“Iya kan Zack? Bayiku baik-baik aja kan?” Kembali Elena bertanya.
Zack paksakan senyum terbit di bibirnya, tanpa ada yang tahu di dalam hatinya dia menangis! Sekali lagi mereka harus kehilangan calon bayi. Ini yang ketiga kalinya Elena keguguran. Dan yang ketiga ini, dialah penyebab keguguran Elena. Dirinya memang b******n!
“Zack kenapa kamu diam aja sih? Panggil dokter dong, aku ingin tahu kondisi kehamilanku!” Rayu Elena, berharap Zack luluh.
Zack merengkuh tubuh Elena ke dalam pelukannya. Dielusnya lembut rambut hitam Elena, dikecupnya beberapa kali.
“Iya sayang. Dia baik-baik aja di perutmu, nah biar dia berkembang sempurna, kamu harus banyak istirahat yaa biar cepat sembuh dan segera pulang.” Tutur Zack.
“Akhirnya aku hamil! Iya, aku mau tidur.” Jawaban Elena semakin mengiris hati Zack.
Zack menghela nafas dan hembuskan perlahan agar tidak menganggu tidur Elena. Wajah cantik istrinya tampak gembira kali ini, bahkan senyum juga tecetak di bibir indahnya. Mungkin saja dia sedang bermimpi indah, mengelus perutnya yang membuncit, menanti saat menegangkan penuh kebahagiaan saat akan melahirkan. Hal itu selalu dikatakan Elena tiap kali usai keguguran, tentang mimpi perut buncitnya.
Kepala Zack bagai ditusuk ribuan jarum secara bersamaan. Pusing teramat sangat menderanya. Perut yang lapar menambah siksaan yang harus dia terima. Zack menyandarkan punggung lelahnya ke sandaran kursi. Dia pijat keningnya dengan sangat keras, berharap bisa meredakan rasa pusing yang semakin menjadi.
Kembali teringat kemarin saat Elena memergokinya di hotel sedang bermesraan bersama perempuan lain, yang tidak hanya satu, tapi dua perempuan sekaligus! Dirinya adalah orang kedua yang menjerit ketakutan melihat Elena tergeletak di jalan raya dalam kondisi tidak sadarkan diri. Supir truk itu berdiri ketakutan dengan tubuh gemetar melihat ke arah Elena. Tubuhnya berkubang air berwarna merah yang terkena darahnya. Terutama di area kaki Elena, genangan warna air itu lebih merah, mungkin karena darah yang lebih banyak keluar.
Yang membuat Zack semakin merasa bersalah, saat melihat ada sebuah benda pipih yang digenggam erat tangan Elena. Dia tahu itu benda apa. Dengan tangan bergetar, Zack mengambil benda pipih itu, sedetik kemudian dia meraung saat melihat dua garis yang tercetak di alat tes pack itu! Elena hamil! Dia pasti ingin memberinya kejutan dengan mempercepat kepulangannya dari Singapura.
Zack meraung, mendekap erat Elena yang terkulai tak sadarkan diri bersimbah darah, menjerit tidak keruan meminta pertolongan siapapun agar segera mengantar Elena ke rumah sakit terdekat. Berharap istrinya baik-baik saja, juga bayi yang ada di rahim Elena.
“Maafkan aku Elena! Maaf! Bangun sayang, bangun!” Semakin dipeluknya erat tubuh Elena yang terkulai lemah. Zack tidak pedulikan kemejanya yang juga jadi berubah warna karena terkena darah Elena.
Bodoh! t***l! d***u! Dasar g****k! Masih saja terjerat rayuan Tatyana untuk memuaskan birahi! Aaagrhh! Dasar perempuan sialan! Untung saja aku berhasil membungkam mulut kedua perempuan itu! Semoga saja orang-orang suruhanku berhasil melaksanakan tugas dengan sempurna! Aku harus pintar mengatur langkah selanjutnya agar tidak sampai ketahuan. Hanya masalah waktu saja, sampai ingatan Elena akan kembali sepenuhnya. Semoga pada saat itu, dia bisa sungguh-sungguh hamil lagi.
Aku harus membuat rencana lagi sampai saat itu datang. Haah! Kacau!
Zack membuka ponsel pintarnya, matanya memicing mencari sebuah nama yang bisa dia percaya untuk membantunya. Bibirnya menyeringai saat melihat sebuah nama yang dia bisa minta tolong memuluskan jalannya rencana.
*
“Kenapa harus pulang sekarang? Aku lihat kondisi Elena belum kembali pulih seratus persen. Jangan dipaksa jika memang belum saatnya diijinkan pulang.” Eyang menolak ide Zack yang menginginkan perawatan Elena dilanjutkan di rumah.
“Elena minta pulang Eyang. Lagipula suasana di rumah kan membuat Elena lebih nyaman, semoga ini bisa membantunya mempercepat pulih.” Zack beri alasan yang dia kira masuk akal.
“Benar nduk, kamu minta pulang?” Entah kenapa Eyang tidak bisa langsung percaya pada Zack.
“Iya. Aku bosan di sini Eyang, aku mau pulang.” Kata Elena, mengiyakan apa kata Zack.
“Apakah tim dokter sudah menyetujui hal ini Zack?” Tanya Eyang lagi dengan nada tegas penuh intimidasi pada Zack.
“Iya eyang, paling cepat nanti sore atau besok pagi Elena sudah boleh pulang.” Jawab Zack lagi, berusaha memantapkan suaranya agar tidak ketahuan dia terintimidasi oleh eyang.
“Kalau begitu, besok pagi saja pulangnya. Malam ini kamu tetap di rumah sakit ya nduk.” Titah eyang penuh penekanan, tidak ingin dibantah.
“Iya eyang.” Jawab keduanya berbarengan.
“Oiya, kalau begitu, untuk tim dokter yang menangani Elena di rumah apakah sudah kamu siapkan?” Tanya eyang lagi pada Zack, pandangan mata sepuhnya tajam menghunus Zack.
“Sudah beres eyang. Tim dokter lengkap akan datang mengobservasi Elena setiap hari.”
“Bagus itu, aku jadi tenang. Oiya Zack, ada yang ingin aku bicarakan denganmu mengenai rencana yang tadi kamu sampaikan. Kita bicara di tempat lain saja. Elena, cepat sembuh ya nduk, kamu harus kuat dan jangan sampai kalah oleh keadaan. Kamu perempuan tangguh, sangat tangguh. Eyang yakin kamu mampu atasi semua ini.”
Di ruang terpisah, eyang sedang menginterogasi Zack kenapa dia membuat skenario seolah Elena tetap hamil. Ya, dengan sangat nekat, Zack memberitahu Eyang Bratajaya skenario terbaru tentang kondisi kehamilan Elena.
“Kenapa kamu buat rencana seperti itu?” Tanya eyang, tanpa basa-basi.
“Eyang tahu, kondisi Elena saat ini sedang tidak stabil. Apalagi sudah dua kali dia keguguran. Jika dia tahu bahwa dia keguguran lagi, saya takut akan mempengaruhi proses penyembuhannya.” Zack berusaha sampaikan alasan. Eyang sangat menyayangi Elena, jika menggunakan Elena sebagai alasan, mungkin saja isu utama akan teralihkan. Perselingkuhannya dengan Tatyana!
“Tapi ini sungguh berisiko. Hanya masalah waktu saja sampai Elena mendapatkan kembali ingatannya. Dan aku pastikan, dia akan dapatkan kembali ingatannya, at any cost!” Eyang belum memberikan kata setuju dengan rencana Zack.
“Iya eyang, saya akan berusaha agar ingatan Elena bisa segera kembali…” padahal dalam hati, Zack berharap tidak dalam waktu dekat, “harapan saya, sebelum ingatan Elena kembali, dia sudah benar-benar hamil.”
Aku harus lebih bersemangat lagi membuat anak agar Elena bisa segera hamil! Semoga saja kembalinya ingatan Elena tidak dalam waktu sangat cepat.
“Entahlah, aku tidak suka rencana ini. Tapi memang benar, kita harus menjaga kondisi kejiwaan Elena. Begini saja, beri aku laporan perkembangan kemajuan Elena setiap hari selama perawatan di rumah. Semoga saja cucuku benar-benar sudah hamil sebelum ingatannya kembali.” Akhirnya eyang menyetujui rencana Zack tanpa eyang tahu ada apa di balik rencana itu.
“Terima kasih eyang.”
*
Tentu saja eyang tidak tahu apa yang ada di dalam hati Zack. Zack punya sebuah rencana yang tentu saja terutama untuk menyelamatkan dirinya. Apakah itu sebuah rencana jahat yang akan mengancam keselamatan Elena atau tidak berhubungan dengan Elena, hanya Zack yang tahu. Tapi yang pasti, dia butuh orang lain untuk memuluskan rencananya. Kelak ini akan berakibat fatal.
Sayangnya Zack tidak meminta maaf dan bercerita yang sesungguhnya. Dia lebih memilih untuk merangkai kebohongan untuk menutupi kebohongannya yang lain.
Akan seperti apa kehidupan pernikahan antara Elena dan Zack? Bagai di surga atau neraka?