When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Binar mengerucutkan bibir. Tetapi meski begitu, ia tak lantas mengikuti permintaan neneknya. "Bi. Kenapa masih di sini?" "Iya, Nek. Iya ...." Dengan terpaksa Binar beranjak kembali ke depan rumah. Ia kira bisa membujuk sang nenek. Zean tersenyum saat melihat gadis itu kembali dengan wajah kesal. "Gimana?" "Binar diam." "Ya udah aku pulang aja deh kalau nenek kamu gak jadi bicara." Zean memutar tubuh. "Eh! Jangan pulang!" cegah Binar. Ia bisa diomelin sampai pagi oleh sang nenek jika itu sampai terjadi. Zean tersenyum lebar kemudian berbalik dengan memasang raut wajah datar. Berdiri saling berhadapan. "Tadi katanya aku disuruh pulang. Kok sekarang gak boleh?" "Bukan saya yang gak bolehin. Tapi nenek saya," sahut Binar seraya berbalik dan kembali meninggalkan pemuda itu. Zean terke