“Wanita itu benar adalah ibu dari Mas Daniel.” Sampai di sini saja lidah Vania terasa kelu, ia terpaksa menjeda kata kata daripada terdengar parau karena belum tegar untuk mengungkapkan kenyataan. Bagi Vania, semua yang terjadi hari ini saja terasa seperti mimpi buruk. Ia belum bisa menerima kenyataan dan mencoba melupakannya, tetapi tak ingin menjadi manusia munafik yang menolak menghadapi masalah. Vania akui dirinya mungkin saja lemah, namun harus tetap berdiri kokoh demi melindungi kedua buah hatinya. Ima terperanjat kaget dan spontan menepuk mulutnya saat hendak berteriak. Ia sudah berjanji untuk diam, tidak etis jika belum apa apa saja sudah melanggarnya. Vania melirik tajam pada Ima, mencegahnya bersuara yang akan memancing perhatian Laurent. Ima mengerti kode tatapan itu kemudian m