Bab 28

1008 Words
"Pak bisa langsung ke ruang meeting, mereka sudah sampai." Adam mengangguk pelan. "apa mereka marah karena saya telat?" tanya Adam. "Tidak, mereka juga baru saja tiba." Adam berjalan dengan cepat menuju ruangan rapat. "Selamat siang," Adam menyalami semua orang yang akan bekerja sama dengannya. "Oke, mari kita mulai." Rapat pun berjalan dengan lancar. Adam keluar dari ruangan rapat dengan bahagia, kerja kerasanya selama ini tidak sia-sia. Dilorong ruangannya Adam berhenti berjalan karena Keisha tiba-tiba berdiri di depannya. "Apa apa?" tanya Adam heran, bagaimana tidak heran wanita ini memakai baju seperti mau ke club saja. Wanita itu memakai baju dengan belahan d**a yang rendah dan baju yang berada di atas lutut. "Cuman lagi kangen aja," balas Keisha lagi. Adam hanya bisa manatap Keisha aneh, ia memilih untuk kembali keruangannya. Dan Keisha mengikuti Adam. "Bisa pulang? saya sibuk," ucap Adam yang sekarang sudah duduk di kursinya. "Jangan gitu dong Adam ku," Keisha sekarang lebih berani dengan meletakkan tangannya di bahu Adam dengan badan yang di lebih wanita itu bengkukkan. Hal itu membuat mata Adam jadi salah fokus. "Aku tau kamu sama dia cuman dijodohin kan, jadi pasti nggak ada rasa cinta kamu untuk dia. Dan artinya kita bisa kembali seperti dulu." "Gila kamu," balas Adam. Benar-benar Keisha merusak harinya. Hidupnya sudah sangat lelah meladeni Dellia dan sekarang ia harus meladeni Keisha lagi? Seperti dulu lagi? Tentu saja tidak, Adam tidak mau, lagi pula untuk apa menerima Keisha kembali sedangkan Adam tidak memiliki perasaan cinta kepada Keisha. Lagi pula kebutuhannya sudah dipenuhi oleh Dellia. "Yakin nolak." Sial, Adam mengeram kesal saat wanita itu malah duduk di atas pangkuannya. Keisha lebih mendekatkan wajahnya hendak menciumnya. Untungnya suara ketukan pintu membuat kesadaran Adam langsung penuh. Jika Adam sudah berciuman pasti ia tidak bisa menahan diri lagi. Hubungan yang lebih intim bisa membuat Keisha berharap lebih padanya. Tok Tok Tok. Adam mendorong Keisha hingga wanita itu tersungkur. "Jangan ganggu saya lagi!" perintah Adam tegas. "Kenapa Dam? Kita bisa senang-senang, kita bisa kok diam-diam di belakang wanita itu. Dan syukur saja jika kamu nyaman sama aku, kita bisa langsung menikah dan kamu bisa menceraikan Dellia." "Udah omongan basinya?" Adam menatap Keisha dengan pandangan tajamnya. Walaupun nanti ia sudah bercerai dengan Dellia, Adam tetap tidak akan mau kembali dengan wanita ini. Adam juga berniat untuk tidak menikah lagi. Adam rasa penikahan membuatnya tidak bebas. "Maksud kamu? Betulkan apa yang aku bilang. Aku bisa kok memenuhi kebutuhan kamu," lanjut Keisha lagi sambi tersenyum. "Keluar!" teriak Adam lagi. Sudah habis kesabarannya menghadapi wanita ini. Keisha tersentak kaget. "kamu bakalan nyesal udah nolak aku." Keisha langsung keluar dari ruangan Adam dengan perasaan dongkol. Di depan pintu ternyata sudah ada Sekretaris Adam, dan Alva. Keisha gelagapan, ia langsung menyapa Alva dengan santun. Setelahnya Keisha langsung pergi. "Kamu ketuk sekali lagi," perintah Alva. Sekretaris Adam mengangguk dan mengulangi mengetuk pintu. "Masuk." Alva langsung masuk keruangan anaknya, sedangkan Sekretaris Adam tidak mengikuti Alva. "Selama siang anakku," Sapa Alva membuat Adam hanya bisa menatap malas ke arah pria tua itu. "Ada apa?" Adam bangun dari duduknya dan berjalan menuju Alva g**g sekarang sudah duduk di sofa. Adam