Lerina menatap pada ibunya yang berdiri di depannya dengan senyuman manis. “Kata Samuel persiapan pertunangan kalian sudah hampir seratus persen, dan kalian sudah membeli cincinnya, ‘kan?” tanya Claire semangat.
Dia orang yang paling semangat mengetahui putrinya akan bertunangan dengan pria yang dia ketahui sebagai anak sahabatnya, dan sudah menganggap Samuel seperti anaknya sendiri. Dari dulu Claire memang selalu mengharapkan Lerina dan Samuel menjalin hubungan dan pada akhirnya menikah nantinya.
Dan sekarang hubungan mereka ada ditahap paling serius, yaitu bertunangan dan setelahnya menikah, dan keduanya akan menjadi pasangan yang romantis dan paling serasi, membuat orang-orang iri pada mereka nantinya.
Lerina mengangguk. “Sudah Ma. Dan cincinnya ada sama Samuel,” jawab Lerina memeluk ibunya.
Claire tertawa kecil, dan membawa putrinya untuk duduk di sofa. Claire mengusap lembut rambut Lerina—anak perempuan satu-satunya dan yang paling disayangi oleh dirinya. Memang rasa sayangnya pada Lerina agak sedikit beda dengan rasa sayangnya pada putra-putranya. Lerina adalah anak perempuan yang harus dijaga oleh mereka semuanya.
“Kau jadi bertunangan dengan lelaki itu?”
Lerina dan Claire menatap pada Lorens yang bergabung dengan mereka, dan menatap datar pada Lerina. Dia tidak mau kakaknya ini terbujuk rayu oleh bisikan iblis, yang mengajak bertunangan. Padahal iblis itu tidak pernah menyukai kakaknya.
Lerina mengangguk. “Aku akan bertunangan dengan Samuel. Memangnya kenapa?” tanya Lerina, dia tidak mengerti dengan tatapan adiknya ini. Seperti orang yang tidak senang dengan kebahagiaan yang diraih oleh Lerina.
“Jangan cepat bertunangan. Kau lihat, apakah dia memang yang terbaik atau bukan?” tanyanya datar, dan menatap pada ibunya yang ikut bingung dengan apa yang ditanyakan oleh Lorens.
“Tentu saja dia yang terbaik. Bukan satu atau dua tahun kenal dengan Samuel. Kita sudah mengenalnya selama umurnya. Dan Mama yakin, kalau dia yang terbaik untuk kakakmu. Kau jangan membuat kakakmu bimbang,” ucap Claire menatap penuh kasih sayang pada putranya.
Dia tahu kalau putranya ini takut Lerina akan disakiti. Tapi, Samuel bukanlah orang jahat. Dia itu pria baik, dan seluk beluknya juga mereka sudah tahu. Pekerjaan Samuel menjamin masa depan Lerina. Samuel tidak akan jatuh bangkrut, karena perusahaan Pterson adalah perusahaan besar yang diakui oleh dunia.
Lorens menatap ke arah lain. Dia tidak tahu apa istimewanya Samuel di mata keluarganya? Sehingga mereka sudah yakin pada Samuel dan tidak melihat pada prilaku b******n Samuel yang suka berganti-ganti pasangan.
“Kau tidak perlu khawatir Lorens. Aku yakin, kalau dia akan mencintaiku. Dia mengajakku bertunangan, pastinya dia sudah memiliki perasaan itu padaku. Kalau tidak, mana mungkin dia mengajakku bertunangan,” ucap Lerina tersenyum lembut pada adiknya.
Lorens yang mendengarnya hanya mengangguk. Lorens berdiri dari tempat duduknya, lalu menatap pada Levin. Dan berjalan menuju pria itu. “Saudara kembarmu sudah dibutakan oleh cinta. Kalau Samuel memberikan dia racun sekarang, dia tetap akan meminumnya. Karena dia cinta buta pada b******n itu,” bisik Lorens diangguki oleh Levin.
“Kau benar. Dia sangat mencintai lelaki k*****t itu. Dia sudah berulang kali aku katakan, untuk tidak percaya pada Samuel. Tapi, saat pria itu mengajak dirinya untuk bertunangan dia langsung menerimanya, padahal dia sudah melihat sendiri bagaimana kelakuan Samuel.” Helaan napas terdengar dari Levin, dan menatap sendu pada Lerina yang terus tertawa bersama dengan ibu mereka.
