Bab 13. Provokasi

1167 Words
Happy Reading Kenan mengemudikan mobilnya ke alamat cafe yang diberikan oleh Maudy. Sepertinya letaknya tidak cukup jauh dari rumah. Dalam Maps hanya sekitar 25 menit saja dan dengan semangat membara karena udah kangen berat, akhirnya Kenan langsung meluncur ke cafe itu. Kenan begitu semangat tadi sebelum ke rumah orang tua Maudy, padahal dia sudah siap untuk bertemu dengan keluarganya dan mengatakan jika dia adalah kekasihnya. Akan tetapi, sepertinya waktunya belum tepat karena Maudy ternyata tidak ada di rumah. Padahal 'kan sejak sore Kenan sudah memberikan pesan bahkan sudah menelepon Maudy, mengatakan jika dia akan pergi ke rumah orang tuanya. Tetapi, Maudy tidak membuka pesannya sama sekali bahkan tidak mengangkat panggilan teleponnya. Awalnya Kenan merasa jika Maudy sedang ada masalah atau mungkin ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa membalas pesannya. Akhirnya membuat pria itu nekat untuk datang langsung ke rumah orang tua sang wanita. "Aku harap setelah ini kamu benar-benar membuka hatimu untukku," gumam pria itu. Sedangan di cafe. Maudy terkejut saat melihat siapa orang yang memanggilnya. Dia seperti pernah melihat, tetapi entah di mana. Lupa-lupa ingat, jadi masih meraba. "Jadi, benar kamu Maudy, kan?" "Ya, aku Maudy," jawab wanita itu mengangguk. "Oh, kenalin nama gue Raya. Lo pasti udah pernah dengarkan nama gue?" Maudy sedikit terkejut mendengar ucapan wanita itu. Ternyata dia adalah Raya, mantan kekasih Kenan. Maudy menerima jabatan tangan dari Raya dan entah kenapa dia merasa ada yang aneh, seperti ... Raya menjabat tangannya dengan sedikit erat. Ataukah Raya sedang meluapkan emosinya. Sepertinya Raya sudah tahu siapa dirinya, kalau tidak kan nggak mungkin juga tiba-tiba wanita itu menyapanya. Kenapa rasanya seperti kepergok istri sah saja, ya. Entah sebenarnya Kenan dan Raya sudah benar-benar mengakhiri hubungannya atau belum, Maudy tidak tahu, tetapi Kenan mengatakan jika dia sudah memutuskan Raya. "Udah tau siapa gue, kan?" Maudy menaikkan kedua alisnya, terkejut dengan sikap Raya yang notabene baru pertama bertemu sudah gue-elo aja. "Ya, Raya," jawab Maudy mengangguk dengan jantung sudah bertalu kencang. "Wah, nggak nyangka kita ketemu di sini. Boleh aku duduk?" Raya melihat ada kursi kosong di depan Maudy dan dia pun duduk di sana. Padahal Maudy belum mempersilahkan, akan tetapi sepertinya wanita itu sengaja melakukan hal tersebut. Maudy harus waspada, dia merasa jika Raya ini sepertinya bukan datang dengan memberikan kabar baik, tetapi sebaliknya. "Gue tahu lo, teman seprofesi cowok gue, kan? Oh, ya. Seneng deh bisa ketemu temennya Kenan. Dia gimana kalau lagi kerja? Suka genit sama pramugarinya, gak? Ah, gue rasa Kenan nggak mungkin kayak gitu, misalkan ada sesuatu itu pastinya yang genit yang perempuan, kan ya?" Raya bicara terus, seakan menyindir Maudy yang memang memiliki kedekatan khusus dengan Kenan. Entah kenapa mood Maudy langsung turun dua kali lipat saat melihat Raya yang sepertinya sengaja bicara seperti itu. Maudy ingat jika Nina mengatakan Raya ini mencari tahu sola dirinya dan bisa dipastikan jika Raya memang telah curiga padanya. Maksudnya curiga jika dia menggoda sang kekasih. Padahal jelas-jelas Kenan yang selalu menggodanya, selalu mencari kesempatan untuk bersama dengannya. "Tapi untung aja Kenan setia, dia tuh cinta mati sama gue, bahkan sebentar lagi akan melamar. Nanti kita pasti akan mengundang lo dan seluruh kru maskapai Angkasa Airline saat kami tunangan." Maudy diam saja, kadang hanya tersenyum singkat saat Raya berucap. Mungkin maksudnya Raya ingin mengatakan jika hubungannya dengan Kenan masih baik-baik saja, tidak ada masalah yang berarti. Padahal Maudy jelas tahu jika Raya tengah berselingkuh dibelakang Kenan saat pria itu bekerja. Huh, sepertinya wanita itu tidak bisa dibiarkan begitu saja, Maudy merasa jika Raya ini mengatakan semua untuk