When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Dering ponsel terdengar. Seorang pria merogoh saku jas dan segera menjawab panggilan. "Halo!" "Selamat siang, Pak Andra. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa lima belas menit lagi ada meeting." Suara pria di seberang telepon membuat Andra menepuk kening karena ia melupakan hal sepenting itu. "Saya usahakan sampai di kantor dalam lima belas menit." Setelahnya mengakhiri panggilan tanpa menunggu tanggapan. Sebelum mengemudikan mobil dari tempat itu, untuk beberapa saat Andra memfokuskan perhatian pada pria yang baru saja keluar dari lobi dengan menggendong anak perempuan. "Kenapa Permata malah ikut sama pria itu? Sedekat apa memangnya hubungan mereka sampai Binar begitu saja mempercayakan anaknya? Gimana kalau Permata dibawa kabur? Kenapa juga aku jadi arti penguntit?" gumamnya. Andra ya