“Akh!” Austin meringis merasakan sakit ketika tulang ekornya mendarat di lantai.
Krystal seketika terkejut melihat pemandangan itu, apalagi saat ini wajah Austin sudah mengeras, dengan tangan yang mengepal.
“Ma-maaf. Aku tidak sengaja menendangmu. Aku terkejut kamu tiba-tiba berada di sampingku,” ujar Krystal dengan perasaan bersalah.
Austin menatap Krystal dengan tatapan dingin. Matanya menyiratkan kekesalan.
Takut Austin akan mengamuk, Krystal langsung turun dari ranjang dan berlari ke arah kamar mandi sambil berteriak, “aku benar-benar tidak sengaja menendangmu!”
Dia segera mengunci pintu kamar mandi dan menghela nafas lega, serta merutuki kebodohannya di depan cermin di kamar mandi tersebut.
Kemudian, barulah dia memilih untuk memulai ritual mandinya.
Air dari shower begitu segar menyentuh kulitnya, membuatnya merasa sedikit lebih bersemangat untuk menjalani hari. Harumnya sabun menyeruak ke indra penciumannya.
Dia mandi sekitar beberapa menit dan melakukan perawatan pada tubuhnya sendiri. Setelah selesai, dia pun hendak beranjak mengambil handuk.
Namun, dia baru menyadari bahwa di sana tidak ada handuk ataupun bathrobe karena kemarin baru di laundry dan masih berada di dalam lemari.
“Bodoh …!” rutuknya lagi ketika menyadari hal itu. Harus bagaimana dia keluar dari kamar mandi?
Setelah berpikir sejenak dan merutuki kesalahannya yang menendang Austin tadi. Sekarang dia memutuskan untuk meminta bantuan Austin, sebab tidak mungkin dia akan bertahan saja di dalam kamar mandi, ataupun keluar dalam keadaan bertelanjang.
Dia perlahan membuka pintu kamar mandi, menongolkan kepalanya mencari keberadaan Austin, tetapi dia tidak melihat Austin di kamar tersebut.
“Austin, apakah kamu di dalam kamar? Aku membutuhkan bantuanmu,” ucapnya, memastikan bahwa Austin berada di kamar atau tidak. Namun, tidak ada jawaban apa-apa dari pria itu.
Setelah memastikannya, dia keluar dengan keadaan bertelanjang dan mencari keberadaan handuk, tetapi di saat itu juga Austin memasuki kamar.
“AAAA! Tutup matamu! Jangan lihat aku!” teriaknya, reflek duduk sembari menutupi dadanya dan merapatkan pahanya ke arah samping agar Austin tidak melihat d**a dan kewanitaannya.
Namun, bukannya menuruti permintaan Krystal, Austin malah memandangi Krystal dengan santai sembari menelan ludah.
“Austin, tolong berbaliklah dan tutup matamu!” seru Krystal yang saat ini sudah panik dan malu.
“Kenapa aku harus berbalik? Kamu sendiri yang keluar dengan bertelanjang. Lagipula aku tidak tertarik dengan tubuh teposmu. Tubuhmu bukan standarku, seleraku adalah ka—“
“Ya, ya,ya, seleramu adalah kakakku. Aku memang tidak semenarik kakakku, tapi bisakah kamu berbalik atau menutup mata, aku ingin mengambil handuk dan berganti pakaian!” sahut Krystal sebelum Austin menyelesaikan semua perkataannya.
Bukannya menuruti keinginan Krystal, Austin malah semakin berjalan ke arah Krystal, membuat Krystal seketika panik.
Setelah berada di dekat Krystal, dia melewati Krystal begitu saja. Mengambil handuk dan menyodorkan kepada Krystal yang masih duduk di lantai sambil berusaha menutup d**a dan merapatkan paha.
Matanya tertuju pada tubuh Krystal yang putih dan sangat terawat. Dia diam-diam meneguk ludah, tetapi bersikap sangat santai.
Krystal langsung meraih handuk itu dan melilitkan pada tubuhnya dengan tergesa dan dengan wajahnya yang memerah karena malu.
Ketika Austin memasuki kamar mandi, barulah dia mengenakan pakaiannya dan bersiap-siap karena pagi ini dia akan menemui dosen pembimbingnya.
*****
“Masuklah!” perintah Austin yang sudah berada di depan Krystal menggunakan mobil sport miliknya.
“Tidak perlu, aku menunggu teman saja, dia akan menjemputku,” jawab Krystal, tetapi Austin malah menatap Krystal dengan tajam, sehingga Krystal tidak ada pilihan lain dan memilih untuk memasuki mobil Austin.
“Sabuk pengaman.”
Krystal langsung mengenakan sabuk pengaman dan mobil tersebut langsung meninggalkan kawasan apartemen yang mereka tempati.
Di dalam perjalanan, mereka hanya diam, tidak ada satu pun yang berbicara dan hanya ditemani oleh deru suara mobil, serta hiruk-pikuk kota.
Hingga, akhirnya mereka sampai di sebuah restoran, tetapi Krystal menatap Austin dengan tatapan bingung. “Kenapa kita berhenti di sini?”
“Tentu saja sarapan. Kamu tidak bisa melakukan apa-apa, sedangkan aku butuh makan. Turunlah!” perintah Austin ketus.
Membuat Krystal cemberut, tetapi tetap mengikuti permintaan Austin dan keluar dari mobil.
“Maaf, aku tidak sebaik kakakku yang bisa melakukan apa pun, tapi yang seharusnya menikah denganmu adalah dia, bukan aku!” gerutu Krystal di belakang Austin sembari mengikuti langkah pria itu memasuki restoran.
Namun, dia tidak sengaja menabrak punggung Austin ketika Austin berhenti. Membuatnya ingin mengumpati pria itu tetapi dia tidak ada keberanian.
Austin segera meraih tangannya, sehingga dia berada di samping Austin, kemudian barulah melanjutkan jalan memasuki restoran. Akan tetapi Krystal masih merasa kebingungan karena tangan mereka masih bertaut, terlebih Austin tidak mengatakan sepatah kata pun.
Austin baru melepaskan tangannya ketika mereka sudah berada di depan meja yang akan mereka tempati.
“Kamu ingin sarapan apa?”
“Apa saja, asal mengenyangkan,” jawab Krystal.
*
Setelah sarapan, barulah Austin mengantarkan Krystal ke kampusnya. Mereka menjadi bahan perhatian oleh mahasiswa/i di kampus tersebut, dan tidak jarang ada yang berbisik-bisik karena teman-temannya tahu bahwa Krystal berpacaran dengan Robert.
“Terima kasih sudah mengantarku, aku masuk dulu.” Krystal dengan cepat berlari memasuki kampusnya dan meninggalkan Austin yang masih membuat para mahasiswi terpesona.
“Yuhuuu! … ada yang diantar oleh suami,” ledek Yosi yang tiba-tiba berada di samping Krystal.
Krystal hanya memutar bola matanya. “Ingat, aku menikah dengan dia karena hanya menggantikan kakakku!”
“Tapi, tetap saja kalian sudah menikah,” sahut Yosi. Membuat Krystal jengah dan meninggalkan sahabatnya begitu saja.
*****
Pertemuan Krystal dengan dosen pembimbingnya hanya di pagi hari, itu pun dia harus menunggu berjam-jam untuk dapat menemui pembimbingnya yang super sibuk.
“Ada yang mencarimu,” ujar Yosi. Melirik ke arah Robert yang berjalan ke arah mereka. Pria itu tersenyum cerah ke arah Krystal.
“Pagi dan malam bersama suami, siang hingga sore bersama kekasih. Kamu sangat beruntung,” ledek Yosi sambil berbisik kepada Krystal, yang dibalas tatapan tajam oleh Krystal.
“Baiklah, karena Robert sudah ada di sini, aku akan pergi dan memberikan waktu bagi kalian untuk pacaran,” lanjut Yosi, kemudian meninggalkan kedua orang itu.
“Apakah kamu sudah free?”
“Sudah. Aku hanya perlu melakukan revisi. Dosen botak itu selalu memintaku revisi lagi dan lagi,” jawab Krystal dengan kesal.
Revisi yang dia lakukan bukan hanya satu atau dua kali, tapi sudah berkali-kali dan hasilnya tetap sama. Setiap dia revisi, malah semakin banyak kesalahannya.
Terkekeh. Robert tersenyum melihat kelakuan kekasihnya tersebut. Mengacak rambut Krystal dengan gemas. “Lakukan dengan perlahan. Bagaimana jika sekarang kita makan dulu dan nanti aku akan menemanimu revisi?”
Dengan cemberut Krystal menghela napas dan mengangguk. Kemudian, mereka pun meninggalkan area kampus tersebut.
Mereka mendatangi sebuah restoran bintang lima yang cukup mewah dan nyaman. Mereka memasuki restoran itu sembari tertawa dan tangan Robert berada pinggang Krystal, sesekali Robert juga mengecup kepala Krystal karena merasa gemas.
Hingga duduk pun mereka masih sangat intim dan Krystal sama sekali tidak menghindari kecupan-kecupan yang dilakukan oleh Robert. Mereka tetap tertawa bersama, tetapi mereka tidak menyadari bahwa Austin juga berada di sana yang tengah melakukan pertemuan dengan koleganya.