Lerons ikut melihat pada Lerina. Mengepalkan tangannya, membayangkan kalau senyuman di bibir Lerina nanti hilang oleh pria sialan itu.
“Aku tidak siap melihat senyuman itu hilang nantinya. Kalau sampai Samuel membuat senyumannya hilang, aku tidak akan segan-segan menghajar lelaki itu dan membunuhnya.” Ucap Lerons datar.
Dia sangat berbeda dengan kedua kakak lelakinya, yang lebih suka bermain secara licik. Dan dia lebih suka bermain secara langsung, dan menghajarnya langsung. Dia akan membuat orang itu babak belur atau membunuhnya langsung.
Bukan sekali dua kali dirinya membunuh. Dia sudah sering membunuh, yang langsung diatasi oleh ayahnya dan kedua kakak lelakinya. Bahkan Lerons digadang sebagai pewaris dunia bawah mendiang kakeknya, yang sudah lama tidak berfungsi lagi. Dia lebih tertarik dengan dunia bawah.
“Halo, calon ipar. Kalian kenapa melihat calon tunanganku seperti itu?”
Lerons dan Levin yang mendengar itu menatap tajam pada Samuel. Keduanya ingin menghajar wajah Samuel sekarang juga, tapi, mereka tidak bisa melakukannya. Claire sangat menyayangi Samuel—lelaki b******k ini.
“Lerina sayang…” panggil Samuel.
Lerina melihat pada Samuel dan tersenyum melihat pada calon tunangannya itu. Dengan langkah kecil Lerina menghampiri Samuel, memeluk pria itu. “Ada apa? Katanya kau sibuk, dan tidak sempat kemari,” tanya Lerina, dia mendapatkan balasan pesan dari Samuel tadi. Kalau lelaki itu mengatakan dirinya sibuk dan tidak bisa ke rumah Lerina.
Samuel hanya tersenyum tipis. “Aku hanya mengantarkan ini,” ucap Samuel memperlihatkan sebuah tempat kue.
“Mama membuat ini. Dan menyuruhku untuk mengantarnya ke sini,” kata Samuel memberikan kota kue itu pada Lerina.
Lerina langsung menerimanya. “Terima kasih.” Ucap Lerina tersenyum tulus.
Samuel yang melihat senyuman Lerina terdiam, dan berusaha menetralkan dirinya. Lalu Samuel melihat pada Claire—ibu Lerina yang tersenyum pada Samuel. Samuel berjalan mendekati Claire dan memeluk Claire sekilas.
“Bagaimana kabar Mama? Mama sehat saja, ‘kan?” sebuah kata basa basi yang membuat Levin dan Lerons mendengarnya langsung bersungut, kedua orang itu ingin muntah melihat interaksi Samuel pada ibu mereka.
Dasar manusia laknat! Dia sungguh pandai sekali merebut hati ibu dan saudara perempuan mereka. Sehingga Samuel disayang oleh mereka. Bukan hanya hati ibu dan saudara perempuan mereka saja, tapi juga ayah mereka. Samuel memang manusia bermuka dua.;
“Baik nak. Kamu bagaimana? Kamu baik-baik aja, ‘kan?” tanya Claire balik.
“Baik Ma. Dan Samuel juga sudah hampir menyelesaikan persiapan pertunangan Samuel dan Lerina,” jawabnya.
Claire senangt mendengarnya. “Kamu harus jaga kesehatan. Seharusnya kamu izinin Mama dan Mama kamu untuk ikut menyiapkan pertunangan kalian,” kata Claire, memang ingin membantu Samuel, tapi Samuel malah terus melarang.
“Tidak usah Ma. Samuel nggak mau Mama sakit. Dan nanti malah membuat Samuel sedih,” kata Samuel lembut.
Claire tersenyum. “Makasih sudah mengkhawatirkan Mama.”
Levin dan Lerons mengibas tangan mereka. “Panas banget. Setan sedang bersandiwara di rumah ini, makanya terasa panas. Lebih baik kami pergi,” kata Lerons dan menarik tangan Levin untuk pergi dari situ.
Lerina menggeleng pelan dengan kelakuan kedua orang itu, lalu matanya melihat pada Samuel. “Jangan dengarkan apa yang dikatakan orang gila!” katanya diangguki oleh Samuel, namun Samuel tersenyum licik.
Lihatlah, dirinya yang akan menjadi pemenang, kedua orang itu tak akan bisa membatalkan pertunangannya dengan Lerina.