Mereka bertiga mulai melanjutkan perjalanan menuju alun-alun negeri Mitologi. Berkat perjalanan ini, Sakira bisa menikmati pemandangan hutan di mana rumah pohonnya berada. Ternyata Saka memilih tempat yang sepi dan terpencil untuk bermukim. Di antara pepohonan, memang pohon Saka terlihat yang paling besar sengan daun keemasan dan hijau. Itu membuat pohon Saka menjadi istimewa. Selain itu yang menjadi keistimewaan rumah pohon milik Saka adalah lokasinya dekat dengan danau indah yang sangat jernih. Dia sama sekali tidak perlu berjalan jauh untuk mendapatkan air atau ikan. Beast itu sepertinya sudah memperhitungkan hal ini untuk tempat tinggal.
Di antara semua keanehan ini, Sakira merasa beruntung karena air di negeri ini tidak berbeda dengan air di negeri Awan. Airnya masih tetap jernih dan bening tanpa warna.
"Pemandangannya sangat indah, terutama pohon berwarna kecoklatan dan hijau itu." Sakira berdecak kagum melihat pohon yang kali ini berwarna kekuningan. Ini mengingatkannya pada pohon daun marple di negeri Awan juga di jaman modern. Dari perjalanan ini Sakira juga menyadari ternyata banyak pohon yang warna dan bentuknya sama dengan negeri Awan.
"Apa kau menyukainya? Bagaimana jika aku menanam pohon di sebelah rumah kita? " tawar Saka.
"Sungguh, bisakah kita menanam pohon yang aku sukai? "
"Ya. "
"Jika demikian carilah pohon yang berbuah merah seperti itu. " Sakira menunjuk pada pohon yang mirip dengan pohon apel. Dia yakin jika buah yang serupa apel negeri Awan ini tidak beracun.
"Tentu saja. Setelah urusan kita selesai, aku akan menanamnya untukmu. "
"Terima kasih. "
Wajah Saka merona dengan ucapan Sakira. Akashi yang berjalan mengekori mereka berdua hanya mendengus melihat wajah Saka yang merah.
'Dasar jomblo. '
>
Mereka kini tiba di pemukiman yang letaknya tak jauh dari alun-alun negeri Mitologi. Di sana Sakira melihat para beast yang berkeliaran dengan kulit seadanya. Bahkan diantara mereka ada yang sengaja membiarkan miliknya terbuka. Akibatnya kaki Sakira melemas. Sayangnya matanya seolah tidak bisa dikendalikan dan menginginkan melihat pisang bertebaran.
Sakura harus memukul kepalanya berkali-kali. Entah dari mana kemesuman dan insting hewan liar yang tiba-tiba datang di kepalanya ini. Dan yang menyebalkan hal-hal m***m itu tidak mau hilang dari otaknya. Dia sekarang seperti wanita yang begitu haus belaian. Beruntung tingkat pengendalian dirinya masih menguasai. Jadi dia tidak terang-terangan melihat pisang yang berkeliaran di sekitarnya.
"Apa kau baik-baik saja? "
"Aku hanya tidak terbiasa dengan pemandangan ini. "
Saka mengambil inisiatif dengan menggendong Sakira. Jadi dalam perjalanannya menuju ke aula terbuka dunia Mitologi, Sakira di gendong oleh Saka. Dan ini cukup efektif untuk mencegah matanya agar tidak melihat hal aneh yang sering ia temui.
Hal aneh apalagi jika bukan para jantan yang kadang bersilewaran hanya dengan selembar kain yang membalut tubuh mereka. Dan seandainya mereka tidak hati-hati sudah pasti kain itu tersibak dan menyebabkan bagian intim mereka terlihat. Jadi d**a Saka adalah pilihan yang tepat untuk menjaga matanya.
"Apa perjalanannya masih jauh? " tanya Sakira. Lengannya melilit leher Saka agar tidak jatuh dari gendongannya. Dalam perjalanannya tangan Sakira beberapa kali menyentuh rambut hitam kebiruan panjang milik Saka. Diam-diam dia mengagumi rambut Saka yang lembut dan panjang.
Akan tetapi dia tidak menyadari beast yang menggendongnya merona hebat akibat desakan d**a Sakira yang sedang memeluknya. Ekspresi yang sangat jarang ditunjukkan oleh beast ular.
'Empuk, lembut, kenyal, ' batin Saka berulang-ulang.
"Saka? "
"Eh, empuk! "
Alis Sakira mengernyit karena bingung.
"Tidak ma-maksudku, sebentar lagi sampai, " jawab Saka gugup. Dia pun mencoba memfokuskan pikiran agar tidak menyebut kata empuk lagi.
Akashi yang menemani mereka di belakang lagi-lagi mendengus, " Kalau jalan mu tidak selambat ini maka sudah dari tadi kita sampai, " gerutu Akashi. Melihat mereka begitu mesra membuatnya merindukan mate-nya. Apalagi mereka berdua memperlakukannya seolah-olah tidak ada.
"Bilang saja kau ingin dipeluk terus, maklum jomblo dari lahir karena kenyang ditolak betina. Sekali ada betina yang mau-- jadi tidak mau pisah, " imbuhnya.
Blar.
Ekor Saka mengibas hendak melempar Aakashi yang menyuarakan isi hatinya. Hantaman ekornya menyebabkan pohon yang terkena ekor Saka tumbang. Beruntung beast elang itu bisa menghindar. Kelemahannya memang sulit mengontrol ucapannya. Mungkin ketua beast harus memasang filter di mulutnya agar tidak menyinggung perasaan beast lain. Karena masalah ucapannya yang kurang bisa disaring, dia sudah beberapa kali ditinggal betinanya karena mulutnya yang pedas.
Akashi berubah menjadi elang dan mengepakkan sayapnya di udara. Sebelum berlalu dia mengucapkan sesuatu pada Saka, "Aku duluan. Jangan terlambat atau para beast jantan yang ingin melamar gadismu bertambah. Kau tidak ingin punya banyak pesaing, Kan? Terlebih rekor mu di tolak sudah menjadi legenda. Ingat pesanku ini! "
Kwaak!
Wussst.
Usai mengatakan itu, Akashi menghilang dengan cepat di udara. Dia menghilang setelah mengatakan hal yang membuat Saka memucat. Dia sama sekali lupa jika tuntutan dari tiga beast menyebalkan itu akan menyebabkan semua beast jantan datang. Para jantan itu pasti tidak melewatkan kesempatan untuk melamar gadis yang belum memiliki mate.
Ini bahaya.
"Sakira, berpeganglah yang erat. Aku akan menambah kecepatan agar kita sampai lebih cepat. "
Sakira mengangguk. "Iya. "
Saka memutuskan untuk segera mendatangi aula negeri Mitologi. Dengan kecepatan luar biasa dia melesat menuju aula. Hal itu membuat Sakira serasa menaiki roller coster.
"Kyaaa. "
Dalam sekejap Saka dan Sakira tiba di aula. Harapan Saka agar beast jantan tidak terlalu banyak yang hadir harus pupus. Sebab tidak hanya beast jantan yang sudah memenuhi aula, para betina yang penasaran dengan gadis yang mau menjadi mate-nya Saka banyak yang hadir. Ini adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu dan menjadi acara favorit melihat Saka yang ditolak lagi. Mereka tidak sabar menertawakan Saka yang ditolak.
Sementara itu Sakira takjub melihat aula yang nampak seperti aula gladiator di jaman modern. Panggungnya, tempat duduk yang seolah diukir dari batu, amat mirip dengan stadium gladiator yang pernah ia tonton di tv. Hanya saja di tengah aula tersebut terdapat panggung utama yang megah.
Di panggung sana terdapat pria paruh baya berambut gelap panjang dan memakai jubah bulu hitam. Di samping kanan kirinya berdiri wanita cantik berambut merah dan pirang. Lalu di belakangnya berdiri tegak pria berambut kebiruan dan perak. Dari sini dia tau jika pria berambut hitam panjang itu yang menjadi tetua negeri Mitologi.
