When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Damar menatap penuh selidik. "Tumben kamu tanya soal itu. Selama ini ke mana aja?" Rasanya wajar jika ia mempertanyakan. Tak pernah Binar bertanya tentang Zean. Ia pun tak terpikir untuk berinisiatif membahas lebih dahulu karena takut melukai hati adiknya tersebut. "Bukannya tadi udah aku bilang apa alasannya?" "Yakin cuma itu?" Damar masih saja penasaran. "Yakin." "Kenapa baru sekarang? Bukannya kamu pernah bilang enggak butuh foto karena yakin suami kamu akan kembali suatu hari nanti. Apa sekarang kamu udah nggak yakin?" "Bukan gitu, Mas. Aku masih yakin kok kalau Mas Zean akan kembali. Tapi Ata sekarang udah besar, udah bisa mengingat dan mengenal meskipun melalui foto. Kalau kemarin-kemarin dia masih kecil. Aku kasih lihat juga belum tentu dia bisa mengingat," kilah Binar, tidak