Wanita itu duduk termangu seperti kehilangan akal. Tatapannya kosong dengan kelopak mata yang sembab sedang airmatanya tidak berhenti menetes melewati pipinya yang putih memucat. Bibirnya mengering meskipun ikut basah karena cairan bening tersebut. Dia menekuk kedua kakinya di depan d**a. Sepasang lengannya memeluk erat lututnya. Punggungnya bergetar setiap kali gumaman kecil bercampur isak terdengar dari bibirnya. 'Madre', sebuah panggilan indah yang setiap kali terdengar ketika mulutnya bergetar. Otaknya tak bisa berhenti mengingat sosok wanita itu. Menyesali waktu pertemuan terakhir mereka yang terjadi perdebatan. Hingga dirinya harus menerima kenyataan tidak akan pernah mendengar suara wanita itu memanggilnya 'Sayang'. Cuaca di luar begitu cerah hingga menembus dinding kaca kamar i