Kekeringan

1533 Words
Di negeri Awan. Setelah Kegagalan yang dialami oleh pasukan yang di pimpin Jenderal Sora. Callisto memutuskan melakukan perjalanan jauh menuju tenda tempat pasukan Jenderal Sora. Dia tidak bisa sabar dan hanya diam di istana. Oleh karenanya ia ingin terjun secara langsung ke ekspedisi pencarian ratunya bersama Jenderal Sora. Dari pagi hingga sore, Rombongannya menyisir setiap sungai dan desa yang dilewati oleh Sakira. Mereka memeriksa satu demi satu rumah-rumah penduduk. Dan tak tanggung-tanggung bahkan goa di hutan yang dilintasi Sakira juga dijelajahi oleh rombongan Callisto. Ketika malam mulai menjelang, prajurit kembali dari pencarian dengan kegagalan. Callisto hanya menyaksikan semua ini tanpa daya. "Dimana kau, Ratu? " desah Callisto. "Yang mulia, apakah kita akan menginap di sini?" "Ya." Jenderal Sora segera memerintahkan prajurit menyiapkan tenda untuk Callisto menginap. "Hari mulai menjelang malam. Siapkan tenda penginapan! " "Baik! " Para prajurit dengan sigap mendirikan tenda untuk kaisar. > Pencarian besar-besaran itu menimbulkan gelombang gosip memanas di rakyat negeri Awan. Tetapi gelombang isu itu justru disambut baik oleh rakyat negeri Awan. Ratunya yang tegas dan adil membuat mereka menghormati Sakira. Sayangnya sang kaisar tidak memperlakukan ratunya dengan layak. Jadi mendengar kaisar kini kebingungan karena ratunya menghilang, para rakyat turut bersimpati. Tanpa seorang pun menyadari bencana yang tak kasat mata dan seolah tidak memiliki eksistensi perlahan menunjukkan reaksi. Kekeringan yang tidak pernah terjadi selama ini mulai menunjukkan gejala. Itu semua karena tidak ada yang tau jika sejak menjadi ratu, Sakira datang ke kuil naga selalu membawa buah persik yang tumbuh di istananya sebagai persembahan. Buah itu memang nampak tidak berharga, namun jika diteliti lebih dekat ada simbol naga pada kulitnya. Oleh karena sang naga senang, dan hujan tidak pernah datang terlambat. Oleh karena itu, ketika Sakira mengalami tidur panjang, tidak ada yang menggantikannya menaruh buah itu ke kuil Naga. Sedikit demi sedikit sang Naga mengurangi frekuensi hujan dan bertambah mencapai puncaknya ketika Sakira menghilang. Negeri Awan tidak pernah mendapatkan hujan sedikit pun. Di saat Callisto melakukan pencarian, gelombang kekacauan akibat kekeringan yang menyebabkan kelaparan akhirnya meluas. Kaisar yang mendapatkan laporan dari prajuritnya segera meninggalkan tempatnya berkemah. Dia terkejut karena baru pertama kali bencana kekeringan terjadi di negeri Awan. Dia pun meninggalkan perkemahan dengan buru-buru. > Irene yang awalnya bersedih sejak kepergian Callisto untuk mencari ratu, berubah menjadi sangat gembira. Kabar jika kaisar telah kembali bahkan tidak sampai menginap, melegakan hatinya. Dia bertambah gembira saat mendengar jika ratu belum berhasil di temukan. "Bantu aku bersiap-siap! " perintah Irene. "Baik. " Para pelayan mulai mendandani Irene. Senyum tidak pernah luntur dari bibir cantik permaisuri itu. Namun gerakan mereka tertahan dengan kedatangan kaisar yang langsung menuju kamar permaisuri tanpa ada pengumuman lebih dahulu. "Hormat ke--" "Semua keluar! " teriak kaisar. Terlihat jelas jika sang kaisar tidak dalam kondisi bahagia. Urat-urat wajahnya yang marah terlihat dengan jelas. Para pelayan ketakutan dan segera pergi. Mereka berdoa agar permaisuri mereka baik-baik saja dalam menghadapi kemarahan kaisar. Bagaimanapun juga Irene adalah majikan mereka. Jika dia dalam masalah maka hidup mereka tidak akan senyaman sekarang. Irene yang kebingungan berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup kencang karena takut. Lagi pula dia sedang hamil jadi ia yakin kaisar tidak akan menyakitinya. Irene memasang wajah tersenyum lalu mendekati Callisto. "Yang mulia, mengapa anda marah? " tanya Irene dengan nada manja. "Permaisuri, apa yang kau berikan pada kuil Naga? Mengapa mereka marah dan mengurangi hujan setelah ratu tertidur? " tanya Callisto dingin. Lengkungan kurva yang tadi terbentuk sempurna di wajah Irene menurun. "Apa? Aku tidak tau... Aku hanya melakukan yang ratu lakukan dengan memberi buah persik di kuil. Aku dengar ratu juga melakukan hal yang sama. " "Tetapi kau tidak pernah bertanya buah persik seperti apa yang diberikan ke kuil. Peramal mengatakan jika ada yang kurang dari suguhan di kuil naga! " Irene terhuyung mundur. "Aku, aku tidak tau. " "Mengapa melakukan hal sepele seperti itu saja kau tidak sanggup. Kini beberapa daerah negeri Awan dilanda kekeringan karena kecerobohanmu!" Tatapan tajam Callisto menggetarkan hati Irene. Baru kali ini kaisar menatapnya penuh amarah. Rencana Irena untuk bermanja pada kaisar pupus sudah. Dia tidak menyangka jika ada bencana seperti ini. "A-aku... " "Untuk saat ini urusan dalam kerajaan akan di ambil alih oleh pejabat urusan dalam, " putus Callisto. Sungguh dia merasa penyesalannya semakin menjadi saat ada akibat mengerikan karena mengabaikan Sakira. Ternyata dia bekerja sangat baik mengelola negeri ini, tetapi tidak mendapatkan perlakuan yang baik darinya. Sangat berbanding terbalik dengan Irene yang hanya bermalasan dan bersenang-senang namun mendapatkan pelakuan istimewa darinya. "Aku sungguh bodoh menyia-nyiakan ratu dan memanjakan yang tidak berguna, " gerutu Callisto dengan keras. Jelas sekali perkataannya menyindir Irene. Dia berbalik meninggalkan Irene yang mematung. Hati Irene hancur mendengar keputusan kaisar dan lebih hancur lagi ketika ia mendengar Callisto menyesali perbuatannya yang mengabaikan ratu. "Ini bearti kekuasaanku diambil sama seperti dulu, " lirih Irene. Dia harus hidup seperti boneka lagi, tidak ada hak apapun selain pajangan semata. Apalagi sekarang sikap Callisto semakin berubah. "Hiks yang mulia, mengapa hatimu berubah hiks. " . . . Di sisi lain, gadis yang memiliki surai pink tengah mengintip dari jendela rumah pohon Saka. Dia menatap waspada sekumpulan beast jantan yang berada di luar dan siap untuk melamarnya. Mereka berkeliaran hanya dengan selembar kain yang kapan saja bisa lepas tertiup angin. "Negeri ini sangat aneh, " gerutu Sakira. "Bagaimana aku bisa hidup normal jika mereka berkeliaran seperti itu. " Inilah yang membuat Sakira sangat enggan keluar dari rumah pohon Saka. Bukannya dia malas bergerak namun ia tidak ingin menghadapi para beast yang sering berpose ala model jika dia lewat. Terlebih insting binatangnya yang entah datang dari mana terus bergejolak -- meronta ingin memuaskan hasrat liarnya yang ingin mengintip sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. "Saka, sampai kapan mereka tetap di sana? " tanya Sakira. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Saka yang berubah menjadi manusia seutuhnya. "Kyaaa dua...ups. " Sakira segera menutup matanya. Dia masih tidak terbiasa melihat jumlah milik Saka. Sangat tidak terbiasa. Tapi beast ular itu suka berubah-ubah bentuk tanpa pemberitahuan lebih dahulu. "Saka, pakai kainmu!" perintah Sakira. "Hn. " Saka sebenarnya merasa enggan berpakaian. Perasaannya buruk karena melihat para beast jantan berkeliaran di sekitar rumahnya dan memamerkan milik mereka. Saka jelas tidak terima karena merasa lebih unggul. Bagaimana tidak, dia memiliki dua sedang beast yang lainnya cuma satu. Saka pun terpaksa menuruti Sakira meski dengan bibir manyun. Ia memakai kain dari kulitnya untuk menutupi miliknya. "Sudahlah, ayo kita mencari makanan. Apa disini ada yang menanam padi? " "Padi? Ada, itu beast vegetarian yang menanamnya. " "Apa kita bisa mendapatkannya? Bagaimana cara mendapatkannya? Membeli atau tukar barang?" tanya Sakira dengan antusias. "Aku tau apa yang diinginkan mereka. Jadi kita bisa mendapatkannya. " Sakira segera melompat ke tubuh Saka, "Ayo berangkat ke sana, " ucap Sakira sambil berbinar. Oh demi Tuhan, dia sudah tidak tahan lagi harus makan buah dan ikan bakar. Saka melewati para beast jantan itu tanpa menoleh sedikit pun. Gard, Kimi dan Neil tidak terima jadi mereka mengikuti langkah Saka yang menggendong Sakira. "Sakira~ cantik... Lihatlah ini cocok untukmu, " ucap Gard yang menunjukkan bunga berwarna warni. "Cairan dari lebah ini sangat nikmat. Cobalah. " Kimi mendekati Sakira dengan sebotol madu. Jika dilihat mereka bertiga memang sangat polos dalam merayu gadis. Terutama Neil. Hampir saja dia memberi tanda kekuasaan pada rumah pohon kayunya agar harimau hitam lainnya tidak mendekat. Beruntung Sakira mengetahui niatnya dan melemparkan apel kepada Neil sebelum beast Leopard itu menandai pohon. Jika tidak mungkin Sakira harus mencium aroma pipis harimau disana. Selang beberapa saat, Saka, Neil, Gard dan Kimi membeku dan tidak bergerak. Mereka seolah tertekan dan murung. "Ada apa? " tanya Sakira. "Negeri seberang sedang mengalami bencana. Aku melihat banyak darah yang mengalir. " Mata Saka memerah. Insting beast mereka sangat sensitif terhadap penderitaan makhluk lain. 'Apa!? Negeri sebelah, Ini bearti negeri Awan yang terkena musibah. ' Wajah Sakira ikut memucat. "Apa yang terjadi, bukannya negeri itu aman dan makmur? " "Kekeringan, kelaparan... Berebut makanan," jawab Saka. Indra penglihatannya menembus jauh beberapa ratus kilo dari tempatnnya berdiri. "Mengapa bencana seperti itu terjadi pada negeri Awan? " tanya Sakira panik. "Naga bodoh itu sedang marah. Dia enggan menurunkan hujan dan menyebabkan semua ini terjadi, " jawab Saka. "Naga bodoh, maksudmu Raja Naga? Tapi kenapa dia marah? " tanya Sakira lagi. Hatinya terasa sakit saat membayangkan korban yang berjatuhan karena kekeringan. "Entahlah... Kita bisa tanya padanya. " "Eh, jadi kita bisa bertanya langsung padanya, "jawab Saka yang keceplosan bicara. Dia lupa jika pernah mengatakan raja naga bisa membuka pembatas negeri Mitologi dan negeri Awan. Dalam pelukan Saka, Sakira memohon pada Saka, "Yah, tolong antarkan aku ke sana. " "Tentu saja. " "Hei kalian tidak melupakan keberadaan kami, Kan? " tanya Gard. "Menemui naga pelit itu sama saja mencari masalah, " Kimi mendengus. "Jadi kalian semua bisa menemui Naga? " "Tentu saja. " "Saka, jadi selama ini kau membohongiku. " Glek. Saka tidak berani menatap Sakira dan terus berjalan. "Haah lupakan, tapi bisakah kalian membawaku ke naga dengan cepat. Aku tidak bisa membiarkan negeri Awan tertimpa musibah. " "Kenapa? " tanya Neil. "Karena aku berasal dari sana. " Mereka semua terdiam. "Pantas saja setelah memakan kristal Saka kau berubah wujud. Tapi jangan khawatir aku tetap menginginkanmu menjadi wanitaku. " Neil melancarkan rayuannya. Buaagh. Kembali ekor Saka melemparkan tubuh Neil. Sakira lama-lama terbiasa dengan pemandangan itu. Justru ia merasa lucu melihat Saka yang berulang kali melemparkan mereka bertiga. Sebab setelah itu mereka manfaatkan kondisinya yang kesakitan untuk mendekatinya dan minta dielus seperti kucing. Mereka pun menuju kuil Naga di negeri Mitologi. Misi untuk menyelamatkan negeri Awan pun dimulai. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD