“Bagaimana keadaannya?” tanya Ralin pada seorang pria berjubah putih penanggung jawab tenda medis. Dengan harap cemas ia berdiri di sisi ranjang Eurfo terbaring. Melihat seorang pria yang selalu hadir gagah di hadapannya dan kini terbujur lemah dengan verban tebal membungkus kepalanya itu membuat Ralin marah dan menyesal secara bersamaan. “Buruk.” Dokter itu menatap Ralin dengan mata sedih. Dia kenal dengan Eurfo, sekalipun tidak dalam kedakatan rekan kerja, tapi mereka sering berinteraksi karena Eurfo masih terhitung sebagai atasannya. Ralin menunggu dengan tak sabar. Dia tahu pria itu masih punya sederet penjelasan yang masih tertahan di ujung lidahnya, mungkin dia sedang merangkai kata terbaik untuk menyampaikan keadaan yang buruk. “Tempurung kepala