When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Ke-kenapa Anda bisa ada di sini?" tanya Binar pada tamu yang berdiri di depannya. Terkejut bukan kepalang karena tamu yang datang sungguh di luar dugaan. "Selamat sore, Bu Binar. Maaf saya lancang datang ke sini. Saya hanya ingin menjenguk Permata." Permata yang sedang digendong sambil memeluk sang ibu, mengurai pelukan lalu berbalik. Merasa mengenal suara pria itu. "Om Anda!" pekiknya dengan senang. Andra tersenyum. "Hai, Ata," sapanya. Permata menatap ibunya. "Bunda, Ata mau turun." Binar bingung hingga yang ia lakukan hanya diam. "Bunda, Ata mau turun!" ulang anak itu sekali lagi. Suara anak perempuan itu menyadarkan Binar dari pikirannya. "Ata 'kan lagi sakit." "Ata cuma mau duduk di dekat Om Anda, Bunda. Ata gak ke mana-mana," sahut Permata. Dengan terpaksa Binar menurunkan