Monza dan Miller pun menatap kepada Josephine. “Apakah anda mengetahui alasan dari suami anda melakukan bunuh diri?”
“Tidak!, saya sama sekali tidak mengetahuinya dan selama beberapa hari ini, saya tidak merasa ada yang aneh dengan suami saya. Ia terlihat biasa saja, dan tidak terlihat mengalami suatu masalah.”
“Hmm, begitu, ya. Saya tahu, kalau anda dan suami anda sama-sama sibuk di rumah sakit dan klinik, juga dalam kegiatan amal kalian. Apakah anda sama sekali tidak merasakan perubahan sikap dari suami anda?” Tanya Miller.
“Tidak!, saya sama sekali tidak merasakannya. Almarhum suami saya, bersikap seperti biasanya. Tetapi …, entahlah. Beberapa hari ini, memang saya dan suami saya jarang bertemu dan juga melakukan komunikasi, karena kami sibuk dengan kesibukan kami masing-masing.”
“Bagaimana dengan anak-anak anda?, apakah mereka semua ada di rumah pada saat anda menemukan suami anda sudah meninggal?”
“Kedua anak saya belum ada, pada saat saya menemukan suami saya saya sudah meninggal di kamar kami. Namun, saya sudah menghubungi kedua anak saya dan mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sini.”
Monza pun bertanya kepada kepala pelayan yang ada di rumah tersebut, “Apakah anda mengetahui sesuatu yang aneh dengan majikan anda?”
“Maaf, Tuan. Saya tidak mengetahui sama sekali. Hanya saja, beberapa hari yang lalu, kami semua mengalami kejadian yang aneh. Kami tertidur selama beberapa jam dan tuan melakukan pemeriksaan pada air kencing kami.” Kata Doris.
Bertha pun ikut menimpali, “Benar sekali Tuan dan hasilnya kata tuan Stephen di dalam air seni kami mengandung zat sedatif yang untung saja dalam jumlah sedikit, sehingga tidak membahayakan nyawa kami.”
Monza dan Miller saling tatap, mendengar penjelasan dari pelayan di rumah ini. Monza pun bertanya kembali, “Apakah dokter Stephen menyimpan hasil dari pemeriksaan yang terhadap tes urin kalian?”
“Kami tidak mengetahuinya Tuan, karena kami tidak berani memasuki ruang kerja dokter Stephen. Kami hanya boleh masuk ke sana untuk membersihkan ruang kerja beliau, itupun pada saat beliau ada saja.”
Monza kemudian berpaling kepada Josephine, “Apakah anda memiliki kunci ruang kerja suami anda?. kami memerlukan untuk melakukan pemeriksaan di sana.”
“Maaf, saya tidak mengetahui di mana suami saya menyimpan kunci ruang kerjanya. Kami sudah membuat kesepakatan tidak akan mengusik pekerjaan masing-masing.”
Miller terlihat mengerutkan keningnya, ia merasa heran dengan pasangan suami istri Larkin ini. Mengapa mereka bersikap begitu tidak peduli satu sama lain dan juga, istri dari dokter Larkin ini tidak memperlihatkan raut kesedihan sama sekali. Ia terlihat biasa saja.
Miller merasa ada yang janggal dengan pasangan Larkin ini, di depan semua orang mereka dikenal sebagai pasangan yang harmonis dan serasi, tetapi melihat keadaan saat ini, ia tidak yakin. Bisa saja, mereka berdua hanya memperlihatkan keharmonisan hubungan mereka demi pencitraan semata saja.
Monza menatap Josephine dengan tatapan dingin dan tajam, “Bagaimana mungkin anda datu rumah dan satu kamar dengan dokter Larkin, tetapi anda tidak mengetahui sama sekali kunci pintu ruang kerja suami anda. Apakah anda tidak pernah sama sekali berkunjung ke ruang kerja suami anda di rumah ini?”
“Tidak!, saya sama sekali tidak mengetahuinya dan saya memang tidak pernah melihat ruang kerja suami saya, karena tidak ingin dan suami saya tidak mengundang saya untuk masuk ke ruang kerjanya.”
Monza harus menahan lidahnya untuk berucap, tidak mungkin sebagai pasangan suami istri tidak ada percakapan tentang pekerjaan. Mengapa istri dari almarhum dokter Stephen Larkin ini berkata seperti tadi.
Tak mau menyimpan sendiri, rasa keheranannya, akan hubungan pasangan Larkin ini, Miller pun bertanya, “Mengapa hubungan kalian berdua seperti itu?, apakah anda dan almarhum tidak memiliki hubungan suami istri yang harmonis, di mana kalian saling berbagi cerita apa saja, termasuk mengenai pekerjaan dan tempat kerja kalian berdua?”
Josephine terlihat sedikit gusar mendengar pertanyaan dari Miller, “Maaf, saya baru saja berduka, karena kehilangan suami yang saya cintai dan sekarang anda bertanya, apakah hubungan saya dengan suami tidak harmonis, seperti hubungan orang lainnya.”
“Semenjak menikah, kami sudah berkomitmen, kalau kami tidak akan mencampuri pekerjaan dari kami masing-masing dan kami juga sudah sepakat untuk tidak membahas soal pekerjaan dan tempat bekerja pada saat bersama.”
Miller minta maaf kepada Josephine, karena sudah membuatnya menjadi gusar dengan pertanyaan yang diajukannya, pada saat ia sedang berduka seperti ini.”
Josephine mengangguk dan ia mengatakan kepada Miller dan Monza, kalau ia merasa pusing dan ingin beristirahat sebentar.
Monza dan Miller pun mempersilahkannya, keduanya tidak mempermasalahkan Josephine yang hendak beristirahat. Mereka memahami, pasti berat bagi Josephine. Ketika ia pulang kerja, justru mendapati pria yang dicintainya melakukan bunuh diri.
Monza dan Miller pun melanjutkan kembali pertanyaan mereka kepada para pekerja yang ada di rumah tersebut.
Monza mengajukan pertanyaan kepada Doris kembali, “Apakah anda mengetahui bagaimana hubungan dokter Stephen dengan istri dan kedua anaknya selama ia masih hidup?”
Monza mengajukan pertanyaan kepada Doris kembali, “Apakah anda mengetahui bagaimana hubungan dokter Stephen dengan istri dan kedua anaknya selama ia masih hidup?”
Doris terlihat ragu-ragu untuk mengungkapkan aib keluarga majikannya. Mereka di luar sana dikenal sebagai pasangan harmonis dan juga mereka dikenal sebagai keluarga yang terpandang dengan banyaknya kegiatan amal yang mereka lakukan dan juga badan amal yang mereka miliki.
Melihat keraguan dari Doris, Miller pun berkata, “Anda tidak perlu takut untuk mengatakannya, ini hanya akan ada di dalam catatan kami saja dan tidak akan tersebar ke luar sana.”
Doris pun menganggukkan kepalanya, “Dokter Stephen dan istrinya memang tidak terlalu harmonis, mungkin karena mereka memiliki kesibukan yang sangat banyak dan juga mereka pun jarang bisa kumpul bersama di rumah ini, lebih dikarenakan jadwal dokter Josephine yang sangat padat di rumah sakit, karena jabatannya sebagai dokter bedah yang terkenal.”
“Bagaimana hubungan dokter Stephen dengan kedua anaknya?” Tanya Monza.
“Hubungan dokter Stephen dengan putra pertamanya kurang harmonis, karena meskipun putranya itu meneruskan usaha keluarga mereka di bidang peternakan dan sukses, akan tetapi ia juga terkenal suka mabuk-mabukan dan sering sekali membuat keributan di bar pada saat mabuk.”
Miller tertawa pelan, ia sangat mengenal putra pertama dokter Stephen, mereka pernah satu sekolah dan tentu saja ia mengetahui bagaimana sifat pemberang dari temannya itu.
Monza berbalik menatap Miller, “Apakah kamu mengenal putra pertama dokter Stephen?”
Sebuah suara dengan nada baritone yang berasal dari arah pintu masuklah yang menyahut, “Tentu saja detektif Miller mengenalku. Kami pernah satu sekolah dan aku pernah menyelamatkannya dari sekumpulan pecundang yang coba mengganggunya. Ia berhutang balas budi kepadaku.”
Miler dan anak dokter Stephen pun berpelukan dan saling melakukan tos. “Masih hidup kau rupanya?, kudengar kau sering terlibat perkelahian di bar?”
Jack terbahak mendengar pertanyaan Miller, “Itu hanya gosip murahan saja. Aku hanya melakukan olahraga kecil, untuk melemaskan otot-ototku, setelah seharian bekerja di peternakan. Kau tahu, bukan, kalau aku ini hanyalah seorang peternak saja.”
Monza menatap heran ke arah Jack, ia mengetahui kalau ayahnya baru saja meninggal dunia, lihatlah tidak ada gurat kesedihan sama sekali di wajahnya. Ia bahkan bisa tertawa dengan lepasnya. Keluarga yang menarik, ternyata selama ini mereka hanya melakukan pencitraan saja di luar sana.
Monza berjalan mendekat ke arah Jack dan iapun mengulurkan tangannya, “Perkenalkan saya detektif Monza, rekan dari detektif Miller yang menangani kasus bunuh diri ayah anda.”
Roman muka Jack berubah seketika, Monza bisa melihat wajah ceria yang diperlihatkannya berubah menjadi sedih, “Aku tidak percaya kalau ayahku akan melakukan bunuh diri.Ia seorang pria yang kuat dan hebat. Aku tidak pernah melihatnya mengeluh ataupun bersedih.”
“Kabar kematiannya tentu saja mengguncangku, karena biarpun kami sering bertengkar dan berdebat, aku menyayanginya.”
Monza dan Miller dapat melihat kesungguhan perkataan dari Jack. Ekspresi wajahnya pun terlihat begitu alami tidak dibuat-buat.
Mereka semua kemudian mendengar langkah kaki kembali dari arah pintu luar. Terlihat seorang pemuda tampan memasuki rumah dengan terburu-buru. Raut wajahnya terlihat pucat. Ia menghampiri Jack, “Apakah memang benar, kalau ayah meninggal dunia?. Aku tidak percaya, kalau ayah meninggal, ia terlihat baik-baik saja dan sehat terakhir aku bertemu dengannya.”
Jack memeluk adiknya, Samuel yang terlihat terguncang dengan kematian ayah mereka. Samuel merupakan anak kesayangan ayahnya, karena selain ia menjadi dokter sama seperti kedua orang tuanya. Samuel juga anak yang manis dan baik, ia tidak pernah terdengar membuat ulah, seperti Jack yang kerap kali membuat ayahnya naik darah.
“Aku juga tidak menyangka, kalau ayah akan meninggal, terlebih lagi dengan cara yang sangat tidak terduga, seperti ini.”
Samuel memandang Monza dan Miller, “Bolehkah saya melihat jasad ayah kami?”
“Kalian berdua boleh melihat jasad ayah kalian dan di sana ada dokter kepolisian yang sedang memeriksa jenazah ayah kalian dan akan dilakukan otopsi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Kamu sudah meminta ijin kepada ibu kalian untuk melakukan otopsi dan ia menyetujuinya.
Jack dan adiknya Samuel naik ke atas untuk melihat jasad ayah mereka, sementara Miller dan Monza tetap berada di tempat mereka. Keduanya juga sudah memperbolehkan semua pegawai yang ada di rumah ini untuk kembali ke tempat mereka.
Monza menyimpan catatan miliknya ke dalam saku celana. “Aku tidak yakin, dokter Stephen melakukan bunuh diri, memang pada tubuh dokter Stephen sama sekali tidak ditemukan adanya tanda kekerasan fisik.”
“Memang, kita tidak menemukannya. Kita hanya menunggu hasil visum yang akan diberikan oleh dok. Arsen saja, untuk mengetahui penyebab jelas kematian dari dokter Stephen.”
“Kurasa kita harus meminta surat penggeledehan rumah ini. aku merasa curiga dengan apa yang coba disembunyikan oleh istri dari dokter Stephen. Aku tidak percaya sama sekali, ia tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh suaminya di rumah ini. Terlebih lagi ia mengatakan kalau ia sama sekali tidak pernah masuk ke ruang kerja suaminya. Apakah menurutmu itu bukanlah hal yang aneh?” Tanya Monza.
“Iya, aku juga merasa heran dengan kehidupan orang-orang yang ada di rumah ini. Menurutmu, apakah kesedihan yang ditunjukan oleh Samuel itu terasa nyata dan tidak terkesan dibuat-buat?” Tanya Miller.
Monza mengerutkan keningnya, “Menurutku, terasa wajar saja, kalau ia tidak percaya ayahnya sudah meninggal dunia dengan cara seperti itu., yang menurutku tidak wajar adalah tanggapan dari istri almarhum dokter Stephen yang terkesan biasa saja dan tanpa ekspresi kesedihan sama sekali.”
“Mungkin saja, dokter Josephine menyembunyikan rasa sedihnya hanya untuk dirinya sendiri. Kita tidak tahu, bukan apa isi hatinya, tetapi memang apa yang kita lihat dan dengar dari perkataan wanita itu tadi, ia sama sekali tidak terlihat sedang berduka, seperti apa katanya.”