memprovokasinya. Seharusnya Raya bercermin, siapa yang bermain api duluan. Kalau saja Raya tidak berselingkuh, pasti Kenan juga tidak akan terjebak dengannya malam itu. "Oh, ku kira hubungan kalian udah selesai. Soalnya Kenan bilang kalau dia sekarang ini jomblo. Jadi yang bener yang mana?" Raya mengepalkan tangannya ketika mendengar ucapan Maudy, padahal dia tadi niat ingin memprovokasi wanita cantik di depannya ini agar dia menjauh dari Kenan. Akan tetapi, seperti dia yang malah terpancing. "Siapa bilang hubungan kami udah berakhir? Kenan tuh cinta banget sama gue dan dia nggak akan pernah ninggalin gue!" Maudy mengangkat dua alisnya, seakan mengatakan kenapa malah Raya jadi emosi. Kalau memang benar hubungan mereka belum selesai, seharusnya Raya tidak perlu emosi, kan jadi keliatan bohongnya. "Dan satu lagi, jangan harap kamu bisa dekati Kenan kalau nggak mau reputasi kalian berdua hancur!" Setelah mengatakan itu Raya langsung pergi meninggalkan Maudy dengan keadaan yang marah. "Apa maksudnya? Jadi, dia ngancam gitu? Ck, Kenan juga kemana sih, mantannya itu ternyata nggak mau lepas gitu aja. Terus maksudnya apa tadi? Ngancam?" Beberapa menit kemudian, akhirnya Kenan datang dan langsung meminta maaf kepada Maudy karena tadi di jalan macet. Ada sepeda motor jatuh karena disenggol oleh minibus yang melaju dari arah yang sama. Membuat lalu lintas jadi macet. "Maaf, ya? Padahal tadi kalau nggak macet, 20 menit aja udah nyampe," ujar Kenan masih dengan raut wajah bersalah. "Iya, nggak apa-apa." "Kamu darimana? Kok bisa ada di tempat ini?" tanya Kenan menatap sekeliling. Tempat itu mewah dengan interior design yang unik. "Sebenarnya tadi aku baru ketemu sama Adrian," jawab Maudy jujur. "Apa? Ketemu Adrian? Cowok yang katanya mau dijodohkan sama kamu? Kok nggak bilang sih?" Kenan sudah dalam mode posesif dan cemburu. Maudy mengaduk jusnya yang masih penuh itu. Dia jadi tidak berselera minum jus kesukaannya setelah didatangi oleh Raya tadi. "Sebenarnya pagi tadi aku udah cerita sama ibuku kalau aku udah punya cowok, tetapi ternyata respon Ibu tidak seperti yang aku harapkan. Bahkan dia bilang kalau aku cuma bayar orang buat pura-pura jadi pacar. Sepertinya memang ibu sudah dikasih sogokan sama Adrian, soalnya cowok itu udah suka sama aku dari sejak kuliah tapi waktu itu aku langsung menghindar ketika Adrian dengan terang-terangan mengatakan suka dan sekarang sepertinya hal ini dijadikan Adrian senjata untuk mendapatkan keinginannya melalui ibuku," jelas Maudy panjang lebar. Kenan tentu saja terkejut mendengar hal itu, kenapa rasanya susah sekali hanya untuk bisa bersama dengan Maudy. "Aku pasti bakal bikin ibumu bisa nerima aku, aku janji, Maudy!" "Susah, Ibu juga nggak suka sama profesi pekerjaan kamu. Katanya lebih baik nyari suami yang pekerja biasa." Kali ini Kenan terlihat mengacak rambutnya. Sepertinya dia sedikit frustasi karena ternyata sesulit itu untuk bisa mendapatkan restu ibunya Maudy. "Padahal kamu udah mau nerima aku, loh. Tapi nggak apa-apa, yang penting kita udah bersama. Aku dan kamu, bisa menjalin hubungan dengan leluasa," ujar Kenan sumringah. Menatap Maudy penuh dengan binar cinta. Masalah restu bisa dipikirkan belakangan. Yang penting hati Maudy udah dia genggam. Berbeda dengan Maudy yang hanya menghela napas. Wanita itu masih terusik dengan ucapan Raya tadi. "Sebenarnya kamu sama Raya udah benar-benar selesai belum?" "Kok tanya itu? Kan kemarin aku udah bilang kalau aku udah buat keputusan dan aku milih kamu, aku udah gak ada hubungan apa-apa lagi sama dia, kenapa?" "Tapi tadi Raya bilang kalau kalian masih bersama, bahkan berencana mau tunangan. Ini yang benar yang mana?" Kenan tentu saja terkejut mendengar ucapan Maudy. "Kapan Raya bilang gitu?" "Tadi, di sini. Dia nyapa aku dan langsung jelasin kalau hubungan kalian tuh baik-baik saja, bahkan kalian berencana untuk tunangan." Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD