Juu Roku

933 Words
Via membuka matanya perlahan lalu mengulet tubuhnya sambil menguap kecil, setengah sadar sepenuhnya dia langsung mencelat kaget dari tempatnya. Saat ini posisinya dengan Agam itu ..... sangat intim. Via berkedip-kedip kaget ke arah Agam, 'Kok bantal gulingnya bisa berada di belakang punggung Agam, sih? Masa Agam tidurnya sambil lompat-lompat?' batinya sambil terus menatap kearah pemuda yang masih memejamkan matanya itu. Agam yang merasa ada pergerakan di sebelahnya itu pun membuka matanya lalu dengan santai beringsut duduk sambil mengucap sebelah matanya. "Pagi." Ucapnya lempeng. Via melotot horor kearah Agam, apa jangan-jangan semalam roh Agam digondol ama penghuni sini ya jadinya kok creepy gini? Masih terus membatin, Via lalu memilih untuk menyuarakan hatinya. "Bapak kok bisa tidurnya deket-deket saya? Terus itu bantal guling sebagai pembatasnya kok bisa di belakang Bapak?" Sambil menunjuk bantal guling putih yang berada tepat di belakang Agam. Agam memutar kepalanya ke belakang lalu membulatkan bibirnya, "Oh semalam saya yang pindah." ucapnya dengan sangat santai membuat Via langsung melotot kaget. "kamu kalau melotot terus lama-lama bola matamu gelinding loh." kata Agam saat melihat Via yang sedari tadi melotot-melotot terus. Via langsung mendengus kasar mendengarnya, "Kenapa Bapak pindahin pembatasnya, jadinya kan kita tadi tidurnya deket-deket?!" Tanpa menyahut perkataan Agam yang terakhir Via lebih memilih untuk membahas persoalan bantal guling. Agam menguap sekali lalu setelah itu beranjak dari kasur king sizenya itu, "Suka-suka saya dong, yang penting saya happy." Lalu berlalu ke kamar mandi begitu saja, meninggalkan Via yang sedang mengumpat tertahan. Gendeng kali tuh orang! ***** "Kita mau ke mana sih, Pak?!" Tanya Via sambil menyejajarkan jalannya dengan Agam, kalau tahu bakal jalan jauh begini tadi Via nggak akan repot-repot memakai high heels setinggi ini, kan kakinya jadi lecet-lecet sekarang! Agam dengan gaya sombong dan angkuh nya itu terus berjalan di samping Via seperti menganggap Via ini adalah pelayannya, "berisik jangan ngomong terus, kuping saya sakit." Ucapnya masih terus berjalan dengan wajah datar. Via menghentikan langkahnya dengan kesal, kakinya udah nggak bisa diajak kompromi lagu. Udah merah-merah gini lagi. Agam yang awalnya sudah berjalan di depan itu langsung berhenti lalu menoleh kebelakang kearah Via, yang berada 5 meter darinya itu. "Kamu kenapa?" Tanya Agam dari tempatnya berdiri tanpa mau repot-repot berjalan ke arah Via. Via mendudukan bokongnya di trotoar jalan yang kebetulan ada di sebelahnya. "Kaki saya sakit lah, Pak! Pakai nanya segala lagi!" Sahut Via kurang santai. Agam mengangkat sebelah alisnya lalu setelah itu tersenyum mengejek ke arah Via. "Lagian siapa suruh pakai sendal tinggi kayak gitu." "High heels, Pak! Ini namanya high heels!" Tekan Via seolah tidak terima diberi sebutan sandal tinggi oleh Agam. "Terserah kamu mau ngomong apa, yang penting intinya kan sama saja. Kamu menyulitkan dirimu sendiri dengan memakai barang merepotkan seperti itu!" Sambil menunjuk high heels Via yang setinggi 7 cm itu. Via menunduk, menatap prihatin kakinya. Ah ... dirinya tidak ada pilihan lain, Via hanya bisa jalan tanpa alas kaki sekarang. Via lalu melepas high heels nya itu lalu menentengnya dengan tangannya dan berjalan mendekat kearah Agam dengan sedikit tertatih-tatih. Kakinya masih terasa ngilu ternyata. Agam mengernyit saat mengamati hal yang dilakukan Via barusan. Lalu setelah itu tanpa aba-aba Agam menarik tangannya pergi entah kemana. "Kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana!" perintahnya yang hanya diangguki Via. Agam lalu pergi entah kemana meninggalkan Via sendirian. Awas aja kalau itu orang sampai nggak balik, bakal Via santet biar kapok! Sekitar lima menitan, Agam lalu kembali dengan menenteng plastik hitam ditanganya. Via mengernyit awalnya namun saat melihat Agam berjongkok lalu memasangkan sendal di kakinya itu mulutnya langsung menganga lebar. Agam masangin sendal di kakinya, jongkok kayak gini buat dirinya?! 'Please deh Vi ... jangan baperan!' Batinya yang terus menolak kebaikan Agam. "B..bapak.. a-anu-" "Kenapa?" Sahut Agam langsung setelah berdiri menghadap Via. Via gelagapan sendiri, sumpah ya ini Bos nya satu! Ga tau apa kalau Via lagi ambyar. "Ayo kita pergi, kaki kamu bisa kan buat jalan?" Agam lalu menggandeng tangan kanan Via, mengabaikan pertanyaan pertamanya tadi karna tidak merasa mendapat jawaban dari Via. *** "Pantai?" Beo Via sambil menoleh ke kiri, tempat Agam duduk. Agam mengangguk tanpa berniat menjawabnya. "Kita bukanya mau ketemu klien, Pak?" Bingung Via, Via kira perjalanan hari ini mereka mau bertemu dengan klien nya. Agam kali ini menatap ke arah Via sepenuhnya, "siapa bilang? Saya ga ada ngomong mau ketemu klien." Bantahnya. "Trus kita ngapain disini, Pak?" "Saya pengen ajak kamu jalan-jalan." Via yang mendengar jawaban itu langsung mendengus keras. "Ini tuh ga penting banget Pak, mendingan tadi kita langsung pulang saja." Jelasnya tanpa memperhatikan ekspresi Agam lebih lanjut. "Yasudah sana kamu balik duluan, saya bebasin!" Lalu setelah itu Agam berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Via. Via terbengong tidak mengerti, kenapa Agam mendadak jadi marah begini? Dirinya buat kesalahan, ya? Via langsung berdiri dan berjalan tertatih-tatih mengejar Agam, bisa dia lihat kalau Agam yang sedang duduk di atas batu besar di pinggir pantai. Via langsung mendekat dan mencoba naik ke atas, namun karna kakinya sedang sakit itu sangat menyulitkanya. "Ngapain kamu kesini? Katanya mau pulang?!" Via cemberut di tempat, "mana mungkin saya ninggalin Bapak." Jawabnya sambil mendongak ke atas, jarak mereka sekitar satu meteran. "Kenapa nggak mungkin? Saya kan tidak begitu penting buat kamu." Agam lalu meloncat ke bawah dan menatap Via datar. Via mematung di tempat, "Bapak ngomong apaan, sih?" Jujur Via tidak paham maksud Agam. "Sudahlah lupakan!" Agam lalu berbalik namun Via dengan sigap mencekal tanganya membuat Agam mau tidak mau menghadap kembali ke arahnya. "Bapak kok hari ini marah-marah mulu sih, saya salah apa, Pak?" Via menatap tepat manik Amber Agam itu dengan sedikit sebal. Berkedip sekali Agam kemudian menjawab sambil balik menyorot Via. "Salah kamu karna tidak pernah peka." ***** TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD