Bab 03. Sialan!

2425 Words
Luna berjalan memasuki rumah sahabatnya dengan senyuman lebar terpatri di bibirnya. Dia sudah mendengar dari putranya kalau Samuel sudah melamar Lerina dan akan melaksanakan acara tunangan mereka seminggu lagi. Dan kedua belah pihak keluarga, tentunyan sudah dari dulu sangat senang dengan kedekatan Samuel dan Lerina. Bahkan mereka suda h merencanakan menjodohkan anak mereka. “Claire! Akhirnya kita menjadi besan juga!” teriak Luna dengan senang, dan lalu memeluk Claire erat. Claire yang mendengarnya tertawa kecil dan mengangguk. Membalas pelukan sahabatnya. “Iya, kamu benar. Kita akhirnya menjadi besan juga. Aku udah nggak sabar lihat anak kita tunangan. Aku mau bantuin acara tunangan anak kita. Tapi, Samuel malah larang aku.” Cerita Luna dengan wajah cemberutnya. Claire mengerti. Karena Samuel juga datang ke sini kemarin, dan menjelaskan tujuannya. Dan dia juga melarang Claire untuk menolongnya. Dia akan menyiapkan pesta pertunangan itu sendiri. Apa yang mau dikata. Yang bertunangan Samuel dan Lerina. Bahkan Lerina juga dilarang, Samuel mengatakan tidak mau membuat Lerina lelah untuk menyiapkan pesta pertunangan mereka. Lerina yang mendengar itu malou-malu kucing. Membuat dia dan Alex tertawa dan mencium pipi Lerina secara bergantian. Mereka sangat senang melihat Lerina yang bahagia, dan tidak mengejar Samuel lagi. Dan bahkan dulu Lerina selalu mengikuti Samuel secara diam-diam. “Bukan kamu juga yang dilarang sama dia. Aku juga dilarang. Katanya aku nggak boleh bantuin untuk nyiapin pesta pertunangannya. Dia yang akan menyiapkan sendiri, dan melakukan yang terbaik. Lerina saja dilarang oleh dia. Karena dia nggak mau Lerina kelelahan. Romantis sekali bukan?” tanya Claire tertawa kecil bersama dengan Luna. Luna tidak menyangka kalau putranya akan menjadi orang romantis seperti itu. Yang mana selama ini, putranya itu selalu bersikap dingin pada orang-orang dan tidak menanggapi orang-orang yang berusaha untuk dekat dengannya. “Iya, aku tidak menyangka kalau putraku akan romantis. Kau tahu sendiri, dia dari kecil itu kayak apa. Disuruh senyum dan ramah pada orang saja dia tidak mau. Bahkan dia kelihatan nggak suka sama Lerina. Makanya aku kayak nggak berharap lagi kita menjadi besan, melihat kelakuan putraku. Ternyata putraku malah lamar Lerina. Dan itu buat aku senang. Dia bertindak dengan cepat!” Luna sampai melompat kecil mengatakannya. Alex dan Natha yang baru masuk ke ruang tengah, menatap istri mereka yang saling berpegangan tangan dan tertawa bersama. Kedua pria itu menggeleng. Kalau Amber dan Jeremy masih hidup, mungkin mereka akan tertawa melihat kelakuan dari dua putri kesayangan mereka ini. Sayangnya keduanya sudah tiada. Lima tahun yang lalu keduanya meninggal karena kecelakaan pesawat. Membuat keluarga Cullens diliputi kesedihan mendalam. Mereka semua sampai berduka selama dua bulan lamanya. Bahkan Lerina sampai menangis dan terus mengurung dirinya di dalam kamar. Untung saja Samuel waktu itu bisa membujuk Lerina untuk keluar dari dalam kamar. Dan Samuel mengajak Lerina ke suatu tempat, dan Lerina kembali tertawa dan tidak sedih lagi. Makanya Alex dan Claire sangat setuju anak mereka bertunangan dengan Samuel. Mereka yakin, kalau Lerina akan bahagia, dan berhasil untuk merebut hati Samuel—yang seperti kulkas sepuluh pintu. “Kalian jangan seperti anak kecil. Ayo, duduk. Kalau Lerina dan Samuel memutuskan menikah langsung, kita itu sudah menjadi kakek dan nenek. Eh, tapi Alex dan Claire akan menjadi kakek dan nenek secepatnya. Karena Xava sedang mengandung bukan?” tanya Natha. Claire dan Alex mengangguk, memang menantu mereka itu sedang mengandung. Dan mereka sangat senang mendengarnya. Karena Lionel akan memberikan cucu untuk mereka. “Iya. Dia sedang mengandung. Dan Lionel sampai menemani Xava, dan tidak membiarkan Xava sendirian. Selalu menuruti apa yang diinginkan oleh Xava,” kata Claire menceritakannya dengan senyuman manisnya. “Bagus dong. Dan Lionel memang anak yang baik. Tidak seperti ibu dan bapaknya ya.” Sindir Luna, membuat Alex mendengkus mendengarnya. Karena diingatkan oleh masa lalu. Tapi, Lionel bukan anak kandungnya. “Erick tidak akan merasa tersindir dengan apa yang kau katakan. Dia juga tak ada di sini. Dia sedang pulang kampong ke Negara istrinya,” kata Alex. Luna tertawa kecil. “Sebenarnya yang aku sindir itu dirimu. Bukan Erick. Karena kau itu lelaki berengsek yang telah membuat sahabatku dulunya menderita. Itu dulu. Bukan sekarang. Jadi, jangan merasa terusik seperti itu,” ejek Luna memang mencari masalah. “Kalau tak ingat kau itu sahabat istriku, aku sudah meracuni dirimu sekarang.” Kata Alex kesal. “Aku bukan hanya sahabat istrimu. Tapi, kita juga calon besan. Ah, sudahlah. Mengganggu pria tua seperti dirimu tak menyenangkan,” kata Luna, membuat Alex semakin kesal mendengarnya. Dia tidak setua itu. “Kau memang ingin mati. “ geram Alex, Luna pura-pura takut dengan menjulurkan lidahnya. Natha dan Claire yang melihat ini, menggelengkan kepala mereka. Melihat kelakuan Alex dan Luna. Mereka ingin mengantukan kepala keduanya ke dinding saja rasanya. “Sudah. Kalian malah bertengkar, yang sekarang kita bicarakan itu tentang anak-anak,” kata Claire diangguki oleh keduanya. Keempat mulai membicarakan tentang pertunangan, yang sebenarnya mereka taka da ikut campur dalam pestanya. Tapi, mereka juga akan memberikan hadiah untuk anak-anak mereka, karena telah memulai hidup baru tentunya. Dan mewujudkan mimpi mereka dengan menjadi sebuah keluarga lebih erat lagi. Lerina yang dari pagi terus mengikuti Samuel kemanapun pria itu pergi, mengentakkan kakinya kesal. Karena Samuel seperti tidak menganggap dirinya ada. Bahkan Samuel lebih asik berbicara dengan rekan bisnis pria itu. “Tuan Samuel, saya tidak menyangka kalau anda memutuskan untuk bertunangan. Dan calon anda juga dari keluarga terpandang. Keluarga Avander dan Cullens. Keluarga yang terkenal dengan perusahaannya yang raksasa dan memimpin Amerika dengan baik,” ucap salah satu rekan kerja Samuel. Samuel tertawa kecil. “Iya, saya juga tak menyangka akan bertunangan dengan teman kecil saya. Anda tahu sendiri, kalau keluarga saya dan keluarga Avander dan Cullen situ sangat dekat. Makanya jodoh saya tak jauh-jauh.” Kata Samuel membuat semua yang mendengarnya semakin tertawa. Kecuali Lerina, dia sudah bosan di sini. Dia ingin pergi dari sini. Dia lebih baik mengganggu Levin yang sedang bekerja. Atau mengganggu Lorens