Di sepanjang jalan, Saka sering melirik ke arah Milla. Jujur dia sangat menyukai Milla yang berpakaian sangat menggoda dan sexy, Namun ia tidak suka jika tubuh tantenya itu dinikmati kaum Adam lainnya.
"Sama! Kenapa sih kamu melihat aku seperti itu? Tante Milla jadi canggung nih, Malu tauk!" Ujar Milla kepada sang keponakan, ia merasa malu saat dipandang dengan tajam oleh Saka.
"Mulai besok Tante enggak boleh pakai baju sepeda ini saat keluar rumah, atau saat di rumah juga. Nah, kalau saat Tante Milla di kamar, lagi ngerjain tugas baru deh boleh pakai baju bebas. asalkan jangan dipakai saat keluar kamar!" entah kenapa Saka mulai mengatur pakaian tantenya itu, ia tidak suka jika Milla berpakaian sexy lagi.
"Kenapa? apakah pakaianku terlalu terbuka?" Milla terkejut, keponakannya tiba-tiba komplain dengan penampilannya itu.
"Jawab dong, saja! apakah aku terlihat jelek, tidak menarik?" seraya melihat tubuhnya sendiri, Milla panik dan kemudian mencari cermin untuk menatap wajahnya sendiri yang cantik jelita tersebut.
"Tidak, Tante Mil..."
"Aku, Hem... Aku hanya tidak suka tanteku jadi objek para mata lelaki hidung belang yang di outlet kue tadi tidak ada hentinya memandang, Rante! aku tidak menyukainya sama sekali, aku tidak rela!" Jawab Ardi ragu namun akhirnya apa yang ia pendam terbuka juga oleh lidahnya sendiri.
"Tante mu memang cantik, Saka. wajar jika banyak cowok yang naksir sama Tante Milla, bukan begitu?" Sahut Milla dengan penuh percaya diri.
"Idih, sok kepedean! mereka itu bukan ingin mencuri hati, Tante. Namun mereka ingin mencuri tubuh Tante Milla yang sexy!" Keceplosan, Saka menutup mulutnya rapat-rapat. ia takut jika tantenya tersinggung atas apa yang telah diucapkannya. sungguh rasanya ia ingin menampar mulutnya sendiri yang lancang begitu saja bicara tanpa menunggu aba-aba darinya.
"Perasaan biasa saja, Apa iya terlalu terbuka?" Wajah cantik Milla berubah sendu, apa yang diucapkan Saka ada benarnya. Pakaiannya terlalu sexy, pantas saja jika Milla keluar kemanapun selalu menjadi Sorotan.
"Tante, lupakan saja semua yang aku ucapkan. Kita pulang atau kemana dulu?" Saka mencoba mencairkan suasana agar Milla tidak terlalu parno dengan apa yang Saja ucapkan tadi
"Saka, kamu tahu bukan? Oma, Mamamu dan Papamu menunggumu di rumah. Apakah Kamu tidak rindu dengan mereka, jalan-jalannya kan bisa besok, Saja."
"Lihatlah Tante cantikku ini, semakin mengomel bibirnya semakin sexy dan menggemaskan. Istighfar, Saka. Itu tante mu sendiri!" Batin Saka di dalam hati.
"Tante Milla, lama-lama persis seperti Mama. Cerewetnya enggak ada lawan, Memang ya kenapa sih kita jalan-jalan sebentar saja. sudah 5 tahun kita tidak berjumpa, Tante enggak rindu Sama, Saka?" Tanya Saja dengan wajahnya yang sok memelas, berharap perhatian dari Milla.
"Jelas Tante Milla Rindu, Abisnya 5 Tahun enggak ada yang jadi tukang ojek Tante lagi," Jawab Milla seraya tersenyum meledek.
"Astaga, Tukang ojek yang gantengnya enggak ada tandingannya kan? 5 Tahun yang lalu, Tante masih kucel banget. Sebenarnya Saka males banget antar jemput Tante sekolah SMA dulu, tapi Saja harus menjalankan perintah Oma. Tante masih ingusan sih, hehehe..." Seketika Saka mendapatkan tatapan Tajam dari Milla, dikatain masih ingusan Milla enggak terima.
"Tatap Tante Mu ini, Saka. Apakah Tante ingusan? Benarkan Tante ingusan?" Milla mendekati Saja dengan wajahnya sangat dekat, mungkin hanya berjarak 10 cm saja.
Deg!
Jantung Saja rasanya mau lepas dari tubuhnya, matanya tidak bisa lepas melihat mata Milla yang bening. Hidungnya yang mancung dan bibirnya yang berwarna pink membuat Saka hampir saja khilaf.
"Ya Ampun, Tante Milla. Jangan buat Saka Khilaf dengan Sikap Tante yang seperti ini, Please Tante... menjauhkan dari Saka, sebelum Saka berubah menjadi Ultramen!" Teriak Saka di dalam batinnya, bagaimana Saja bisa Tahan mendapatkan tatapan tajam dari Milla seperti itu.
"Sak!"
"Halo, Saka. kamu kenapa kok tambah bengong? Saka!"
"Tante bikin jantung Saka rasanya mau copot, Jangan deket-deket dengan Saka, Tan. Sama ini laki-laki normal, Bagaimana jika Saja khilaf coba?" Saka mengatur nafasnya yang terengah-engah sambil mengelus dadanya sendiri.
"Memangnya Tante bau Mulut, ya?" Milla begitu polos, ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Saka barusan.
Saka begitu tambah gemas dengan perempuan cantik super polos di depannya tersebut. Penampilan boleh jadi perempuan metropolitan, tapi tetap saja Milla tidak bisa menyembunyikan keluguannya.
"Astaga, Andai saja Tante Milla bukan Tante Saka sendiri, sudah Saka culik, dan Saka Nikahin. di zaman seperti ini masih ada perempuan lugu super polos seperti Tante!" Gumam Saka yang masih lamat-lamat terdengar oleh Milla.
"Nikah? Tante tidak bisa mendengar dengan baik ucapan mu Sak, Kamu mau nikahin siapa? beneran pingin nikah?" Tanya Milla penasaran. Milla syok sekali mendengar jika Saka ingin menikah.
"Untung saja Tante Milla enggak denger saka bilang apa!"
"Makanya Tante tanya lagi, Kamu barusan beneran pingin nikah. sudah punya calon?" Tanya Milla bertubi-tubi, ia masih belum puas dan ingin tahu siapa perempuan yang akan menjadi calon keponakannya itu.
"Di dalam ku ini Tan, jika Tuhan merestui," Batin Saka berharap.
"Adalah, pacar Saka cantik banget. sexy, menggoda iman. ditambah lugu dan polos, pokoknya gemesin banget. Tidak ada perempuan cantik di dunia ini selain dia, Tan. Nanti deh Saka kenalin sama dia."
Milla mengerucutkan bibirnya dengan penuh tanda tanya di otaknya.
"Tante enggak rela, ya. Saka nikah duluan, Tante enggak rela kan Saka dimiliki orang lain?" Saka mencoba meledek Milla lagi.
"Hem, Manusia diciptakan untuk berpasang-pasangan bukan. Nah karena itu, Nanti kamu juga akan memiliki anak dan istri. begitu juga Aku, kelak aku juga akan memiliki anak dan suami, Saka!" Jawaban Milla memang benar, namun Milla mengucapkannya seperti tanpa tenaga.
Entah kenapa moodnya tiba-tiba hilang, Entah karena pertanyaannya belum mendapatkan jawaban. Atau, Memang Milla syok karena mendengar Saka ingin menikah dengan pacarnya.
Mereka berdua masih dengan lamunannya masing-masing. Saka masih membayangkan jika Milla bukanlah Tantenya, pasti Saka berani mendekati Milla dengan tujuan. Namun sayangnya Milla adalah Tantenya sendiri, meski tidak bisa dibohongi jika Saka sebenarnya mulai tertarik dengan perempuan yang dipanggilnya, Tante itu.
Sedangkan Milla, Ia juga memikirkan kehidupannya kedepan seperti apa. Milla jadi kepikiran perihal pernikahan. Ia juga tidak bis menggantungkan hidupnya di keluarga terus menerus, apa lagi biaya kuliah sudah ditanggung Kakaknya. entah bekerja terlebih dahulu atau menikah, Milla masih berpikir keras akan hal itu. padahal kuliahnya saja masih belum selesai.
Milla takut membuat Ibu dan kakaknya kerepotan karena adanya dirinya. jika Saka menikah, pasti istrinya juga akan tinggal di rumah mereka. Milla berpikir sangat keras untuk segera hidup mandiri, ia tidak mau menambah beban keluarnya.
"Kenapa Tante Milla bengong, Padahal perempuan yang ingin aku nikahi sebenarnya adalah Dia!" Saka menatap wajah Milla , semakin menatapnya ia semakin tidak bisa menahan dirinya.