3. Mata Sebening Krystal

1104 Words
"Maaf Pak bisa kita mulai sekarang meetingnya? ujar gadis berwajah teduh itu sekali lagi pada Daniel. Pandangan mata Daniel sejenak terkunci pada sosok di depannya itu. Apa sebenarnya yang istimewa darinya? Daniel rasa tidak ada! Bahkan gadis itu tak lebih seksi dari Linda yang biasa memepet dan mengejarnya. Lihat saja tubuhnya terbungkus semua, mulai dari atas kepala hingga ujung kaki nyaris tak ada rambut ataupun kulit yang terlihat. Tapi entah kenapa Daniel seakan terhipnotis saat mata mereka beradu. Mata yang indah! Sebening bola krystal yang memancarkan sinarnya. Dan senyumnya. Sangat teduh bagi siapapun yang memandangnya. "Iya, silakan duduk Nona?" "Nadira, Pak!" Daniel mengangsurkan tangan untuk menjabat tapi gadis yang bernama Nadira itu hanya menangkupkan kedua telapak tangannya di d**a. 'Luar biasa sekali. Bahkan tidak ada kontak fisik. Gadis yang aneh, dan---cantik.' gumam Daniell dalam hati. "Kita mulai sekarang Pak?" suara Diana menginterupsi Daniel yang dari tadi sibuk memikirkan gadis berhijab itu. Nadira dan Diana mulai membahas tentang proyek kerjasama yang akan disepakati oleh kedua perusahaan. Sementara Daniel? Rupanya lelaki itu tak bisa menampik wajah cantik yang kini tengah mempresentasikan program kerjasama dengan perusahannya itu. Nadira sedang menjelaskan sembari menggulir layar tabletnya. Sepanjang Nadira menjelaskan kontraknya, mata Daniel tak bisa lepas memerhatikan. Diam-diam dalam hati tersenyum sendiri. Ada aura aneh yang begitu memikat Daniel pada gadis itu. Sesaat Daniel merasa terbang ke awan. Ibrata bertemu sang bidadari berwajah jelita, namun seketika merasa terhempas angin kencang, semua senyap dan dia harus terhempas ke dasar bumi saat baru menyadari jika Nadira adalah seorang muslim. Muslim? Iya tentu! Bukankah hanya perempuan muslim yang terbiasa mengenakan pakaian serta penutup kepala seperti si Nadira itu? Batin Daniel dalam hati. 'Memang kenapa kalau dia muslim? Toh nggak ada hubungannya sama gue. Atau jangan-jangan gue suka sama dia? Come on Man! Baru bertemu sekali dan lo bilang suka? Big No! Gue cuma kagum dengan wajah teduhnya, itu saja dan tidak ada yang lebih!' lagi Daniel bergumam sendiri dalam hatinya. Entah kenapa dia merasa seolah udah mengenal dekat Nadira. "Jadi bagaimana Pak?" suara Diana sepertinya ditakdirkan untuk selalu menjadi pengganggu saat Daniel sedang asyik dengan angannya. "Pak Daniel? Bagimana, apa kita menyetujui kontrak kerjasama ini?" "Setuju," jawab Daniel cepat tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya pada Nadira. "Maaf Pak? Apa tidak diperiksa dulu berkas kerjasamanya?" "Tidak usah! Saya percaya dengan Anda Nona Nadira." ><< Di rumah Diftan ... "Ai, kamu kenapa sih dek?" sementara itu Zidan yang batal ikut serta berkunjung ke rumah Zahra sedang menemani Aisyah yang tiba-tiba ngambek dan menolak ikut ayah bundanya berkunjung ke rumah Zahra yang sekarang statusnya bukan lagi sahabat, tapi calon istri kakaknya itu. "Nggak papa! Aisyah lagi nggak enak badan. Kakak keluar saja, Ai mau istirahat." Zidan pun pasrah dan melangkah keluar dari kamar Aisyah. Sebenarnya tadi lelaki itu sudah bersiap untuk berangkat menuju kediaman Zahra. Akan tetapi mendadak Aisyah mengeluh pusing, jadi mau tak mau Zidan memilih tinggal untuk menemani adik perempuannya itu. Umur Aisyah memang sudah memasuki tahun ke dua puluh, tapi bagi Zidan Aisyah masih adik kecil yang lucu, cerewet dan menggemaskan. Mungkin Aisyah sedang ngambek. Karena Zidan ingat betul beberapa hari yang lalu saat dia dicecar oleh ayah dan bundanya tentang kelanjutan hubungannya dengan Zahra. Aisyah lah yang paling tidak setuju jika Zidan akan mengkhitbah Zahra. Rupanya Aisyah belum rela jika harus kehilangan perhatian dan kasih sayang Zidan untuknya. "Kan masih ada Dylan, Ai. Pasti nanti Dylan juga sama akan jagain Aisyah seperti kak Zidan," ujar Illyana sang bunda kala itu. "Nggak mau Bunda! Ai maunya dijagain sama kak Zidan terus, nggak mau Dylan. Dia kan masih kecil, mana bisa jagain Aish." protes Aisyah tak mau kalah. Bagi Aisyah tidak ada yang lebih memahaminya selain Zidan selama ini. Dylan sendiri saat ini masih masih melanjutkan study S1 nya di Singapura. Jadi otomatis jika Zidan menikah dan tinggal bersama Zahra, Aisyah merasa akan sangat kesepian sekali. Aisyah menyayangi Zahra sama seperti dia menyayangi Zidan dan Dylan, tapi untuk berbagi perhatian Zidan saat ini gadis itu masih belum sepenuhnya rela sepertinya. ~~~~~ Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD