Juu Yon

787 Words
Via yang sedang mengetik berkas di sofa itu melirik Agam dengan perasaan campur aduk. Kesal, marah, dan malu! Rasanya urat malunya hampir putus gara-gara Agam. Via langsung melotot saat melihat Agam keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk yang mengikat pinggangnya sampai bawah, tanpa sadar ia sudah menolehkan pandangannya pada Agam sepenuhnya dengan mulut yang melongo tidak sadar. "Bila kamu terus menatap saya dengan pandangan hendak menerkam seperti itu, sepertinya di sini yang akan terancam saya bukan kamu." mendengar ucapan Agam itu, Via langsung mengalihkan pandangan dengan malu karna terciduk. Gila perut Agam bisa kaya gitu, kotak-kotak dan juga mulus banget. Sialan! Wajah Via langsung merah lagi saat membayangkannya. "Saya tebak pasti kamu sedang membayangkan hal yang tidak-tidak dengan saya." "Bapak bisa diam nggak, sih!" Via pun menoleh sinis ke arah Agam. "Saya sedang mengerjakan berkas, Bapak jangan ganggu saya!" lalu dirinya mulai sok sibuk mengerjakan job desk nya. Padahal pikirannya masih belum bisa fokus. "Dan juga, Pak!" Agam yang hendak memutar tubuh itu menoleh kearah Via dengan wajah bertanya, "bila Bapak pengen pamer badan, kenapa nggak sekalian lepas handuknya saja." kali ini Via tersenyum menang melihat wajah kesal Agam itu. Ya lagian buka-buka aib di depan Via, kan Via jadi seneng! Agam yang entah sudah kesal atau malu itu langsung meninggalkan Via begitu saja tanpa menjawab ucapannya, Via terkekeh pelan di tempatnya. 'Makanya jangan berani-berani sama Via!' Jam terus berlalu hingga saat ini sudah pukul jam 22.00 PM. Via yang sudah mengenakan baju tidurnya Itu menatap kearah Agam lalu menggeleng tidak habis pikir, sudah jam segini tapi Agam masih terus bergelut dengan pekerjaannya. Via saja bahkan sudah kesulitan membuka matanya, Via aslinya pengen tidur, pengen banget. Tapi melihat Agam yang masih berkecimpung dengan pekerjaannya di sofa itu membuatnya jadi tidak tega. Via akhirnya beringsut dari tempat tidurnya lalu berjalan pelan kearah Agam. Lihat! Agam saja bahkan tidak sadar dengan kehadirannya. Kalau sedang serius begini .... gantengnya jadi kelihatan, deh. "Bapak nggak tidur?" "Kamu tidur duluan saja, sebentar lagi saya akan menyusul." tanpa menghiraukan Via yang berada di sampingnya, Agam masih terus mengetik, mengetik, dan mengetik. Kali ini Agam menggunakan kacamatanya yang jarang digunakan itu, sepertinya Agam memiliki masalah penglihatan jika matanya digunakan untuk bekerja ekstra seperti ini. Beberapa kali Via menciduk Agam menguap dan mengucek matanya, membuat Via jadi menghela nafas pelan. Ia memutuskan untuk keluar kamar membawa sesachet kopi dan gelas, Via lalu berjalan menuju pantry untuk menyeduh kopi itu. "Kenapa gue jadi repot-repot gini, ya?" gumamnya saat berjalan kembali menuju kamarnya, setelah sampai di kamar Via lalu menaruh kopi itu di meja samping Agam. Kali ini Agam menatap Via sepenuhnya, sebelah alisnya terangkat dengan kening yang berkerut-kerut. "Buat Bapak." ekspresi Agam malah menunjukkan kebingungan, "saya lihat Bapak kayaknya ngantuk karena harus begadang, itu kopi lumayan buat penangkal ngantuk." Papar Via. Kali ini ekspresi Agam menjadi datar membuat Via tidak tahu apa yang tengah dia pikirkan, Via yang melihat keterdiaman Agam itu jadi menggaruk tengkuknya canggung. "ya udah kalau begitu, saya tidur duluan ya, Pak." Via lalu memutar tubuh, sesaat sebelum Agam menggapai pergelangan tangannya. "Terima kasih telah memperhatikan saya." ***** "Terima kasih atas kerjasamanya, semoga berjalan dengan baik." klien Agam itu tersenyum formal kearah mereka yang dibalas Via dengan senyuman yang sama, melihat Agam yang tidak merespon Via pun memutuskan untuk menjawabnya. "Iya, semoga berjalan dengan baik, Pak." Pak Dani balas senyum ke arah Via lalu pamit pergi dari Café itu. "Bapak kenapa sih dari tadi cemberut mulu, wajah Bapak itu udah mirip Angry Bird loh!" Cerocosnya membuat Agam semakin menekuk wajahnya. "Kamu ngapain sih senyum-senyum begitu sama Pak Dani, saya ngajak kamu trip bussiness ini buat kerja, bukan modus!" mendengar ucapan Agam itu membuat Via jadi terheran-heran. "Ya kali Pak saya modus sama Pak Dani, saya tuh senyum buat ngehargain beliau saja. Lagian sih Bapak wajahnya datar mulu!" Agam hanya mengeruhkan wajahnya tanpa berniat membalas ucapan Via itu, Via yang melihatnya pun mendecih pelan. "kita mau sampai kapan Pak di café terus?" pertanyaan dari Via itu dibalas Agam dengan santai. "Sampai saya bahagia." Via melotot kaget mendengar jawaban Agam itu, niatnya ngelawak apa! Tapi kenapa wajahnya kayak orang mau ngeden gitu, coba. "Pak saya ini beneran pegal-pegal lho. Saya pengen istirahat, pulang yuk Pak!" bujuk Via masih dengan sabar. Agam menghela nafas berat lalu berdiri membuat Via tersenyum senang. "Mau ke mana kamu?" Via mengernyit menatap Agam. "Ya mau pulang lah, Bapak berdiri mau pulang juga, kan." wajah Via sudah berseri-seri namun dengan santai Agam menunjuk ruangan di belakang Via. "Tuh! Saya mau ke toilet," lalu melenggang santai melewati Via begitu saja, Via speechless di tempatnya. inhale... exhale.... sabar Via. Sabar your head!! Via sudah enek. "Via!" Via yang masih mendumel-dumel di tempatnya itu menoleh kebelakang dan seketika wajahnya langsung menurun. "Roy.." ***** TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD