Reynald tatap dengan begitu intens kedua manik Syara. “Syar, honestly please. Aku tahu kamu pasti sedang berbohong, kan? Ones again please, jawab aku dengan jujur, ya,” Sungguh rasanya Syara semakin tak bisa lagi untuk menutupinya. Namun demi kebaikannya, kebaikan Reynald juga kebaikan pekerjaannya. Maka ia kembali menutupi hal itu. Namun sayang, katika kini ia mulai mengatakannya, ia tak lagi mampu menahan airmatanya. “Dok, apa yang saya katakan itu memang benar adanya. Saya hanya gak ingin terus-terusan menyusahkan, dokter Rey. Sebaiknya, dokter juga tidak harus sering datang ke kafe. Ini demi kabaikan, dokter. Juga agar dokter Rey, tidak lagi kesulitan karena saya, dok,” Lagi-lagi Reynald menggelengkan kepalanya seraya kini ia mulai tersenyum tipis. Namun ia rasa, ia memang sudah terl