BAB 18 - Garden Party (2)

1020 Words
Aku menyukainya bibir Ana sangat manis dan terasa lembut, lenganku melingkar di pinggangnya, memeluknya dan menariknya lebih dekat ke arahku. Ana tak mencoba untuk melepaskan diri atau menolak ku membuatku semakin ingin melakukan hal lebih. Erangan lirihnya membuatku b*******h. Sialan. Dia membuat jantungku berdebar keras, aku tersadar kami berada dimana, aku menghentikan ciuman ini. perlahan-lahan menarik wajahku menjauh darinya, matanya menatapku kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi di antara kami. Ekspresinya membuatku ingin tertawa. Tiba-tiba saja Alice melompat ke sisi Ana terlihat senang dan kegirangan dengan menyentuh kedua bahu Ana hingga membuatnya hampir terjatuh. Dia selalu begitu, aku tak pernah melihatnya kehilangan energi, ia terlihat sangat menyukai Ana. Ia tidak akan berlaku sedekat ini jika tak menyukainya. “Jaga sikapmu Alice.”aku menegurnya, mataku beralih padanya, memberikan peringatan. Dia harus berhenti mengganggu Ana dengan sikap berlebihannyai itu, dan berhenti membuat Ana merasa gugup. “Ya.. ya maafkan aku kakak ipar.” Ana melemparkan pandangannya ke arahku lalu pada Alice, bergantian. Aku tak tahu apa yang tengah dia pikirkan tapi ekspresinya terlihat bingung seolah ia tengah menilai kami. Tanganku tergerak merapikan rambutnya yang sedikit berantakan akibat menari tadi. Tetapi dia masih terlihat sangat menarik menurutku. Aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya. “tunggu? Dia adikmu?.”aku ingat belum pernah sama sekali memperkenalkan Alice dan menceritakan tentang dirinya, itu karena Ana tak pernah bertanya tentang diriku dan menceritakan tentang Alice sangat tidak penting. “Ya. Namaku Alice, kau pasti tersiksa ketika bersamanya. Aku tahu bagaimana perasaanmu kau memang harus sangat-sangat bersabar menghadapi sikap Tristan. Aku adik kandungnya percayalah tapi terasa seperti adik tiri baginya. dia tidak pernah bertanya tentang kabarku dan apakah aku baik-baik saja, aku terkejut dia membawa seorang wanita kemari karena ku pikir dia Gay. Aku bertanya-tanya pria seperti apa yang sedang ia kencani, ternyata adalah seorang wanita.”Alice adalah wania yang sangat banyak bicara, jika dia meneleponku aku akan bertanya langsung tentang intinya tapi dia tidak pernah mau melakukannya, bicaranya akan berputar-putar baru intinya, biasanya aku akan mematikan telepon darinya jika terdengar tidak benar-benar penting, walau dia tidak akan membiarkannya dan kembali meneleponku beberapa kali. Gay dia bilang, dia kerap kali meledekku dengan kata itu karena aku tak pernah memperkenalkan wanita padanya. “dia tidak Gay.”bibirku tersenyum mendengar nya. “aku bisa melihat itu. kau wanita kan!.”Alice bisa sangat konyol kada-kadang. “apa aku terlihat seperti laki-laki di matamu!.” “aku suka nada bicaramu, kau lulus dengan nilai sempurna.”mereka terdengar memiliki cara bicara yang sama, Ana juga kadang-kadang sangat banyak bicara membuatku pusing dengan pertanyaannya dan yang paling merepotkan ketika dia tidak mau melakukan apa yang ku minta. Dia membuatku frustasi. Devian kembali mendekatiku dengan cara menyenggol lenganku, matanya melirik Ana lalu ketika ia menatapku ekspresinya jelas-jelas meledekku. “kau tahu bukan hanya Alice yang berpikir demikian, aku juga begitu. Dan aku juga senang kau sudah mendapatkan pasangan. Ana sangat serasi denganmu.”Kedua bola mataku berputar, saat merepon perkataannya. Pandanganku beralih ke arah Jessica yang menghampiri kami, matanya tertutju pada Ana, ia terlihat sangat rapuh di luar tapi sebenarnya ia sangat licik seoerti ayahnya. Ia tak pernah menarik di mataku, melihat wajahnya selalu berhasil membuatku kesal jadi bagaimana mungkin aku menikah dengan wanita yang selalu membuatku ingin marah-marah setiap harinya. “namamu Ana?.”serunya bertanya tentang Ana, aku tak suka dengan kehadirannya di sini tapi aku tak mungkin menunjukkan hal itu dengan mengusirnya menjauh dari Ana. Tapi aku tak melakukannya, Ana terlihat baik-baik saja, ia bisa menjaga dirinya bahkan dari wanita seperti Jessica, rasanya ia siap mencakarnya jika wanita itu berlaku yang tidak-tidak atau mengganggunya. “Ya. Ana Wren.”Ana bersikap profesional, aku penasaran dengan apa yang tengah ia pikirkan saat ini tentang Jessica. “Jessica Shitler. Senang bertemu denganmu Ana, dan ini Alice. Kau sudah sangat dewasa dan cantik.”Alice terang-terangan menunjukkan betapa tidak sukanya dia terhadap wanita itu. Ia yang mendukungku untuk menghentikkan perjodohan tersebut, Alice tak menyukai Jessica ia selalu berkata padaku ingin sekali menarik rambut panjangnya hingga wanita itu merintih kesakitan. “Gaunmu sangat cantik.”Ana mencoba untuk berkomunikasi dengannya, itu adalah sesuatu yang tidak perlu ia lakukan, Jessica akan sangat senang jika Ana menanggapinya karena Alice akan mengabaikannya dan menjauhinya, selalu tak ingin berbicara dengannya apalagi berdiri sedekat ini. Alice sangat tak menyukai Jessica. “terima kasih, ini adalah gaun favorite ku.” Pandangannya beralih padaku, bibir dan matanya tersenyum saat kontak mata kami bertemu. Aku tak menyukainya bahkan sampai saat ini, mengingat apa yang sudah ia lakukannya apalagi ayahnya membuatku sangat muak untuk bertemu dengannya, satu alasan kenapa Alice tak menyukainya adalah dia juga tahu apa yang keluarga Shitler lakukan pada kami, dan sikap Jessica yang seolah tak melakukan sesuatu pada kami membuatku kesal bukan main. “Hai Tristan. senang bertemu denganmu di sini.”ia menyapaku, aku tak mungkin berkata pergilah sementara selama ini aku selalu mencoba bersikap baik karena ingin mengorek informasi darinya. Aku tak menyukainya dan hal itu selalu. Ana terbatuk hingga membuatku beralih menatapnya, khawatir. mungkin saja dia kedinginan karena taman ini berdekatan dengan laut dan angin berhembus cukup kencang. “kau baik-baik saja?.” “Ya. Kerongkonganku kering.” Mungkin karena ia belum minum apapun dan kelelahan karena habis menari. Aku teringat belum memperkenalkan Ana secara resmi padanya, ia pasti tahu dari kabar yang beredar mengenai ku, kekasih Tristan. “kenalkan Jessica, ini Ana kekasihku.”Aku menarik Ana hingga menempelkan diriku ke tubuhnya. Tiba-tiba saja membuatku gugup bukan main. Aku harap dia berhenti untuk menggangguku, ini bukan berarti aku ingin membuatnya cemburu, hanya saja ingin membuatnya mengerti jika tidak ada tempat lagi baginya untuk masuk ke dalam. Aku sudah memiliki seseorang. “kami sudah berkenalan dan gosip putra Xander sudah menggendeng seorang wanita cukup menggemparkan San Fransisco apa kau tidak tahu itu.”Aku tahu dan nenek berbicara mengenai gosip yang beredar, anehnya ia merasa sangat senang dengan hal itu. Aku tidak perduli dengan segala gosipnya, aku rasa akan bagus jika gosip itu beredar bukan. Biarkan saja. Aku tidak peduli “APA!,”Ana dibuat terkejut, suaranya terdengar keras . “Eum.. maaf aku hanya tidak terbiasa menjadi pusat perhatian.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD