5. Fake Happiness

947 Words
Binar bahagia tampak di wajah cantik Elena. Akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit dan menjalani perawatan lanjutan di rumah. Eyang sudah kembali ke kampung tapi beliau meninggalkan simbok dan supir kepercayaan untuk memantau apapun yang terjadi pada cucu satu-satunya itu, sekaligus menjadi mata-mata eyang. Saat kaki jenjangnya hendak melangkah, tiba-tiba saja Zack membopong Elena, membuat perempuan cantik itu menjerit kecil. “Zack! Kaget aku.” Pukul Elena manja ke bahu Zack. “Jangan terlalu lelah, kamu harus benar-benar pulih dulu kan? Kamar kita di lantai dua, dari turun mobil hingga kamar pasti akan melelahkan untukmu.” Bisik Zack pelan. Mata mereka bersirobok. Hati Zack berdesir, perih, sungguh perih, saat melihat senyum bahagia di bibir Elena yang masih pucat. Seharusnya senyum bahagia itu juga menulari diriku, tapi yang ada aku malah berikan senyum palsu. Maaf sayang, maafkan aku. Berkali-kali Zack meminta maaf tapi hanya mampu dia ucapkan dalam hatinya saat ini. Dia takut, sungguh takut kehilangan Elena. Dasar pembohong! Ke mana rasa takutmu itu saat kamu sedang menikmati belaian Tatyana? Ke mana rasa takutmu akan dosa? Kenapa baru sekarang kamu merasa ketakutan? Sebuah suara terdengar mencemoohnya, Zack tahu itu adalah sisi baik hatinya. Mau bagaimana lagi, bukankah setiap penyesalan itu pasti terlambat datang kan? Kalau di awal, itu namanya pendaftaran! Bisa berpikir gak sih? Sekarang kamu baru rasakan penyesalan, tapi itu bukan penyesalan, melainkan kamu takut akan ketahuan selingkuh dan segala kebusukanmu akan terbongkar oleh Elena dan eyang kan? Entah kenapa suara hati itu sepertinya tidak pernah puas mencemoohnya. Iya, memang benar. Dia takut kebusukannya akan terbongkar Elena dan eyang. Jadi, mau tidak mau, dia harus membuat rencana agar jangan sampai ketahuan kan? Well, Zack, itu namanya menutupi suatu kebohongan dengan kebohongan lainnya. Jika kamu nekat seperti itu, tinggal tunggu waktu saja kamu akan merasakan penyesalan teramat sangat. Hanya tinggal menunggu waktu saja kamu akan kehilangan segalanya! Dan jangan sampai kamu bilang bahwa aku tidak pernah memperingatkanmu akan hal ini ya! Sekali lagi sisi baik hatinya coba memperingatkan Zack untuk bersikap jujur. Heh, berisik! Diam kamu, biarkan Zack dengan segala rencananya dong! Ini hidupnya, bukan hidupmu atau hidupku! Biarkan dia melaksanakan semua kebohongan dan rencana busuknya, hingga dia akan menjadi temanku nanti di dasar neraka hahaha! Akhirnya sisi buruk hatinya tak tahan lagi untuk bersuara. Sudah menjadi tugasnya untuk mengajak anak cucu Adam berbuat dosa kan? Sialan, diam kalian! Aku tidak punya rencana busuk pada Elena! Kali ini Zack membentak kedua suara hati itu, tidak terima jika dia dibilang punya rencana busuk untuk menyakiti Elena. Bahkan si sisi buruk hatinya juga tanpa ragu-ragu menuduhnya! Zack meletakkan tubuh Elena dengan sangat hati-hati di kasur empuk mereka. Disusunnya bantal agar Elena merasa nyaman. “Sudah enakan?” Tanya Zack dengan suara sangat lembut. “Iya, terima kasih.” Jawab Elena, berikan senyum terbaik walau masih lemah. Diedarkan pandangannya, menyapu seisi kamar luas nan mewah ini. Matanya terpaku pada sebuah bingkai foto berukuran raksasa, foto dirinya dan Zack, yang tertawa bahagia saat pernikahan mereka. Di foto itu, dia yang memakai kebaya modern warna putih tulang, tertawa lepas, mungkin kegelian karena Zack yang mencium bahunya yang terekspos karena model kebaya yang off shoulder. Dia yang sedang memegang buket bunga pengantin dari bunga mawar putih yang segar kombinasi baby’s breath di sekeliling bunga mawar putih ini, semuanya melambangkan ketulusan. Tapi…, benarkah demikian? Benarkah Zack mempunyai ketulusan hati, ketulusan cinta untuknya? Elena tulus mencintai Zack dan berharap sebaliknya. Zack yang melihat mata Elena terpaku ke satu titik, menoleh ke arah belakangnya. Dia juga ikut tersenyum saat tahu apa yang membuat mata bulat indah Elena terpaku. Perlahan, dia menyusup masuk ke dalam selimut yang sama dengan Elena. Kemudian dia merengkuh Elena untuk ada di pelukannya. Dikecupnya harum rambut hitam Elena, dihidu dengan khidmat, seakan sudah sangat lama dia tidak merasakan keharuman ini. Padahal, dia berusaha untuk mengurangi rasa bersalahnya dengan cara itu. Elena mendunga, tersenyum lembut pada Zack, tangan kirinya menarik leher Zack agar wajah mereka semakin lebih dekat. Dikecupnya bibir Zack, kilat, dan direnggangkannya pelukan erat itu. Setelah melihat foto di bingkai raksasa yang ada di depannya, Elena baru mendapatkan keyakinan bahwa Zack benar-benar suaminya. Karena amnesianya ini, dia harus berhati-hati agar tidak salah. “Terima kasih sudah merawatku penuh kelembutan Zack.” Bisik Elena, suaranya masih lemah namun tetap merdu di telinga. “Sama-sama Elen sayang. Kalau di rumah sakit, aku tidak bisa memelukmu seperti ini. Aku kan jadi kangen.” Jawab Zack, tidak kalah lembut. Mata mereka kembali bersirobok, kali ini Zack memberi kecupan lembut di kening Elena. Sekejap hening, masing-masing sibuk dengan pikiran mereka. Zack tetap memeluk Elena, seperti tidak mau lepaskan. Dalam hatinya, dia sibuk merutuki kebodohan dan kesalahan yang dia lakukan, menyumpahi dirinya juga Tatyana, yang tega mengkhianati Elena. Sedangkan Elena? Apa yang dia pikirkan? Elena yakin pernikahannya dengan Zack baik-baik saja tapi… kenapa dia bisa berakhir seperti ini? Apakah ada yang disembunyikan oleh suami tampannya ini? “Zack, boleh aku tanya sesuatu?” Tanya Elena, jemari tangannya menyentuh rambut halus di dagu Zack yang malah menambah kesan seksi dan jantan. “Euum boleh dong, apa tuh?” Jawab Zack, matanya terpejam, menikmati sentuhan tangan Elena. “Kenapa aku bisa kecelakaan sih? Ditabrak truk pula? Ada apa? Apakah ada sesuatu Zack?” Suara lembut Elena terdengar bagai kilat di siang hari bolong yang cerah di telinga Zack. Lelaki muda tampan itu menelan ludahnya kasar. Batin Zack bergejolak liar, otak cerdasnya segera berpikir mencari jawaban yang masuk akal tanpa menyakiti Elena. Akhirnya pertanyaan ini keluar juga. Apa yang harus aku katakan padanya? Haruskah aku membuat skenario lagi? Membuat suatu kebohongan lagi agar dia tidak curiga? Tapi, aku mulai lelah dengan ini. Sampai kapan aku harus membohongi Elena? Kapan aku bisa berterus terang padanya tentang semua dosa dan salahku padanya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD