HAPPY READING
***
Menjadi personal asisten pribadi menurutnya tidak terlalu sulit, hanya mengurus keperluan semua pribadi atasan dari bangun tidur hingga sang atasan tidur lagi. Oke ia akan mengenalisis pekerjaan personal asisten, personal asisten itu orang yang dipercaya oleh atasan untuk mengurus pekerjaan maupun urusan pribadi mereka. Pekerjaan ini berpusat mengurus satu orang atasan saja. Mengurus administrasi, mengatur jadwal, menyiapkan segala kebutuhannya dan menyiapkan semua tugas hariannya. Itu sih yang ia tangkap menjadi personal asisten. Ia dibayar mahal untuk pekerjaan ini.
Ova mengikat rambutnya seperti ekor kuda, ia akan memulai membersihkan bagian dapur terlebih dahulu. Ova membuka kulkas, banyak sekali makanan kaleng, berupa tuna, daging, ayam, buah seperti longan, dan lychee. Sebenarnya makanan kaleng itu tidak expired, ia memilih makanan yang masih layak di makan dan tidak. Ia sebagai anak kost tidak terbiasa membuang makanan yang masih layak dimakan, ia akan memanfaatkannya untuk membuat makanan.
Ova membuang makanan-makanan yang sudah layu seperti, sayur-sayuran, buah dan makanan yang sudah terbuka. Ia mengeluarkan semua isi kulkas, dan membersihkannya. Setelah bersih ia menaruh makanannya lagi dan ia susun dengan rapi.
Ova juga membersihkan semua area kitchen dengan pembersih dapur. Tidak lupa memeriksa piring, gelas dari debu yang bertebaran. Selama tiga tahun ia bekerja berhadapan dengan computer, baru kali ini ia bekerja membersihkan rumah.
Sebenarnya tidak terlalu sulit karena ia termasuk wanita yang mencintai kebersihan. Hanya saja rumah ini sudah ditinggal terlalu lama oleh pemiliknya jadi ia harus menggunakan extra tenaganya. Ova menaikan celana panjangnya hingga ke betis, ia menggulung karpet lantai. Ova lalu mengepel lantai dengan pembersih lantai. ini cukup menyenangkan menurutnya, karena dialah yang mengatur sendiri tanpa diperintah oleh atasan.
Ova melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 10.00. Ia tersenyum karena sudah sebagian rumah ini telah ia bersihkan. Bahkan semua meja dan lemari, sudah ia lap dengan kanebo, ia menghidupkan AC central di ruang tengah agar sirkulasi udara menjadi baik.
Ova meneguk air mineral dingin untuk melepas dahaga. Setelah lantai kering Ova mengampar karpet di ruang keluarga dan ruang tamu, dengan bantuan pak Toni. Setelah itu, Ova membersihkan karpet, gorden dan sofa dengan alat vakum cleaner.
“Mba Ova, instalasi pembersih kolam renang sudah datang,” ucap pak Toni ketika ia mengepel bagian teras.
“Baik pak, suruh masuk aja,” ucap Ova menatap dua orang pria datang membawa alat pembersih kolam.
Ova mempersilahkan dua orang itu masuk dari pintu samping. Ova tahu bahwa biaya membersihkan kolam tergantung tingkat kesulitan. Namun kolam di rumah ini tidak terlalu besar karena pemakaian pribadi. Ia yakin tukang pembersih kolam itu sudah b**********n membersihkan kolam ini, buktinya mereka sudah hafal di mana letak keran air dan pembuangan ari.
Tepat 10.30 Ova mulai membersihkan kamar tamu ia membuka jendela kamar, agar kamar mendapat udara, ia mengganti seprai dan bedcover dengan yang baru. Setelah membersihkan tiga kamar tamu. Kini Ova mulai memasuki kamar sang pimilik rumah.
Ova membuka gorden agar cahaya masuk, ia juga menghidupkan AC, ia baru tahu bahwa seluruh rumah ini menggunakan AC central. Pertama yang Ova lakukan yaitu mengepel lantai karena kamar ini terbuat dari lantai kayu solid, lalu ia memvakum karpet berwarna abu-abu itu. Ia membersihkan WC serta walk in closet.
Tepat jam satu siang Ova sudah selesai membersihkan rumah ini. Yang belum ia lakukan adalah membersihkan kaca, ia melihat tukang pembersih kolam sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Kolam renang sekarang sudah bersih dan petugas memberinya obat pada air kolam agar tetap jernih, anti lumut dan anti keruh.
Ova membayar tukang pembersih kolam sesuai dengan argo. Setelah seluruh rumah bersih, Ova mengganti pakaiannya dengan kaos dan celana pendek. Ia akan ke laundry di depan komplek. Di bantu dengan pak Toni, karena empat seprai dan bedcover besar sedikit susah membawanya.
“Mba Ova bisa naik mobil?” Tanya Pak Toni memandang Ova mengeluarkan mobil Avanza putih.
“Bisa pak,” ucap Ova memanaskan mesin mobil, sementara seprainya ditaruh ke begasi.
“Mau diantar ke laundry depan ya mbak?”
“Iya pak.”
“Biasa tukang laundry datang ke sini mba, bisa ditelfon.”
Ova tersenyum dan menggangguk paham, “Sekalian mau belanja pak,” ucap Ova lagi.
“Owalah, iya mba hati-hati.”
“Titip rumah ya pak,” ucap Ova menutup bagasi.
“Tukang potong rumput di mana ya pak?” tanya Ova.
“Saya ada kontaknya mba Ova. Mau saya panggilin?”
“Iya pak, Itu saya lihat rumput udah agak panjang di depan pagar, kalau taman belakang pakek rumput sintetis sekalian mau rapiin tumbuhan belakang.”
“Siap mba Ova, saya panggilin sekarang.”
“Makasih ya pak.”
“Sama-sama mba.”
Ova tersenyum ia lalu masuk ke dalam mobil. Semenit kemudian mobil meninggalkan area rumah. Ova memanuver mobil, tangan kanannya dikemudi setir dan tangan kiri di parceling. Ova menghentikan mobilnya di depan laundry dan menaruh semua seprai, bedcover kotor. Tiga hari akan diantar oleh pihak laundry ke rumah.
Setelah itu Ova berbelanja kebutuhan dapur, ia sudah menceklis semua barang dan makanan yang akan ia beli. Ova memutuskan untuk ke fresh market dari pada berbelanja di Kem Chick yang jaraknya sangat dekat dengan komplek perumahanya. Baginya belanja di Fresh Market lebih murah dibanding supermarket. Fresh Market ini adalah pasar tradisional dengan konsep modern dan bersih. Ova mengunjungi aneka sayuran, seafood, daging sampai buah-buahan. Yang perlu diingat berbelanja di sini ia harus membawa tas belanja sendiri.
Ova juga tidak lupa membeli beberapa bahan makanan lainnya seperti teh, kopi, gula, butter, tepung, telur, bumbu saus dari BBQ, saus cabai, kecap, saus tiram, dan bumbu-bumbu lainnya. Setelah semua selesai, Ova kembali ke mobil. ia berhenti di salah satu mini market untuk berbelanja roti tawar, telur, aneka pasta dan beras. Jujur baru kali ini berbelanja sebanyak ini seorang diri. Bagasi penuh dengan berbagai bahan makanan.
Jujur baru kali ini ia sangat puas dengan barang-barang yang ia beli. Baginya berbelanja itu sangat menyenangkan.
Ova melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 14.30 menit, ia tidak menyangka bahwa ia berbelanja selama dua jam. Ova kembali ke rumah ia memandang halaman depan sudah rapi karena tukang pemotong rumput sudah menyelesaikan tugasnya. Ia menatap pak Toni dan tukang rumput sedang ngobrol di teras.
Ova membuka pintu mobil dan membuka bagasi. Pak Toni dan tukang rumput membantunya mengeluarkan barang-barang belanjaan. Ova tadi membeli tiga bungkus nasi padang untuk dirinya, pak Toni dan tukang rumput.
“Neng Ova, tadi bapak bantu rapiin bunganya, taman belakang sama depan udah rapi.”
“Wah, makasih banyak pak.”
“Kata pak Toni, neng Ova habis beresin rumah, pasti capek banget.”
Ova tertawa, “Bapak tau aja. Soalnya ini rumah nggak dibersihin udah dua Minggu pak. Jadi saya extra tenaga bersihinnya,” Ova menuangkan teh manis ke dalam gelas untuk tukang kebun dan pak Toni yang makan di teras.
“Neng Ova ini calon istrinya mas Victor ya?”
Alis Ova terangkat memandang tukang rumput itu, “Bukan pak, saya kerja di sini.”
“Ah, masa sih neng.”
“Saya pikir juga gitu pak, tak kira mba Ova ini calon istrinya mas Victor. Taunya pengganti bi Darmi,” ucap Pak Toni menjelaskan.
“Ya ampun, ternyata pengganti bi Darmi,” ucap tukang kebun itu.
Ova tersenyum, “Iya pak.”
“Ya ampun, tak pikir calon istri mas Victor.”
“Mas Victor pasti pangling kalau liat neng Ova,” ucap pak Toni lalu terkekeh.
“Iya pasti pak, cantik pisan,” ucap tukang kebun itu.
“Neng Ova kalau mau beresin kebun-kebun, panggil saya aja. Biasa saya yang beresin kebun di sini. Sekomplek ini udah tau saya.”
“Baik pak, nanti saya hubungin bapak kalau rumput udah panjang,” Ova menyerahkan uang jasa kepada tukang rumput.
“Makasih ya pak udah dibantuin beresin kebun di sini.”
“Saya yang makasih mba Ova, soalnya udah repot-repot dibeliin makan juga.”
Ova hanya tersenyum, “Yaudah pak, saya masuk ke dalam dulu ya. Nanti gelas dan tekonya masukin ke dalam ya pak. Saya mau ngurusin belanjaan saya.”
“Iya neng Ova.”
Ova melangkah masuk ke dalam ia membersihkan semua belanjaan yang ia beli. Ia bersihkan satu persatu buah, sayuran lalu ia masukan sesuai wadah. Ia susun secara selaras, jujur ia senang melihat rumah ini karena sudah bersih dan hasilnya puas.
Ova menghidupkan TV dan lalu ia duduk di sofa sambil menikmati nasi padang yang ia beli. Setelah ini ia akan membersihkan kaca, semoga saja majikannya bernama Victor itu puas hasil pekerjaanya. Ia tidak ingin gaji 20 jutanya melayang karena gagal membersihkan rumah ini.
***
Keesokan paginya,
“Saya udah nyampe bandara, kamu di mana?” tanya Victor, ia melangkah kakinya menuju pintu kedatangan. Ia melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 06.30 menit.
“Saya sudah di depan pak.”
“Baik, saya ke sana,” Victor menarik kopernya.
Victor melangkahkan kakinya ke arah pintu luar. Ia memasukan ponsel disaku jaket kulitnya lagi. Ia memandang pak Adi drivernya di sana. Pria itu menyadari kehadirannya dan lalu tersenyum. Victor mendekati pak Adi. Pak Adi mengambil alih koper Victor dan menaruhnya di bagasi belakang.
Victor masuk ke mobil ia memasang sabuk pengaman dan menyandarkan punggungnya di kursi. Mobil pun meninggalkan area bandara.
“Bagaimana keadaan bapak?” Tanya pak Adi memanuver mobil.
“Baik. Kamu bagaimana?” Tanya Victor.
“Baik juga pak.”
Victor mendengar suara getaran pada ponselnya, ia memandang ke arah layar ponsel, “Stella Calling.” Victor menarik nafas panjang, ia menggeser tombol hijau pada layar.
“Iya Stella,” ucap Victor.
“Hai, katanya kamu pulang hari ini?” Ucap Stella.
“Iya, saya udah di jalan menuju rumah. Kenapa?” Sejujurnya ia tidak terlalu suka jika mantan masih menghubunginya. Ia akui bahwa Stella itu gadis yang cantik, cerdas, berpendidikan dan dari keluarga terpandang. Alasan mereka putus bukan karena perselingkuhan atau orang ketiga, namun tidak adanya memiliki rasa yang kuat sehingga membuatnya jenuh, karena gaya pacarannya gitu-gitu saja.
“Boleh kita ketemu?”
“Saya sibuk Stella”
“Come on, udah lama saya nggak ketemu kamu Victor. Saya ingin lihat kamu.”
Victor menghela nafas panjang, ia mencoba berpikir, “Nanti saya atur waktunya.”
“Thank you,” ucap Stella.
Victor memasukan ponselnya kembali ke dalam saku jaketnya, ia menyandarkan punggungnya di kursi,
“Langsung pulang ke rumah pak?” tanya Adi.
“Iya, pak.”
“Katanya sudah dapat pengganti bi Darmi ya pak,” ucap pak Adi membuka topik pembicaraan.
“Iya sudah pak.”
“Waktu itu saya rekomendasi saudara saya sama ibu buat pengganti bi Darmi. Cuma kayaknya ibu milih yang lain.”
Alis Victor meninggi, ia memandang Adi, “Owh ya?”
“Iya pak, dari Bandung. Mungkin kualifikasi buat pengganti bi Darmi cukup tinggi ya pak. Harus bisa bawa mobil.”
Victor menarik nafas, “Iya sih, kemarin saya minta sama ibu saya, asisten saya harus bisa bawa mobil. Soalnya repot kalau nggak bisa bawa mobil, kayak bi Darmi kemarin. Mesti naik gojek dulu kalau belanja ke mana-mana.”
“Iya sih pak.”
“Maaf ya pak Adi kalau saudaranya belum keterima. Mungkin rekomendasi saja kerja di pabrik, pasti ada lowongan.”
“Iya pak baik.”
Mobilpun melaju menuju perumahan Bukit Golf Mediterania. Victor memandang ke arah jendela suasana jalan tol masih lengang mungkin karena masih pagi. Suasana kota Jakarta seperti biasa tampak cerah, ah ya New York dan Jakarta sepertinya sekarang sudah tidak ada bedanya. Diisi dengan gedung-gedung pencakar langit.
Beberapa menit kemudian mobilpun sudah tiba di rumah berpagar tinggi itu. Victor memandang pak Toni membuka pintu pagar. Victor memandang halaman depan rumah, rumput dan tanaman sudah tertata rapi. Mobil berhenti tepat di halaman, pak Adi dan Victor keluar dari mobil.
Victor menatap pak Adi mengeluarkan kopernya dari bagasi belakang, “Terima kasih ya pak,” ucap Victor.
“Iya pak sama-sama.”
“Langsung kembali ke pabrik kan?” Ucap Victor.
“Iya pak.”
Victor pun melangkah masuk ke pintu utama. Victor mengedarkan pandangannya ke ruang utama. Ia memperhatikan area ruang tamu yang sudah tampak rapi dan ia dapat mencium aroma ocean yang segar. Ia tahu bahwa harum itu berasal dari sebuah botol kaca yang di atasnya dihiasi stick rotan dan bunga rotan yang fungsinya menyerap minyak parfum. Oke, ia suka ide asisten barunya itu, dia terlihat bekerja cukup baik.
Victor melangkah maju ke dalam ia memandang ruang keluarga yang tampak bersih, aroma terapi itu kembali ia temui di meja bersama beberapa toples berisi cemilan. Ia menatap kolam renang yang sudah bersih dan tanaman yang tampak rapi. AC tidak menyala, mungkin karena masih pagi, pintu rumah ini terbuka agar mendapat sirkulasi udara yang baik.
“Selamat pagi pak Victor,”
Victor lalu menoleh ke arah sumber suara, ia memandang seorang wanita dia mengenakan rok pensil coklat selutut dan dipadukan dengan white top floral dengan bahu terbuka. Rambutnya lurus dan panjang dibiarkan terurai. Ia mengerutkan dahi, kembali memperhatikan wajah itu, wanita itu memiliki mata bening, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir yang sedikit tebal nan sensual, yang diolesi lipstick berwarna nude sedikit mengkilap.
“Kamu siapa?” Tanya Victor.
Wanita itu menarik bibirnya dan tersenyum, “Saya Jovanka, nama panggilan saya Ova. Personal asisten bapak yang baru di rumah ini,” ucap Ova ia mengulurkan tangan ke pada pria berperawakan tinggi besar di hadapannya. Pria itu mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan celana jins.
Victor hampir tidak percaya bahwa wanita berparas cantik itu adalah asisten pribadinya. Ia melihat uluran tangan wanita itu, lalu memperhatikan kulit itu, dia memliki kulit putih bersih. Ia masih speechless melihat asisten pribadi barunya. Ditambah pakaian yang dikenakan wanita itu terlihat fashionable dia seperti selebgram yang berkeliaran di branda instagramnya. Bahkan jika dibandingkan dengan Stella dan wanita ini jauh lebih cantik menurutnya.
Victor meraih jemari Ova, “Senang berkanalan dengan anda,” ucap Victor ia merasakan permukaan kulit wanita itu.
Victor dapat mencium aroma black opium perpaduan kopi dan vanilla dari tubuh wanita itu yang membuatnya ketagihan.
“Saya akan menyiapkan sarapan untuk bapak.”
Victor menyadarkan lamunannya, ia kembali menatap wanita bernama Jovanka itu, “Ok, saya naik ke atas dulu,” ucap Victor, ia menarik kopernya menuju lantai atas. Ia menoleh ke bawah memandang kembali wanita berparas cantik yang masih di posisi yang sama.
“Oh Jesus, kenapa ada bidadari di rumah ini,” teriak Victor dalam hari.
***