"Kalian akhirnya sampai. "
Para beast yang mengerumuni aula minggir untuk memberi jalan pada Saka yang sedang menggendong Sakira. Dia naik panggung dan menurunkan Sakira di sana. Gadis itu bisa mendesah lega karena para beast di sni mengenakan pakaian meski cuma satu lembar.
Di tengah-tengah panggung, Saka menatap Hahayi dengan tajam. Lidahnya terjulur seolah ingin menelannya bulat-bulat. "Aku memenuhi undanganmu. Apa yang ingin kau katakan? "
"Huh seperti biasa, kau selalu sombong. "
Gard, Neil dan Kimi naik ke panggung. Mereka menuntut Saka untuk tidak menghalangi mereka mendekati Sakira sebelum dia mempunyai tanda mate.
"Saka, sesuai tradisi kau tidak boleh menghalangi para beast jantan melamar gadis yang belum memiliki tato mate. " Hahayi berkata pada Saka. "Jadi aku memberi kebebasan para jantan untuk melamar gadis itu. "
Mata Sakira membola, dia jadi teringat bagaimana para pria itu melamarnya. 'Tunggu dulu, ini bearti cara melamar mereka dengan cara memamerkan itu. Ibu... Aku tidak sanggup! ' teriak Sakira dalam hati. Dia segera melakukan sesuatu agar menyelamatkan matanya dari pemandangan erotis lagi.
"Apa!? Tunggu... Aku menerima Saka jadi mate -ku, bukankah itu menyelesaikan masalah? " ucap Sakira pada Hahayi.
Para jantan yang berkumpul dan siap menunjukkan milik mereka mendesah kecewa saat Sakira mengatakan hal itu. Padahal mereka bersemangat ingin melamar gadis berambut pink dan bermata hijau. Begitu pula para beast betina, mereka sebenarnya ingin melihat Saka yang ditolak lagi. Jadi mereka bisa merayu Saka untuk memberi kristalnya lalu kabur.
"Apa kau yakin? " tanya Toby yang berdiri di belakang Hahayi. Pria itu menyipit melihat Sakira.
"Ya, ya, ya aku yakin. "
"Tetapi mengapa kau belum memiliki tato mate jika menerima Saka? "
"I-itu... "
Sakira segera bertanya pada Saka mengenai tato mate. "Memangnya apa yang harus aku lakukan agar mendapatkan tato mate-mu ? " bisik Sakira pada Sasuke.
"Bereproduksi denganku, " jawab Saka pelan.
"Apa? "(๏_๏) Wajah Sakira memucat, namun ia memasang wajah menyakinkan pada para tetua itu agar tidak dicurigai.
"I-itu akan segera aku lakukan, tetapi aku masih belum siap, " jawab Sakira sekenanya. Dia tidak akan siap memproduksi telur ular sampai kapanpun. (。ŏ_ŏ)
Hahayi mengangguk. "Oleh karena itu Saka harus mengijinkan para beast jantan lainnya mendekatimu sampai kau siap bereproduksi bersama Saka. Itulah keputusanku. "
"Baiklah~" jawab Sakira lesu.
"Yeay!! " teriak para beast jantan yang belum mempunyai mate. Mereka bersiap merayu Sakira dengan memberikan makanan dan tentu saja memamerkan hal itu.
'Lebih baik aku bersembunyi di rumah pohon dan tidak pernah keluar, ' batin Sakira. 'Seandainya saja ada jalan agar bisa pergi dari negeri ini. '
Sementara itu, Saka hanya membeku melihat Sakira memeluk tangannya. Dia memang belum terbiasa dengan seseorang yang menyentuhnya. Tetapi dia sangat senang Sakira sering menyentuh tubuhnya. Terlebih gadis itu sudah menyatakan bersedia bereproduksi dengannya. Jelas Saka akan menantikan hal itu juga berusaha agar hal itu cepat terwujud.
Tbc