yang sedang belajar dengan baik. Daripada harus di sini terjebak dengan orang-orang yang tak dikenal oleh dirinya, bahkan dari mereka dengan terang-terangan menatap Lerina dengan tatapan m***m mereka. Padahal mereka sudah tahu kalau Lerina itu adalah calonnya Samuel. “Sam, apakah masih lama?” bisik Lerina bertanya pada Samuel. Samuel melihat pada Lerina dan menatap pada rekan kerjanya. Dia tidak mungkin membiarkan Lerina lama-lama di sini. Dan ditatap oleh rekan kerjanya dengan tatapan m***m. Dia tahu tatapan mereka semuanya, yang ingin menarik tangan Netha menuju kamar hotel dan melakukan sesuatu yang buruk pada Lerina. “Maaf, saya dan kekasih saya akan pergi dulu. Kami harus mencari cincin pertunangan, dan yang lainnya.” Kata Samuel membawa Lerina untuk berdiri. Lerina mendesah lega karena dia akhirnya pergi dari sini dan tidak akan bertemu dengan pria-pria b******n itu. Lerina menatap tangannya dengan tangan Samuel yang saling bertaut. Dia mengulum senyumnya, dan merasa senang karena Samuel menautkan jemarinya dengan Lerina. “Kita akan mencari cincin. Kau bisa memilih mau cincin yang mana,” kata Samuel membawa Lerina ke toko cincin. Lerina menatap pada cincin yang berada di etalase. Dan menunju satu pasang cincin yang menurutnya sangat cantik namun simple. “Coba lihat ini,” Lerina menunjuk pada cincin itu. Pegawai toko mengangguk, dan mengambilkan cincin yang dimau oleh Lerina. Lerina senang cincin itu sangat pas di jarinya. “Coba milikmu.” Ucap Lerina pada Samuel. Samuel mencoba miliknya. Dan juga pas di jarinya. “Kita ambil ini saja.” Kata Samuel datar. Tidak perlu banyak memilih. Lagian mereka juga akan mengganti cincin mereka kembali saat mereka menikah. Dan cincin untuk menikah akan Samuel pesan nantinya. Karena bagaimanapun pernikahannya harus tampak mewah dan semuanya direncanakan dengan sebaik mungkin. Dia menikahi putri dari pengusaha kaya raya, dan jangan lupakan adik dari Lionel Cullens Tefaron—yang memegang perusahaan raksasa setelah perusaahaanj Avander dan Cullens. Dan untuk perusahaan Samuel ada diurutan keempat. Dirinya akan diejek kalau dirinya tak bisa membuat pesta mewah nantinya. “Iya, kita beli yang ini saja.” Kata Lerina, tersenyum senang melihat cincin yang berada di tangannya sekarang. Mata Lerina terkejut ketika Samuel langsung merebut cincin itu dan menyimpannya langsung. “Cincin ini aku yang bawa. Kau tahu, cincin ini akan dipakaikan padamu seminggu lagi, jadi bersabarlah.” Kata Samuel keluar dari dalam toko perhiasan lebih dulu. Lerina mengikuti Samuel dari belakang dengan cemberutnya. Dia mau memegang cincin itu lebih lama. Tapi, kekasihnya ini malah mengambilnya. Lerina berlari mendekati Samuel dan memeluk lengan Samuel. Samuel hanya membiarkannya saja, dan tidak mengatakan apa pun. Samuel dan Lerina masuk ke dalam salah satu butik. Samuel akan membeli pakaian untuk acara pertunangan mereka. Memang untuk acara pertunangan ini, Samuel tidak mengadakan terlalu mewah. Tapi, dia akan mengundang beberapa media. Yang akan meliput acara pertunangannya dengan Lerina—putri satu-satunya dari pasangan Alexander Avander dan Claire Aldenron Cullens. “Kita memilih pakaian yang paling mahal di sini saja dan model terbaru.” Ucap Samuel. “Aku ngikut saja. Padahal kita juga bisa pesan pakaiannya di butik langganan Mama. Pasti mereka bisa mengerjakannya dalam beberapa hari ke depan.” Kata Lerina, memang butik langganan keluarga mereka. Selalu mementingkan keluarga Avander, Cullens, dan Tefaron. Tidak akan mengerjakan pakaian mereka terlalu lama. Samuel diam mendengarnya. Begini jadinya kalau dia melamar gadis dari keluarga kaya. Bahkan kekayaannya melebihi kekayaan Samuel. Dia sudah terbiasa dimanja dari kecil, dan apa pun yang diinginkan oleh gadis itu akan dituruti oleh keluarganya. “Tidak usah. Kita beli di sini saja,” tolak Samuel, dan berjalan menuju pegawai toko. “Aku ingin pakaian model terbaru, dan juga paling mahal untuk acara pertunangan.” Ucap Samuel datar dan duduk di sofa. Lerina duduk di samping Samuel, diam-diam dirinya masih memerhatikan kekasihnya itu. Dia mengulum senyumnya, dan menatap Samuel dengan tatapan penuh pujanya. Ya Tuhan … memang calon tunangannya ini sangat tampan sekali. Samuel yang tahu Lerina memerhatikan dirinya, hanya tersenyum tipis dan membuka ponselnya. Samuel melihat beberapa pekerjaannya dan dia tampak kesal ada sedikit masalah di kantornya. Dan Samuel tahu ini ulah siapa. Ternyata dia memang bermain dengan Samuel. “Nona. Tuan. Ini pakaian terbaik kami, anda boleh mencobanya,” ucap pegawai butik diangguki oleh Samuel dan Lerina. Keduanya mulai mencoba pakaian itu. Dan semuanya pas dan tidak perlu ada yang diubah. Dan Lerina juga menyukai ini. “Kami ambil ini. Dan tolong kirim ke alamat ini,” Samuel menyebutkan alamat rumahnya. Dia tidak akan mengirim gaun ini ke alamat rumah Lerina. Dia tahu kalau diantara dua saudara Lerina pasti akan merusak pakaian ini. Agar acara tunangan tidak dilaksanakan. Samuel dan Lerina keluar dari dalam butik. Samuel berjalan dengan mengandeng tangan Lerina, kembali membuat Lerina merasa senang dan sudah tidak sabar untuk menunggu pertunangannya dengan Samuel. Samuel berhenti di salah satu mobil. “Kau akan diantar pulang oleh supir. Aku masih banyak pekerjaan yang aku urus. Kau tidak mungkin ikut aku ke kantor, kau akan merasa bosan,” kata Samuel diangguki oleh Lerina. “Baik. Aku akan pulang. Kau baik-baik dan jangan ngebut bawa mobilnya,” pesan Lerina mencium bibir Samuel sekila sebelum masuk ke dalam mobil. Samuel hanya mengangguk dan tanpa Lerina sadari, Samuel tersenyum tipis ketika gadis itu mencium bibirnya. Samuel masuk ke dalam mobil setelah melihat mobil yang membawa Lerina menjauh. Dia akan ke perusahaan Avander sekarang. Orang itu ternyata memang ingin membatalkan acara pertunangan Samuel dan Lerina. Samuel menghentikan mobilnya di depan lobi perusahaan Avander, dan keluar dari dalam mobil. Dirinya sudah sering ke sini, sehingga dia tidak perlu membuat janji temu lagi. Yang mana dia juga bekerja sama dengan perusahaan ini. Samuel keluar dari dalam lift, dan berjalan menuju ruangan yang sudah sangat dihapal oleh dirinya. Samuel masuk ke ruangan itu, dan menatap pada pria yang sedang sibuk bekerja dengan memeriksa beberapa berkas. “Kau ternyata ingin bermain dengan perusahaanku. Agar aku membatalkan pertunangan dengan saudaramu,” kata Samuel duduk di sofa dan menatap pada Levin, yang balik menatapnya dengan tatapan sinis dari pria itu. “Kenapa kau takut? Aku bisa membuat perusahaanmu bangkrut sekarang juga.” Ancam Levin. Bukannya takut, malahan Samuel tertawa kecil. “Coba saja. Kau akan kena marah oleh ayahmu. Jangan lupakan, kalau perusahaanku juga bekerja sama dengan perusahaan Cullens dan Tefaron. Dua perusahaan itu juga berpengaruh.” Kata Samuel sombong. Levin mengepalkan tangannya. Apa yang dilihat oleh saudara kembarnya ini dari Samuel? Samuel itu hanya pria b******n yang tidak tahu malu. Yang berani meminang tuan puteri mereka yang memiliki segalanya. “Batalkan pertunangan itu. Aku akan menggantinya dengan hal yang lebih banyak, asalkan kau mau membatalkannya,” tawar Levin. Samuel menggeleng. “Aku tidak akan membatalkan pertunangan itu. Aku mau bertunangan dan menikah dengan adikmu. Jadi, terima saja diriku menjadi saudara iparmu. Aku tidak akan terpengaruh dengan kekacauan kecil yang kau buat,” ucap Samuel beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kulkas kecil dalam ruangan Levin, dan mengambil satu kaleng bir, dan membukanya lalu meminumnya. Levin yang melihat itu semua, mendengkus tidak suka. Berengsek. Dia tidak mau pria sialan ini bertunagan dengan saudaranya. Yang akan membuat saudaranya menderita dan menangis nantinya karena ulah dari pria ini. “Kau enyahlah dari sini. Aku tidak menerimamu sebagai tamu di sini. Aku ingin sekali rasanya menembak kepalamu sekarang juga, lalu membuang mayatmu ke sungai!” kata Levin sinis. Samuel tertawa kencang mendengarnya. “Coba saja. Palingan aku terbunuh karena ulahmu. Kau akan dibenci oleh saudara kembarmu itu, dan bukan hanya saudara kembarmu saja. Tapi, semua keluargamu akan membenci dirimu,” ucap Samuel merasa menang melawan Levin sekarang. Levin mengepalkan tangannya. Samuel sialan! Dia ingin meremukkan badan pria itu sekarang juga, dan menendangnya lalu menghajarnya habis-habisan. Namun dirinya tak bisa melakukan itu, yang ada dirinya juga akan kalah kalau bertarung secara fisik dengan Samuel. Karena badan pria itu lebih besar dibanding badannya. “Keluar. Atau aku akan memannggil satpam dan menyeretmu keluar dari sini.” Ancam Levin. “Jangan begitu calon ipar. Kau yakin akan menyeretku dari sini? Calon ayah mertuaku masih di sini loh. Dan dia tidak akan terima, kalau calon menantunya diseret dari sini.” Kata Samuel terus memancing kemarahan dari Levin. “Ayahku di rumah. Dan dia tidak ada di sini, dan tidak akan tahu.” Kata Levin. Samuel mendengkus. “Kau lupa bocah? Kalau ayahmu memiliki banyak mata-mata di perusahaan ini. Pastinya orang suruhan ayahmu itu akan melapor pada ayahmu, atas apa yang kau perbuat pada diriku.” Kata Samuel. Levin mendengarnya terdiam. Dia melupakan fakta itu. Sialan. Dia merasa kalah untuk berdebat dengan pria sialan ini. Tak mungkin dirinya melawan ayahnya, dan membuat dia kena marah oleh ayahnya. Dasar pria licik dan tidak mau meninggalkan Lerina dan membatalkan pertunangan itu. “Kau kalah pecundang. Aku akan pergi dari sini. Sampai jumpa lagi calon ipar,” ucap Samuel melambaikan tangannya, dan keluar dari dalam ruangan itu dengan tertawa pelan. Levin yang mendengarnya mengepalkan tangannya dan memukul meja dengan keras. Sialan!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD