Agam membuka bilik pintu kamar mandi itu perlahan lalu berjalan keluar sambil menunduk membenarkan kancing lengan kirinya, setelah mendongak Agam langsung mengernyit saat melihat Via yang tengah berdiri berseberangan dengan seorang pemuda yang memunggunginya.
Siapa yang sedang Via ajak bicara?
"Kamu disini juga, Vi?"
Agam yang hendak mendekat itu berhenti sejenak untuk mendengarkan pembicaraan mereka. Bisa Agam lihat kalau Via sedang dalam posisi yang kurang nyaman.
"Iya." Jawab gadis itu sambil sedikit menyibak rambutnya yang panjang itu kebelakang.
"Wah bisa kebetulan gitu ya kita ketemu disini," pemuda itu kembali berbicara.
"kayak jodoh." lanjutnya yang langsung membuat Agam melotot kecil.
Jodoh pala lu!
Via hanya meringis mendengar ucapan pemuda itu, "yah.. jodoh salah alamat palingan." ucapnya ngawur, nampak tidak peduli dengan pemuda di depannya itu. Pemuda itu agaknya juga keukeh mendekati Via, bahkan dia malah maju selangkah lebih dekat ke arah Via membuat Agam yang masih mematung di tempatnya itu tanpa sadar mengepalkan tangannya kesal.
"Kamu disini sama siapa? Kamu masih jomblo, kan?" mendapat dua pertanyaan sekaligus seperti itu, Via langsung terdiam sejenak. Mimik wajahnya nampak bingung sekaligus kesal.
Agam menyeringai di tempatnya, lalu tanpa berpikir panjang langsung berjalan mendekat ke arah mereka.
"Maaf ya sayang, aku lama." Bisa dirinya lihat kalau Via hampir terjungkal karena mendapatkan perlakuan tiba-tiba seperti itu darinya. Dan jangan lupakan lengannya yang dengan sengaja melingkar di pinggang ramping Via itu. Agam mengamati pemuda yang belum sempat dia lihat wajahnya itu tadi.
Hm .. masih ganteng dirinya ke mana-mana.
Pemuda itu yang Agam ingat namanya adalah Roy langsung melotot melihat kedatangannya yang tiba-tiba, wajahnya memerah entah karena malu atau marah. "Anda pacarnya, Via?" Roy menatap lantang ke arah Agam yang masih stay dengan posisinya tadi. Rasanya Agam ingin tertawa saat merasakan tubuh Via yang mengejang kaku karena kelakuannya ini. Lucu banget ya ampun.
"Iya, Anda siapa?" Agam pura-pura tidak mengenal pemuda berkemeja kotak-kotak itu, Roy yang merasa tidak percaya dengan perkataan Agam itu langsung menghadap kearah Via yang masih mematung di tempatnya.
"Dia beneran pacar kamu, Vi?" sambil menunjuk Agam yang malah tersenyum-senyum sendiri itu.
Agam bisa melihat ekspresi kebingungan dari wajah Via, namun karena mendapat paksaan dari nya gadis itu pun akhirnya mengangguk patuh, membuat Agam tersenyum menang melihatnya.
Roy yang sudah mendapatkan jawaban dari Via itu mendengus kasar lalu setelah itu melenggang begitu saja melewati mereka, Agam mendecih pelan di tempatnya.
Dulu dia yang telah membuang Via, jadi jangan harap akan mendapatkannya lagi!
******
"Bapak ngapain sih ngomong begitu sama Roy tadi?!" Via langsung berkoar-koar setelah mereka sampai di kamar hotel.
Agam mengangkat sebelah alisnya santai, "kalau saya tidak bilang begitu, memangnya Roy akan melepaskan kamu begitu saja?" Via langsung terdiam ditempatnya saat mendengar ucapan Agam barusan. Agam lalu menyeringai kecil dan berjalan mendekat kearah Via yang sedang duduk di ranjang besar sambil menunduk itu.
"Lagian, kan.." Agam mendekatkan dirinya lalu mengangkat dagu Via dengan tangannya agar mata mereka saling bertubrukan. "kamu memang pacar saya." Via langsung memalingkan wajahnya saat mendengar Agam mengatakan itu, wajahnya semerah kepiting rebus membuat Agam sangat ingin menyemburkan tawanya seketika.
Agam memang sialan!
"Kita itu cuma pacar pura-pura ya, Pak. Kalau Bapak lupa!" Tunjuk Via ke arah Agam sambil menajamkan matanya.
Agam hanya menggedikkan bahunya tidak peduli, setelah itu beringsut naik ke atas ranjang besar itu.
"Hush.. hush.. minggir kamu! Saya mau tidur dulu!" Usirnya sambil mengibaskan tangannya ke udara membuat Via mengepalkan tangannya di udara, gemas ingin mencakar-cakar habis wajah tampan Agam itu. Tampan ya? Bahkan dalam keadaan seperti ini pun dirinya masih bisa berkata kalau Agam ini tampan.
Sepertinya matanya mulai katarak.
Agam lalu menutup tubuhnya dengan selimut tebal itu dan tidur begitu saja mengabaikan Via yang masih sibuk mengumpat di tempatnya itu membuat Via mendengus kasar melihatnya. Via yang juga mulai mengantuk pun akhirnya beranjak naik ke atas kasur itu lalu ikut tertidur, namun dalam posisi memunggungi Agam.
Setelah beberapa menit dilanda keheningan, Agam perlahan membuka matanya. Membalik tubuh nya ke arah Via yang tengah memunggunginya itu, senyum sabit muncul dari bibir tipisnya.
Tepat saat masih mengamati Via, gadis itu malah berbalik menghadap ke arahnya, namun dalam keadaan sudah tidak sadar karena tertidur. Senyum di bibir Agam makin melebar lalu perlahan dirinya menggeliat kan tubuhnya untuk mendekat ke arah Via dan menyingkirkan bantal guling yang ada di tengah mereka, yang digunakan sebagai pembatas itu.
Tangan kiri Agam terangkat membenarkan rambut Via yang jatuh ke wajah cantiknya itu, membuat tangannya tanpa sadar mengelus pipi Via yang begitu mulus. Agam menyentuh mata, hidung, pipi, dan bibir Via secara perlahan. Mata yang biasanya tajam itu kali ini membentuk sebuah eye smile yang yang tidak pernah ditunjukkan kepada siapapun.
"Kok aku seneng gini yha?"
******
TBC.