Tampaknya Jun Liu masih belum sadar dengan perlakuannya yang menyebabkan.
"Kami akan berpencar mencari petunjuk. Paman, sudah berapa kali kukatakan, jika tidak bisa membantu sebaiknya Paman diam atau pergi ke dalam pondok dan tidur saja." Ucap Sunny. Sunny benar-benar sangat jengkel melihat Jun Liu.
"Sudah. Kita harus menyusuri hutan ini secepatnya. Ayo kita pergi, teman-teman sampai jumpa tiga puluh menit lagi, " Jaden menarik Sunny. Dia tak ingin membuang waktu. selain itu, dia tak mau melihat Sunny dan Jun Liu bertengkar lagi.
"Kami juga pergi. Kalian berhati-hatilah," ucap Marry lalu beranjak diikuti Mashi di belakangnya.
Kevin menepuk bahu David, "Hati-hati," ucapnya pelan, yang dibalas David dengan anggukan.
"b******k! kenapa kalian pergi tanpa aku? kalian merencanakan sesuatu di belakangku?" Jun Liu kembali berseru dengan tempramen buruknya.
"Paman Jun. Jika kau ingin membantu, Aku ada tugas untukmu. Tetaplah di pondok dan telusuri lagi bagian-bagian tersembunyi di pondok ini. Mungkin saja kamu melewatkan sesuatu. Bukan mustahil hanya kau yang bisa menemukannya. Aku dan yang lain harus menyusuri hutan ini, agar kita bisa jeluar dengan cepat. Karena waktu tersisa satu jam tiga puluh menit lagi."
"Hah, p sekarang kau sudah berani memerintah ku?"
"Bukan memerintah. Aku hanya membutuhkan kerjasama dari paman Jun. Jika Paman tidak ingin melakukannya ya sudah. Aku pergi dulu," David berlalu dan meninggalkan Jun Liu yang kesal. Entah bagaimana lagi untuk membuat Jun Liu mengerti, bahwa mereka harus bekerjasama, dan tak menjadi egois seperti apa yang telah dilakukan.