Air mata Lara seketika turun saat melihat ekspresi Luruh yang baru pertama kali dirinya lihat, biasanya gadis tomboy itu selalu memasang senyum ceria dan selalu tampak cantik sayangnya sekarang pipi adiknya di penuhi genangan air mata yang terasa menyesakkan hati Lara.
"Jangan menangis begini, dek ... tolong terima permintaan ini demi kakak ya? Hanya kamu satu-satunya orang yang bisa membantu kakak loh, Luruh! Sekali ini saja kamu bantu kakak ya? Demi kakak dan demi kita semua loh sayang? Kamu mengerti perasaan kakak kan ...," lirih Lara sendu.
Tidak hanya Lara yang sedih dan juga memohon hal tidak jelas ini, tetapi Luruh juga ingin kakak yang ia sayangi bersama dengan pria baik yang dipilihkan mommy dan daddynya sebab Luruh percaya jika orang tua pasti memikirkan yang terbaik untuk anaknya.
"Kakak ini bicara apa? Mommy sama daddy sudah memilihkan orang yang baik untuk kakak loh terus kakak begini? Tidakkah kakak juga seharusnya memikirkan bagaimana perasaanku? Aku mohon pikirkan lagi kak? Orang tua pasti memikirkan yang terbaik untuk kita loh kak! Masa kakak gak mau mencobanya dulu? Aku sangat memohon pada kakak loh," mohon Luruh sedih.
Daizen dan Barbara yang melihat kedua putrinya sampai seperti ini membuat mereka berdua menasehati Luruh dan Lara bahwa mungkin tidak ada salahnya mencoba saran dari Barbara dan Daizen kali ini.
"Sudah, sudah ... begini saja! Bagaimana kalau nanti Axton datang biarkan pemuda itu sendiri yang memilih siapa yang akan ia nikahi? Dengan begitu kalian berdua tidak perlu saling mohon-memohon begini? Bukankah dengan begini malah akan lebih adilkan ya," ucap Barbara lembut.
"Benar! Dengan begitu keputusan Axton tidak dapat kalian sanggah dan siapapun yang di pilih pemuda itu tolong ikuti saja perjodohan ini dan jangan membatalkannya karena bagaimanapun juga daddy yang memintanya jadi tolong kalian jaga harga diri daddy ini ya," ujar Daizen serius.
Lara yang setuju dengan ucapan daddy dan mommynya membuat gadis cantik itu memohon pada Luruh untuk mengikuti nasihat dari kedua orang tua mereka toh dengan begini Axton sendiri yang akan memilih dengan siapa ia akan menikah.
"Baiklah, dad ... rasanya aku setuju dengan nasihat mommy dan daddy! Sekarang kamu mau untuk mengikuti nasihat mommy dan daddy kan? Atau kakak perlu memohon lagi hanya agar kamu mau membantu kami? Tidak bukan? Tolong jadilah anak yang baik ya," tutur Lara lembut.
Jika saja Luruh boleh jujur rasanya ia ingin sekali mengomeli kakaknya hanya saja ia langsung tersadar kalau Lara tidak boleh tertekan apalagi terkejut, lalu dengan berat hati Luruh terpaksa menyetujui ucapan kakaknya sambil ia berharap agar kakaknya yang di pilih pemuda itu.
"Kakak ini ... ah sudahlah, anggap saja aku mengikuti ucapan kalian! Toh tiga lawan satu tetap saja ucapan aku ini kalah voting bukan? Jadi tolong kakak juga hormati keputusan Axton kalau nanti dia memilih kakak maka mau tidak mau kakak harus terima dia ya kak," ujar Luruh lelah.
Mendengar ucapan Luruh sontak saja membuat Lara memeluknya erat dan ia berterima kasih karena adiknya mau melakukan hal ini demi dirinya sebab di dunia ini hanya ada Luruh dan kedua orang tuanya saja menurut Lara.
"Apapun keputusan nantinya biar semesta yang menentukan ... saat ini kakak benar-benar senang dengan ucapan kamu dek, jadi tolong bantu kami terus ya? Kita ini keluarga dan tidak ada salahnya jika saling mendukung bukan? Kakak harap kita selalu bahagia ya! Tolong tetap jadi Luruh yang kakak kenal dan terima kasih banyak ya sayang," ucap Lara bahagia.
Luruh yang merasa perasaannya bercampuk aduk membuat gadis tomboy itu memeluk Lara dengan cukup erat seolah-olah ia sedang mengumpulkan kekuatannya sementara Barbara dan Daizen hanya bisa mengusap-usap kepala putri mereka dengan sayang.
Hari yang terasa melelahkan itu berlalu dan waktu terus bergerak hingga tibalah hari dimana Lara, Luruh dan Axton bertemu untuk pertama kali setelah sudah lama tidak bertemu lagi karena kesibukan dan pengobatan yang harus di jalani oleh Lara semakin rutin ia lakukan.
Dalam diam Lara khawatir jika ternyata apa yang ia inginkan tidak terjadi sebab bisa saja Axton malah tidak memilih keduanya dan kalau begitu nanti siapa yang akan melindungi Luruh di saat dirinya tiada? Bukan tanpa alasan Lara berpikir begini, tapi hati Lara merasa seperti dirinya tak memiliki banyak waktu lagi.
"Hari ini akhirnya tiba juga ya? Bagaimana kalau pemuda itu tidak memilih keduanya? Lalu nanti siapa yang akan melindungi Luruh? Penyakitku semakin terasa merenggut separuh kemampuan diriku dan bila hari aku tiada itu tiba ... bagaimana nasib adik dan keluargaku," batin Lara gelisah.
Luruh yang tidak sengaja melewati kamar kakaknya membuat gadis tomboy itu menatap lekat Lara yang seperti orang yang sedang melamun dan wajahnya terlihat begitu muram, jujur Luruh tidak suka dengan ekspresi kakaknya yang seperti ini.
"Loh? Kenapa kakak malah melamun depan meja rias itu? Tunggu sebentar?! Wajah kakak kenapa malah muram begitu? Sebenarnya apa sih yang dia pikirkan? Kalau kakak begini aku jadi khawatir kakak sedang menahan sakit ya? Ah gak suka nih kalo kakak begini ceritanya! Buat apa juga dia pura-pura tegar begini sih kak Lara," batin Luruh khawatir.
Tidak ingin melihat kakaknya kesulitan sendiri membuat Luruh menyapa kakaknya dan tak lama ia berusaha menghibur Lara yang kini menatap dirinya sendu, entah apa yang Lara pikirkan saat ini hanya saja Luruh tidak sanggup melihat kakaknya menderita seperti ini.
"Kak Lara! Udah cantik begitu masa melamun sih, kak? Kakak baik-baik ajakan? Atau ada yang sakit? Ya ampun princess gini emang paling cocok dapetin pangeran sih! Udah kak jangan panik gitu ah mukanya! Dia akan tetap memilih tuan putri kok bukan upik abu haha," sapa Luruh santai.
Ucapan adiknya membuat hati Lara sedikit merasa tenang dan tidak lama Lara meminta Luruh untuk duduk di kursi karena ia ingin sekali memakaikan make up di wajah cantik Luruh, awalnya Luruh tidak ingin di dandanin hanya saja mata Lara yang menatapnya lekat membuatnya tidak bisa menolak setiap keinginan kakaknya.
"Candaan model apa itu dek! Ngawur aja kamu! Siapa juga yang upik abu? Kamu juga princess kok! Oh iya sini dek ... kakak dari dulu pengen banget dandanin kamu! Kamu tuh jarang banget pake make up tau dek! Biasanya orang yang begini kalau dandan itu cantik banget tau! Ayok sini kakak jadiin princess yang paling cantik ... buruan sini dek," ucap Lara lembut.
"Hehehe cuma lelucon biasa yang berhasil membuat kakak tersenyum kok, lah ngapain aku di dandanin sih kak? Yaudah deh apapun yang kakak mau akan aku lakuin deh demi kak Lara yang paling aku sayang aku pasrah di apain aja sama kakak deh," sahut Luruh pasrah.
Mendengar ucapan konyol Luruh membuat Lara terkekeh ringan dan tangannya dengan sigap mulai memoleskan tiap warna pada wajah natural adiknya, sejak dulu Lara selalu ingin sekali bisa memakaikan make up di wajah adiknya dan rasanya hari ini bisa terbayar lunas dan Lara benar-benar senang sekali hari ini.
"Dulu kakak pengen banget bisa merias kamu, menata rambut kamu atau sekedar memilihkan dan bertukar pakaian selayaknya kakak - adik lainnya ... sayangnya Allah memang tau kapan waktu yang paling tepat kakak bisa bertugas menjadi kakak pada umumnya dan rasanya kakak bangga banget loh, dek! Makasih ya mau jadi adik kesayangan kakak," gumam Lara senang.
Sementara Luruh yang tidak kuasa mendengar hal menyesakkan seperti ini membuat hatinya terasa berdenyut perih karena faktanya bukan hanya Lara yang memimpikan hari ini saja, tetapi ia juga ingin sekali bisa dekat dan di dandani seperti ini sebab selama ini Lara harus bolak-balik masuk rumah sakit hanya karena pengobatannya yang rutin.
"Kalau aja kakak tau ... aku juga memikirkan hal yang sama kayak kakak loh! Aku juga pengen banget menghabiskan banyak waktu bareng kakak, tapi seengganya sekarang kita bisa ada di waktu ini dan aku benar-benar bersyukur banget loh kak ...," batin Luruh sendu.