Mama letakan bekal makan siang yang sudah ia bawakan untuk Syara. lalu dengan lengan yang gemetar Mama mulai mengarahkan lengannya itu kearah wajah Syara. Dengan lembut mulai ia belai wajah cantik putrinya. Hingga airmatanya kembali menganak sungai begitu saja membasahi kedua pipinya. “Kenapa kamu buat hidup kita jadi seperti ini Syar? Kenapa kamu buat Mamam sendiri jadi marah dan gak bisa memaafkan kamu begitu saja? Rasanya terlalu sakit, Nak. Terlalu sulit bagi Mama untuk Mama bisa meaafkan kamu. untuk bisa memulai segalanya dari awal dan ikhlas menerima semua ini. Ini semua terlalu menyedihkan buat, Mama. Terlalu berat bagi, Mama, untuk melupakan semua kepedihan ini. Karena hingga saat ini, yang paling Mama harapkan adalah, Papamu, masih hidup! Hiks..hiks..hiks..hiks..” Mama kembali