ikut duduk disembrang Alva. "Papa mau kasih kabar baik untuk kamu." "Serius?" "Tentu, Papa tidak pernah main-main tentang perusahaan." "Apa ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Alva. *** Adam pulang ke rumah dengan segenap rasa senang yang tertanam di dalam hatinya, bagaimana tidak sekarang Alva berkata ia akan segera memberikan jabatan tertinggi di perusahaan kepada Adam, tanpa perlu menunggu selama dua tahun. Hidupnya terasa lebih bewarna pada akhirnya Adam bisa bebas dari semua ketidak inginannya selama ini. Adam sebenarnya heran kenapa seburu-buru ini. Padahal Adam tidak meminta jabatannya segera diberikan padanya. Ketika Adam bertanya Alva malah berkata bahwa ia melihat Adam dan Dellia yang romantis ketika berada di rumah Alva dan pria tua itu juga bilang jika dia ingin menghabiskan waktunya di rumah bersama istrinya dan anak-anaknya. Ia menatap Dellia yang tertidur dengan kepala yang berada di atas meja makan. Sajian makanan yang masih penuh, mungkin wanita itu capek menunggu Adam pulang dari kerja hingga tidak sempat makan. Adam tidak mau perduli, ia tadi pun telat pulang karena bersenang-senang di luar sana untuk merayakan kabar menyenangkan di kantornya tadi. "Bangun," Adam membangunkan Dellia sedikit kasar, karena ia geram Dellia tidak kunjung bangun. Adam sudah berusaha membangunkan Dellia, tapi sayangnya Dellia malah tidak bangun-bangun. Adam mengernyitkan keningnya bingung. Apa wanita ini pingsan? Adam menatap lekat wajah itu, wajah Dellia emang sangat pucat. Sangking pucatnya bibir yang biasanya pink itu tampak memucat. Adam mengambil gelas yang berisi air dan menuangkan sedikit ke tangannya setelah itu Adam langsung menyemprotkan air itu tepat di wajah Dellia. Benar wanita ini emang pingsan. karena Dellia tidak kunjung bangun. Dengan mengerutu pelan, Adam mengambil minyak angin yang berada di samping meja makan. Ia mendekatkan minyak angin yang sudah terbuka itu di depan hidung Dellia. Dan tepat setelah itu Dellia tampak mengernyap pelan dan terbangun. "Hmm," gumam Dellia sambil mengusap wajahnya yang sedikit basah. "Maaf Mas, aku ketiduran," lanjut Dellia sambil mengusap keningnya, kepala Dellia masih saja pusing. "Hm," jawab Adam. "Wajah aku kok basah ya?" Adam membalas dengan hanya mengangkat bahunya seolah-olah tidak tau. "Mas makan dulu," Adam mengangguk pelan kalah bukan karena masakan Dellia yang enak, Adam tidak akan mau memakan masakan Dellia. Dellia menatap makanan di depannya tidak minat. Entah kenapa sejak tadi pagi Dellia terus merasa mual. Setelah ini ia akan langsung meminum obat. Dellia menatap makanan sekali lagi dengan wajah cemberutnya. Walapun tidak lapar, Dellia harus tetap memaksa untuk memasukkan makanan ke dalam perutnya walau hanya sedikit. Ia tidak mau sampai sakit parah dan harus dirawat ke rumah sakit. Itu pasti akan sangat merepotkan Adam nantinya. *** Baru suapan pertama, Dellia langsung merasa mual. Dellia menatap Adam yang sedang asik makan tanpa memperhatikan Dellia. Tidak mau membuat Adam jijik dan tidak selera makan lagi, Dellia langsung berlari ke dalam kamar mandi sebelum Adam melihat muntahannya. "Huek," Akhrinya muntah yang sejak tadi pagi ia tahan terkeluar juga. Biasanya Dellia sangat sulit mengeluarkan muntahannya. Adam hanya mengernyit melihat Dellia yang berlari. Adam tidak perduli ia tetap melanjutkan kegiatan untuk mengisi perut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD